13. Tidak Enak

107 90 85
                                    

Sesampainya Hafsha dan Ayumi dikelas, mereka langsung bergabung bersama Aina dan Caya berbaring di karpet pojok baca. Aina dan Caya sudah tertidur.

"Ashfah?" Panggil Ayumi setelah beberapa saat terdiam

"Apa Yum?" Hafsha membuka matanya, ia tak tidur tapi hanya memejamkan matanya. Hafsha tidak bisa tidur ditempat yang ramai orang seperti ini.

"Djati tadi manggil siapa sih?"

Mendengat pertanyaan Ayumi sontak membuat Hafsha membatu.
"Entah" jawab nya sesantai mungkin

Setau Hafsha Ayumi itu suka sama Djati. Ayumi sering kali bertanya tentang Djati kepada Nash lewat dirinya.

Walaupun ia tak ada niatan merebut Djati, Hafshah takut Ayumi menjauhi dirinya apalagi sampai Ayumi tau bahwa Djati memiliki panggilan khusus terhadap dirinya dan beberapa terkahir sering mengirimkan pesan.

"Tapi dia tadi natap ke arah lo"

"Enggak, orang dia tadi manggil Fity"

"Bener juga, tapi Fity siapa?"

"Entah gue juga gak tau" jawab Hafsha lagi

"Emang kenap sih Yum? Lo suka Djati ya"

Pipi Ayumi bersemu merah " Ih apaan sih"

"Djati, Djati" Aina berucap sambil memejamkan matanya.

"Gue kirain lo tidur Na" Ujar Ayumi

"Iya tapi kebangun gara gara mulut lo berdua. Mana bahas cowok pula"

"Mending kalian berdua tidur juga" lanjut Aina lagi

Setelah itu tak ada percakapan lagi, Hafsha yang emang tak bisa tertidur pun duduk lalu mengambil buku yang tak jauh dari jangkauan nya.

"Btw ada Murid baru loh di IPS2" ujar Aina

"Kata lo tadi mau tidur Na" Hafsha bertanya tapi matanya masih fokus ke arah buku yang ia baca.

Aina menguap" Gak bisa lagi"

"Cewek murid barunya" Aina kembali melanjutkan bahasan tentang murid baru.

"Cantik gak?" Hafsah lagi lagi bertanya tapi hanya sekedar formalitas katena ia tidak terlalu tertarik.

"Entah belum liat, baru masuk tadi siang. Heran gue dimana mana murid baru dateng tu pagi pagi ini malah siang"

"Mungkin kesiangan" balas Hafsha

"Maybe"

                                 ☀️🌏🌙

"Ini sudah ibu bagi materi pembelajarannya," ujar Ibu Yani selaku guru Sejarah

"Mau per kelompok atau Individu?" Lanjut bu Yani bertanya

Setelah bu Yani bertanya seperti itu suasana kelas 10 IPA 1 ricuh. Satu kelas memiliki dua suara ada yang memilih kelompok ada juga yang memilih individu. Tapi karena lebih banyak yang berteriak kelompok. bu Yani memutuskan untuk membuat kelompok.

"Mau ibu buatkan atau buat sendiri?"

"Buat sendiri."

Tentu saja kali ini didominasi  suara memilih kelompok sendiri.

"Baiklah buat sendirian ya, 1 kelompok 4 orang, kelas ini ada 32 berarti pas ada 8 kelompok. Silahkan buat kalo sudah ketua kelompok maju ke depan bawa kertas nama anggota kelompok dan juga memilih materi."

"Kita udah Pas 4 orang." Caya berujar

"Siapa yang mau nulis?" Tanya Ayumi

"Lo lah," ujat Caya

"Oke."

Ayumi menulis nama kelompok mereka yang beranggotakan Aina, Ashfah, Ayumi dan juga Caya.

"Udah, siapa yang mau jadi ketua," ujar Ayumi sambil menutup penanya.

"Ashfah aja, dia yang paling pinter."" Aina berucap

"Setuju." Caya berseru.

Hafsha yang setuju saja jadi ketua kelompok pun maju ke depan membawa kertas berisi nama mereka.

Hafsha mengguncang cangkir yang sudah dibolongi dan diisi kertas materi. Setelah cukup lama berusaha akhirnya kertas itupun mau keluar. Ibu Yani membuka gulungan kertas tersebut lalu membacakan isinya.

Di meja teman teman Hafsha bersyukur ternyata mereka mendapatkan materi yang mudah. Saat Hafsha kembali duduk ia langsung dipeluk teman temannya.

"Kalo soal urusan keberuntungan lo emang paling tepat Fah"

Hafsha tersenyum menanggapi ucapan Aina.

"Jadi kapan mulai kerja kelompok, walaupun mudah tapi materinya banyak," ujar Caya lalu menunjukan isi buku materi mareka.

"Besok?" Ujar Ayumi

"Jadi, dirumah gue. Lo semua helum pernah kan kerumah gue." Caya menawarkan diri

"Ayo aja kalo gue," ujar Aina

Sedang Hafsha dan Ayumi hanya mengangguk.

"Jadi fiks dirumah gue ya, jam 10. Besok kan libur."

"Oke."

Tak lama bel pulang pun berbunyi. Empat sekawan itu pun berjalan bersama menuju parkiran. Hafsha yang hari ini tak dijemput pun diajak pulang bersama Caya. Biasanya ia akan menolak karena akan pulang bersama Nash. Tapi mengingat beberapa hari kebelakang tentang sikap Nash, Hafsha segan untuk ikut menumpang.

"Hafsah!"

Baru saja Hafsha akan naik ke motor Caya ia dikagetkan teriakan Labeeb. Terlihat Labeeb berlari diikuti Djati dan Sabyan dibelakangnya.

"Hafsha lo gak dijemput kan, ayo pulang bareng kita."

"Eh salah. Maksudnya bareng Djati," Ujar Labeeb sambil mlirik ke arah Djati

Djati mengangguk "Ayo."

Hafsha memejamkan matanya, ia melirik ke arah Ayumi. Dilihatnya Ayumi tersenyum masam, ia menghela nafas berat.

Tapi sebelum berucap ia lagi lagi dikagetkan dengan Nash yang berboncengan dengan cewek yang sama beberapa waktu yang lalu.

"Itu murid baru nya?" Sabyan bertanya pada Labeeb.

Diam diam Djati memperhatikan perubahan mimik wajah Hafsha yang awalnya malu berubah menjadi kesal. Tapi Djati tersenyum melihat hal itu.

"Hafsha cantik juga ternyata," batinnya

                                ☀️🌏🌙

Eh?

Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang