11. Teman-Teman Ashfah

142 108 125
                                    

                Perbanyaklah ibadahmu saat
      mudamu, walau banyak godaan dan
     cobaan saat kau berusaha menjalaninya.
     Paksalah dirimu untuk taat, walau berat
     karena jika kau tua, kau hanya mau,
     tapi kadang tak mampu.

— Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki

Sudah lebih dari 30 menit Hafsha mendengar ocehan teman sebangkunya.  Temannya itu bercerita banyak hal yang terkesan tidak penting.

Tapi Hafsha tetap diam enggan memotong ataupun menghentikannya karena Hafsha merasa tak terganggu dan juga teman sebangkunya ini tidak butuh tanggapan yang penting ia cerita dan didengarkan.

"Dan lo tau Fa gue nangis karena merasa bersalah nendang kurungan ayam kakek gue padahal kakek gue gak marah yang ada malah ketawa" Teman sebangku Hafsha terus bercerita.

"Aina lo gak capek ngoceh dari tadi?" Bukan Hafsha yang bilang tapi orang yang duduk dibelakang Hafsha dan Aina.

"Apasih Yumi, gue gak ngobrol sama lo"

"Lo emang gak ngobrol sama gue tapi suara lo kedengeran sampe sini"

"O begitu" Aina menbalas dengan raut muka mencemoh.

"Kurang ajar lo" Orang yang dipanggil Yumi tadi mendorong kursi Aina dari belakang karena kesal.

Bukannya marah Aina malah tertawa senang lalu ia berbalik menghadap belakang diikuti Hafsha juga.

Dilihatnya teman sebangku Ayumi tampak lemas tak bersemangat. Hafsah bertanya kepada Ayumi melalui sorot mata. Berbeda dengan Hafsha, Aina malah bertanya secara frontal.

"Caya kenapa Yum"

"Ngapain lo nanya nanya? Penting buat lo tau tentang gue? Mending lo lanjutin cerita gak bermutu itu terus lo berterimakasih sama Ashfah karena mau dengerin".

"Sinting" Aina kembali mengahadap depan.

"Lo ngatain gue sinting?" Caya membentak Aina.

"Terserah gue"

"Lo Aina!"

"Apa?"

Caya beranjak ingin menghampiri meja Caya tapi dicegah Ayumi.

"Apasih Ca baperan amat"

"Bukan gitu"

"Gue ini lagi jatuh cinta sekaligus patah hati"

"Gaya lo patah hati " cibir Aina.

Caya menarik jilbab Aina dari belakang "Gue beneran patah hati bego"

"Gue Ldr, tapi gue gak siap" Caya melanjutkan lagi ceritanya dramatis

"Lebay Sekarang zaman serba canggih. Ldr bisa berhubungan lewat Sosmed"

"Banyak sosmed yang bisa dipake,jadi jangan mempersulit hidup, jangan berpikir berlebihan"

"Apasi Aina, Sok tau banget mending lo dengerin gue ngomong gak usah motong motong"

"Gue Ldr, keyakinan gue sama doi berbeda"

"Waduhh susah itu" ujar Yunah ikut menimpali cerita Caya

Aina yang dari tadi duduk menghadap depan jadi berbalik lagi mengahadap belakang. Ia menatap prihatin sang teman.

"Turut prihatin" Aina membuat ekspresi sedih tapi terlalu ketara jika dibuat buat.

"Asu lo Na"

Aina hanya tertawa setidaknya ia berhasil menghibur sang teman walaupun dengan cara membuatnya kesal.

Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang