30 | Denis Anggraisa

311 25 14
                                    

Malam itu, baik Denis maupun Andra saling mencurahkan semua yang dipendamnya selama beberapa waktu lalu. Termasuk masalah hati Denis yang sempat nyaris goyah saat bertemu dengan Gyanav. Tentang sosok yang beberapa waktu lalu itu menawarkan untuk sama-sama menyembuhkan luka dan menjemput bahagia. Kendati Denis sudah dengan berani menolaknya dan memilih kembali, tetapi rasa bersalahnya serasa tidak dapat diakhiri.

Rasanya kesalahannya tak sebanding dengan apa yang telah Andra lakukan. Andra yang mungkin saja tidak sadar mengabaikan dirinya untuk sesuatu yang membutuhkan tanggung jawabnya, sedangkan dirinya hampir dengan sengaja berpindah hati pada sosok yang memberikan makna baru tentang hidupnya.

Maka dari itu, malam setelah mereka yang saling berpelukan di bawah hujan, Denis menjelaskan semuanya tanpa terkecuali. Siapa ya bisa dipertimbangkan oleh Andra tentang kelanjutan kisah mereka.

"Nis. Sebagaimana kamu percaya sepenuhnya pada saya, saya pun percaya pada kamu. Itu adalah salah satu tantangan yang pada akhirnya bisa kamu lewati dengan berani. Lagi pula, waktu itu kamu memang sedang terluka. Tidak salah jika ada orang yang menawarkan kesembuhan kamu tergiur dibuatnya."

"Justru yang membuat saya iri pada Gyanav adalah dia mampu dan berani menawarkan hal tersebut, sedangkan saya malah terus bergelut dengan pikiran saya yang tak tentu dan tanpa adanya pergerakan. Yang saya lakukan hanya membuat kamu terus sedih dan menangis. Ini bukan salah kamu, bukan pula salah Gyanav, anggap saja hal tersebut memang proses yang membuat kita sadar satu sama lain atas kekurangan kita masing-masing."

Begitu kata Andra semalam setelah Denis berhasil mengungkapkan semua keresahannya. Lelaki itu sengaja pulang ke apartemen Denis untuk benar-benar meluruskan permasalah mereka. Memang benar dalam sebuah hubungan bukan hanya komunikasi yang dibutuhkan, tetapi pemahaman satu sama lain dan saling menaruh kepercayaan. Karena komunikasi tanpa pemahaman hanya akan menimbulkan kesalahpahaman, sedangkan paham, tetapi tidak percaya hanya akan menimbulkan rasa curiga.

Maka Denis dan Andra sedang berusaha melakukan ketiganya sebagai salah satu perbaikan untuk mereka berdua.

"Dan untuk masalah dengan mamamu. Kita bicara oelan-pelan ya, Nis. Gak baik juga kamu terus menghindari. Saya yakin, kali ini mamamu akan lebih mengerti. Kamu jangan khawatir, saya akan terus genggam tanganmu, saya akan terus bersamamu. Kita akan melaksanakan niat baik, maka semuanya harus terselesaikan dengan baik pula."

Meski malam itu kota Bandung kembali diguyur hujan dan diselimuti kedinginan, tetapi hati Denis berhasil dibuat menghangat oleh setiap untaian kata yang keluar dari mulut Andra.

***

Angka yang tertera dalam termometer terus naik secara berkala. Dari semalam tubuh Andra memang sudah menggigil dan hawa panas mulai menyeruak. Namun, pagi ini suhu tubuhnya sudah kepalang tinggi. Tiga puluh sembilan derajat dan hal itu sukses membuat Denis khawatir bukan main. Terlebih Andra yang memang dari semalam begitu pulas efek dari obat yang diminumnya. Maka, jemari besar itu terus digenggamnya.

"Mas, bangun dulu, yuk. Aku udah bikinin bubur tadi." Denis berbisik, kemudian kembali menyentuh dahi dan perpotongan leher Andra yang semakin panas.

Sejujurnya Denis tak ahli dalam urusan memasak, tetapi untuk hal seperti ini masih bisa dipaksakan. Semoga saja sakit Andra tidak semakin parah setelah memakan bubur buatannya.

Wajah Andra memarah akibat suhu tubuh yang naik. Setelah Denis berbisik, mata sayunya terbuka secara perlahan. Mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya, lalu jemari yang digenggam oleh Denis semakin mengerat. "Hei, saya minta maaf, ya."

Life is Beautiful✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang