34 | Gyanav Senjanandi

322 28 54
                                    

"Diminum dulu, Bu, Teh. Maaf ya di sini jamuannya seadanya." Bu Kus menyuguhkan makanan dan minuman seadanya. Tak disangka akan kedatangan tamu yang tak terduga, sehingga tak ada persiapan yang layak menurutnya.

Dalam ruang keluarga sederhana, Bu Kus mengajak Dahlia dan Gemmala untuk duduk bersama Gyanav untuk berbicara lebih nyaman. Setelah tahu kedatangan dua wanita yang selama ini dirindukan oleh Gyanav, Bu Kus akhirnya mengajak mereka semua ke rumahnya.

"Saya sama Satya di luar saja ya, Bu," pamit Bu Kus. Merasa bahwa obrolan mereka akan terasa sensitif dan seharusnya memberikan ruang agar lebih leluasa.

"Ibu sama Satya di sini saja, ya. Ibu kan selama ini yang bilang kalau aku keluarga kalian. Jadi, karena ini pembicaraan keluarga, Ibu dan Satya juga harus ikut di sini." Gyanav menahan tangan Bu Kus yang hendak pergi.

Maka, pada akhirnya Bu Kus dan Satya meluruh. Ikut bergabung dalam ruangan yang terasa pengap. Bukan karena besar ruangannya yang tak seberapa, tetapi karena suasananya yang terasa mencekik.

Dahlia dan Gemmala duduk bersampingan. Sejak awal, Dahlia tak melepaskan pandangannya pada sang putra yang ada di hadapannya. Sedangkan Gemmala tetap duduk dengan angkuhnya. Tak terusik sedikit pun kala Dahlia sudah menangis tersedu. Keduanya tak terlalu memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya. Seolah mereka tersedot oleh pikirannya masing-masing.

Gyanav sendiri diam tak bersuara. Duduk berhadapan dengan ibu dan kakaknya bagai mimpi yang tak nyata. Lima tahun cukup baginya untuk merasakan bagaimana tersiksanya harus menekan ego demi menjunjung harga diri yang tak seberapa. Dua tahun sudah mampu membuatnya sengsara akibat kesalahan yang membawanya pada derita. Hingga akhirnya datang hari ini, hari yang tidak disangka dan tanpa terduga. Setelah beberapa waktu lalu ia mendapat ucapan menyakitkan dari sang kakak, ternyata ia harus merasakan bahwa melihat airmata ibunya jauh lebih merana.

"Dokter Andra datang ke rumah minggu lalu." Dahlia memulai pembicaraan setelah beberapa menit mereka terjebak dalam diam. Mulai menjelaskan bagaimana ia akhirnya bisa menapakkan kaki di tempat persembunyian Gyanav.

Mati-matian ia menahan tangisnya agar tidak kembali pecah. Ternggorokannya perih, sebab berusaha menahan kelu yang terasa pedih. "Mama gak tau kalau Gemma sudah pernah datang ke sini. Tapi Dokter Andra cerita semuanya, Gya. Gemma juga akhirnya bilang semua yang ia tahu tentang kamu."

Gyanav semakin menunduk. Rasanya seperti tak lagi menapak di bumi. Bingung, sedih, rindu, hari, semuanya bersatu, membuncah seakan perasaan Gyanav akan pecah. Teringat pula bagaimana perlakuan dan ucapan sang kakak yang begitu menusuk. Namun, tak lama kemudian ia teringat bagaimana saat ia melangkah tanpa gentar, meninggalkan mama yang menangis penuh kesakitan.

Bahkan, di saat sudah seperti ini pun. Gyanav tak mampu mengusap airmata mamanya yang secara nyata berjatuhan.

"Mama marahin Gemma waktu tau ternyata dia sudah pernah datang ke sini," katanya lagi.

Saat kalimat itu terucap, barulah Gyanav berani mengangkat pandangannya. Menatap bergantian wajah mama dan Gemma. Mama yang nelangsa, sedangkan Gemma yang semakin dingin tak terbaca. Mungkin karena itulah Gemma semakin berlaku tidak suka.

"Gya ...," lirih Dahlia, "mama cari kamu bertahun-tahun ini. Mama selalu cari kamu."

"Gak peduli Mama liatin video kamu seberapa banyak. Gak peduli Mama selalu liat kamu di sosial media. Mama cuma maunya peluk kamu, Gya. Mama gak perlu uang yang selalu kamu kirim setiap kamu konser. Mama maunya liat anak Mama makan bareng masakan Mama."

"Makanya, Mama marahin Gemma saat tau ternyata Teteh-mu sudah lebih dulu datang ke sini dan ketemu kamu. Biar impas, semua anak Mama udah merasakan bagaimana marahnya Mama. Mama gak peduli kalau misalnya Papa gak suka di atas sana karena marahin anak-anaknya. Sebelum Papa pergi, Papa mau Mama didik kalian dan jadi saudara yang rukun. Bukan malah terpisah selama lima tahun. Papa pasti lebih marah karena Mama gagal menjalankan pesan Papa."

Life is Beautiful✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang