08 | Andra Yudhiantara

419 49 22
                                    

'Sayang. Saya berangkat ke rumah sakit dulu, ya. Hanya ke poli sebentar. Nanti pulangnya saya ambil kain seragaman sekalian visit final venue. Saya sudah masak sarapan buat kamu. Jangan lupa makan, ya.'

Hanya secarik kertas yang bisa Andra tinggalkan di atas meja makan Denis. Pagi ini, saat Andra kembali ke apartemen Denis, gadis itu masih bergeming di bawah selimut. Melihat berapa nyenyaknya tidur sang dara dan gurat lelah yang begitu kentara, Andra tak sampai hari untuk membangunkannya.

Hanya saja, satu hal yang membuat Andra begitu heran saat mengunjungi Anin dan menanyakan sudah sampai mana prosesnya. Anin justru terlihat kebingungan. Ingin bertanya seolah segan, tetapi tidak ditanyakan Anin penasaran. Hal tersebut tentu saja membuat Andra tak nyaman.

"Bagaimana Anin?" tanyanya sekali lagi.

Anin terlihat gugup. "Maaf sekali Mas Andra. Tapi, baru saja semalam Denis kasih kabar ke saya kalau acaranya dibatalkan dan minta saya buat batalkan juga jadwal visit venue hari ini."

Kedua alis Andra menukik heran. "Di-dibatalkan? Maksud kamu bagaimana, Nin? Saya kurang paham. Denis semalam gak ada bilang apa-apa sama saya."

Aduh! Anin jadi serba salah. Ini sebenarnya bagaimana? Ia kira, saat Denis mengirimkan pesan tersebut di tengah malam, keduanya memang ada masalah besar dan sepakat untuk membatalkan pertunangannya. Maka dari itu, Anin kaget luar biasa. Namun, melihat wajah bingung Andra di hadapannya, Anin malah jadi semakin bimbang.

"Ini, Mas. Semalam Denis ada kirim pesan seperti ini ke saya. Saya kaget karena tiba-tiba. Tapi, sekarang lebih kaget lagi liat Mas Andra." Anin menyodorkan ponselnya. Dengan cepat Andra meraihnya dan membaca potongan pesan tersebut.

"Denis ... Ya Tuhan," lirih Andra.

"Nin. Pertunangan saya dan Denis tidak batal. Coba untuk jadwal mungkin bisa kamu atur lagi, ya. Saya mau bicara dulu dengan Denis. Terima kasih banyak, ya."

"Iya, Mas. Semoga semuanya baik-baik saja."

Andra segera melesat. Tidak ingin membuang waktu untuk segera meluruskan hal ini.

***

Andra tahu, Denis sempat jatuh sakit satu kali karena terlalu kelelahan dan dehidrasi. Akan tetapi, hanya sebatas itu yang ia tahu.

Jadi, selama satu bulan ini. Berapa kali Denis sakit? Baik hatinya maupun fisiknya yang tidak ia ketahui.

Bodoh sekali dirinya.

Saat ini, ia sedang berdiri di depan unit Denis. Untung saja gadis itu bilang kalau hari ini ia tidak berangkat ke kampu. Maka dari itu, Andra cepat-cepat datang dan ingin mengobrolkan semuanya.

"Denis. Saya gak mau kayak gini, Nis," ucapnya tanpa basa basi.

"Saya tahu, saya salah. Tapi, saya gak mau sampai acara kita dibatalkan. Saya akan perbaiki semuanya, Nis. Saya akan urus sisanya, ya." Andra masih berusaha membujuk. Memohon agar hati Denis bisa terketuk sedikit saja.

"Kenapa, Mas?" Denis akhirnya membuka suara. "Kenapa kamu sebegitu gak maunya acara ini dibatalkan? Takut sama ibumu? Atau takut reputasi keluargamu jadi buruk? Padahal dalam beberapa minggu ini, Mas terlihat tidak peduli dengan acara ini." Kali ini, Denis berbicara dengan tenang. Tidak ada lagi tatapan tajam. Mungkin saja kali ini ia benar-benar sudah lelah.

"Denis bukan begi- Saya minta maaf, Nis."

"Sebenernya maaf gak bisa buat memperbaiki semua ini, Mas. Bukannya aku jumawa atau bagaimana. Tapi, ini masalah untuk kita ke depannya. Kalau sekarang saja Mas sudah seperti ini tidak bertanggung jawab ya, bagaimana ke depannya?"

Life is Beautiful✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang