Bab 8

5 1 0
                                    

Ternyata dia. Aku berusaha membuka mataku dengan benar. Melihatnya dengan jelas. Tapi dia tidak mengenakan baju tadi yang ia pakai untuk manggung, mungkin saja dia langsung berganti pakaian.

Dengan lekukan indah di bibirnya Sastra tersenyum. Apa dia tahu, aku tadi mencarinya?

"Kamu ngapain?"

"Jam segini angkot sudah nggak ada Mey, biar aku yang antar."

Aku mengangguk tanpa disuruh dua kali. Masuk kedalam mobil lalu duduk dengan nyaman. Sastra melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

Ingin sekali bertanya mengapa tadi di sekolah ia tidak menyapaku. Tapi aku yakin ia akan berkata kalau dia tidak melihat aku. Bagaimana dengan baju panitia? Aku masih mengenakannya hingga saat ini.

"Kamu jadi panitia di perpisahan, Mey?" tanyanya.

Nah, dia sendiri tahu. Tapi mengapa ia bahkan tidak melihatku.

"Iya." kataku.

"Tapi kok, aku nggak ketemu kamu?"

See?

Dia akan bicara seperti itu. Hal klise jika seseorang berada di posisi Sastra. Tadinya aku ingin bilang kalau aku yang menjemputnya di gerbang sekolah. Tapi sudahlah itu tidak akan mengembalikan keadaan.

"Aku bagian konsumsi, kerjanya di dalam ruangan." kataku bohong.

"Pantas saja."

Sebentar lagi sampai rumahku.

"Besok, kamu ke Sunday Fair lagi?" tanyaku.

Besok hari minggu, aku bertanya karena kali ini aku akan menontonnya dan bernyanyi bersama. Tidak seperti tadi, atau seperti waktu itu yang langsung pulang.

"Nggak Mey, aku nggak ikut ke sana minggu ini."

Aku mengangguk "Kalau besok, mau nggak menemaniku ke Sunday Fair?"

Kalimat itu begitu saja keluar dari mulutku. Aku tidak sadar sampai menutup mulut tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan.

"Boleh Mey, lagian besok juga aku nggak ada acara"

Aku tersenyum. Entah senang atau apa tapi rasanya seperti ada banyak ribuan kupu-kupu di dalam perutku. Kami sudah sampai, aku turun tak lupa untuk berterima kasih kepada Sastra.

Setelah mobilnya hilang dari pandangan, aku masuk dengan lekukan lebar di bibirku.

***

"Mau ke Sunday Fair?" mama menegur saat aku sudah bersiap pergi.

"Iya ma."

"Hati-hati di jalan." kata mama.

Aku berjalan keluar. Hari ini aku pergi bersama Sastra. Seperti rencana kemarin. Aku tidak mengenakan pakaian yang terlalu bagus. Seperti biasanya saja.

Aku memakai pakaian yang aku nyaman saat memakainya. Celana jeans dan sweater abu-abu dengan tas selempang yang melingkar di leher hingga pinggang. Menunggu angkot di pinggir jalan.

Mengecek jam di handphone. Masih jam sepuluh. Tidak terlalu siang, juga tidak terlalu pagi.

Aku mengacungkan jari tanda memberhentikan angkot. Menaikinya tanpa masalah. Lantas duduk dengan nyaman.

Oh ya, aku kan tidak punya nomornya, bagaimana aku bertemu dengannya nanti? Ya ampun Meyta, kamu bodoh sekali. Kenapa tidak kemarin saja kamu minta padanya. Sekarang bagaimana? Bagaimana kalau dia tidak datang ke Sunday Fair?

Di kepalaku banyak sekali pikiran buruk tentangnya. Apa dia akan benar-benar datang tidak. Tapi hatiku yakin, Sastra adalah orang yang dapat menepati janji.

Tawanan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang