Chapter 23 : The truth you never expected

1.2K 130 5
                                    

☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jake sudah sampai di mansionnya, masih dengan aura cerianya dan kesenangan yang masih terasa setelah liburan dengan Hayden dan Jay. Ia pasti tidak akan menyangka tentang apa yang akan terjadi padanya nanti.

Kaki Jake yang melangkah dengan santainya harus terhenti setelah ia melihat seorang pemuda berwajah asing dengan Niel berada di sampingnya.

"Tuan muda, anda sudah kembali." Niel terkejut dengan kedatangan Jake yang mendadak.

"Ya aku sudah kembali Niel, dan kalau boleh bertanya siapa pemuda yang kau ikuti ini Niel?"

"Nevan. Nevan Rowan lebih tepatnya." balas Nevan dengan senyumnya.

"Rowan?" Jake menatap Niel seolah

meminta penjelasan.

"Eum, itu." Sesaat Niel ingin melanjutkan perkataannya, Duchess Rowan tiba-tiba datang dan mendekati Jake.

"Nanti akan Ibu jelaskan. Sekarang sebaiknya kau beristirahat Jake." Duchess Rowan memegang bahu Jake dan menuntunnya untuk menuju ke kamar tempat Jake akan beristirahat.

Sesaat Jake dan Duchess Rowan sudah hilang dari pandangan Nevan dan Niel, Nevan mulai berbicara pada dirinya sendiri. "Ternyata kabar burung itu tidak benar, ia terlihat benar-benar tulus sayang padanya. Apakah aku harus sedih karena hal itu?" Nevan berbicara sambil menatap jendela kamar Jake. Sedangkan Niel yang mendengarkannya hanya bisa meringis, masih tidak percaya dengan rahasia yang disembunyikan oleh Duke dan Duchess Rowan selama ini.

☆☆☆

"Jake sudah pulang?" ucap Duke Rowan sambil membaca buku diruang kerjanya.

"Sudah, aku sudah menyuruhnya beristirahat." Duchess berbicara sambil meminum secangkir teh yang berada di tangannya.

"Kau tidak memberitaunya?" Duke melanjutkan.

"Aku sudah terlanjur sayang dengan anak itu, lagipula kita tidak tau ramalan itu akan terjadi atau tidak." Duchess berujar dengan santainya.

"Tapi cepat atau lambat kebenaran itu akan terkuak juga." Duke berbicara sambil menyenderkan tubuhnya diatas kursi tempat ia bekerja.

"Kebenaran kalau Jake bukan anak kandung kita?! Aku tidak peduli tentang hal itu, Jake sudah menemani kita selama bertahun-tahun. Aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri." Duchess menaruh tangan diatas dadanya yang merasa sesak dan sakit.

"Tapi mau bagaimana pun, Nevan adalah anak kandung kita sendiri. Kau tidak bermaksud untuk memberikan perbedaan kasih sayang antara dia dan Jake kan?" wajah Duke terlihat tenang menghadapi kemarahan istrinya.

"Kau.. Kau tau sendiri ramalan itu, aku hanya ingin menjaga Nevan tetap aman. Aku tidak mau orang-orang mengucilkannya hanya karena ramalan tidak berdasar itu.." Duchess menundukkan kepalanya, tetes demi tetes air mata menuruni wajah cantiknya.

"Kamu ini suka sekali menangis.." Duke perlahan beranjak dari kursinya lalu mendekati Duchess yang sedang menangis diatas sofa ruang kerjanya.

"Nanti kita bicarakan hal ini lagi, kamu sebaiknya istirahat terlebih dahulu." Duke memeluk Duchess dan mengelus kepala istrinya dengan perlahan.

☆☆☆

Tak terasa 1 minggu sudah berjalan, tentu dilalui dengan Jake yang masih keliatan tidak suka dengan Nevan.

Jake juga sudah mulai melakukan aktivitasnya yaitu masuk akademi. Jake juga sudah mendapatkan pengawal pribadi atau ksatria yang baru atas permintaannya sendiri kepada ayahnya.

"Hai Jake!" Jay melambaikan tangannya kepada Jake dengan riang lalu ia berlari kearah Jake dan memeluk Jake.

"Heiii, apa yang kamu lakukan" Jake yang tidak siap dengan serangan dadakan oleh Jay itu terkesiap.

"Kau tau, aku sudah menyatakan perasaanku. Sebaiknya mulai sekarang kau siap-siap dengan afeksi penuh dariku!"

Ya, seperti yang Jay bilang 2 hari yang lalu Jay menyatakan perasaannya kepada Jake. Tetapi Jake yang sekarang sedang tidak siap untuk memiliki pasangan, Jay yang mendengar hal itu menghargai penolakan dari Jake. Tetapi bukan berarti ia akan menyerah begitu saja! Ia mulai lebih berani menunjukkan perasaannya kepada Jake.

"Tapi untuk sekarang aku belum ingin memiliki pasangan." Jake menatap Jay dengan perasaan bersalah.

"Tidak papa aku akan membuatmu ingin menjadi pasanganku untuk selamanya." Jay yang merasa gemas dengan muka Jake itu akhirnya mencubit pipi Jake dengan pelan.

"Hwei, berhentwi pipi ku sakit." Jake kesal dengan perlakuan Jay yang selalu mencubit pipinya ketika bertemu.

"Hehe maaf maaf, kau menggemaskan seperti biasanya. Ayo, habis ini kita memiliki kelas Sir Robert." Jay menggandeng tangan Jake sesuka hatinya tetapi Jake hanya bisa pasrah karena kekuatan Jay yang lebih besar darinya.

'Aku akan mengikuti alur saja.' batin Jake dengan pasrah.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
☆☆☆

 ☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Note : akhirnya setelah sekian lama saya update juga cerita ini. Makasih untuk yang sudah mensupport cerita ini dan menunggu cerita ini. Saya memiliki banyak kesibukan dan kena writer block untuk waktu yang lama, jadi maaf kalau saya jarang sekali mengupdate cerita ini. Terimakasih atas supportnya! See you in next chapter! ヾ(^-^)ノ

A Villain | Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang