Prolog: The Faint Starlight In The Night Sky

195 38 139
                                    

'Move on darimu tidak semudah itu bulan. Aku tetap merindukan bulanku'

Deburan ombak di pesisir pantai terdengar sangat keras menutupi suasana sunyi di tengah malam itu. Pantulan rembulan menjadi penambah kesan indah di pantai itu. Rembulan malam itu memang sangat indah makanya seorang wanita berambut panjang kecoklatan, bermata hitam berdiri di pinggir pantai indah itu terus memandangi bulan tanpa menghiraukan keberadaan sekitarnya.
Gadis itu membiarkan angin malam menggoyangkan dress-nya dan membuat anak rambutnya keluar dari kunciran rambutnya. Gadis itu terlihat menampilkan muka cerianya sesekali ia tersenyum indah dan juga menampilkan muka seduhnya saat melihat bulan di atas langit, pasti seseorang yang melihat gadis itu mengira bahwa gadis itu sedang menikmati pemandangan alam di pantai itu namun nyatanya tidak, gadis itu sedang mengingat akan seseorang yang telah lama menjadi bagian dirinya.

"Hai, gadis tengil. Ayo masuk ke kamarmu! Angin semakin kencang nanti dirimu masuk angin." Teriak seseorang dari ambang pintu kamar villa.
"Iya, nanti. Tunggu lima menit lagi." Teriak gadis itu tanpa melihat siapa yang memanggilnya.

Jawaban gadis itu yang sudah lama memandang bulan dan bintang di atas langit, kebiasaan dari gadis itu adalah setiap hari tidak akan melewatkan hari malam hanya untuk melihat keindahan kedua benda yang indah itu. Dia memang sejak kecil sangat suka dengan kedua benda angkasa itu, yaitu bulan dan bintang. Namun dia sempat melupakan rasa sukanya terhadap benda langit tersebut tapi sejak kehadiran orang itu dia kembali menyukai benda langit tersebut. Kakeknya tadi memanggilnya, dia memang ke pantai timur tidak sendirian dia datang ke sini bersama dengan para sahabatnya dan kakeknya. Saat melihat rembulan malam hari itu, gadis itu berkata kepada bulan yang dia tatap.

"Wahai, bulan. Apa kau merindukan bintangmu? Apa hanya aku yang selalu merindukanmu di bawah sini. Tolong jawab pertanyaanku!." Ucap gadis itu dengan lirih tanpa sadar air matanya turun.

Gadis tersebut menyadari di langit malam itu, bintang tidak menampakkan dirinya yang ada di atas langit hanya bulan. Itu membuat perubahan di wajahnya dan tidak hanya itu saja dia menangis serta berteriak marah karena bulan tetap melakukan pekerjaannya memberikan sinarnya ke bumi tanpa adanya bintang yang menemani malamnya.

"Kenapa kamu tetap bersinar padahal bintang di atas langit tidak ada? Apa itu pertanda kamu baik-baik saja tanpa aku?"

"Kamu jahat sekali, Moonshinee. Aku benci denganmu. Sangat."ujar gadis itu. "Maafkan aku." Gumam gadis berambut cokelat tersebut dengan berteriak keras dan menangis histeris.

Gadis dengan rambut panjang berwarna hitam dan pirang serta seorang pria dewasa berambut putih buru-buru menghampiri gadis tersebut yang sedang menangis di pinggir pantai indah itu dengan histeris. Kedua gadis rambut pirang dan hitam pekat segera memeluk tubuh gadis itu, sampai kapan gadis itu terus menerus seperti ini. Kebiasaan dari gadis itu sejak seorang yang memiliki senyuman seperti bulan sabit datang kehidupan seorang gadis nan indah menawan dan ceria itu, kebiasaan gadis itu kembali lagi setelah menatap bulan dan bintang di langit tiba-tiba langsung menangis kejar seperti sekarang ini, awalnya gadis itu akan menampilkan wajah senang dan bahagia bisa memandang Bulan dan Bintang tersebut namun dia akan menangis kembali seperti sekarang ini.

"Kakak harus kuat! Dia juga tidak mau kakak terus seperti ini." Ucap gadis berambut hitam pekat itu.
"Pasti dia juga sedih melihatmu seperti ini. Dia ingin kakak tetap bersinar terang seperti bintang di atas langit yang kakak tatap tadi." Ujar gadis itu lagi.

Gadis yang menatap bulan dan bintang itu hanya menangis di pelukan gadis berambut pirang sambil bergumam kata 'maaf' sampai kesadarannya menghilang. Dia pingsan.

***

Ketiga orang itu sudah berada di kamar. Mereka khawatir dan prihatin melihat kondisi dari gadis cantik ini begitu juga dengan sang kakek yang sejak tadi melihat cucunya yang belum sadarkan diri menampilkan muka cemasnya.

"Apa cucuku baik-baik saja?" Tanya kakek itu.
"Dia baik, cuma sedikit agak demam."
"Seharusnya aku saja yang pergi waktu itu bukan dia!!! Kalo aku yang pergi cucuku tidak mungkin seperti ini sekarang." Terisak saat mengingat kejadian 5 tahun yang lalu.

Tidak. Bulan punya cucunya pergi bukan kesalahan si kakek. Bulan pergi bukan salah siapapun. Segala peristiwa yang terjadi baik kepada alam atau manusia tidak bisa diketahui siapapun itulah yang dinamakan takdir.

Kemana bulan milik gadis itu pergi? Kenapa dia tidak bersinar terang bersama bintangnya? Apa bulan sengaja melakukan itu?

###
Bersambung

Hai, guys my back to wattpad. Kali ini aku mungkin akan fokus menulis cerita versi tulisannya di wattpad. Tapi kalo kalian mau baca versi chat story bisa ke akun joylada aku.

Akun joylada aku: Alma Choi
Kalo mau bergabung di telegram juga gapapa. Cari aja channel 63 days.

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang