21. Hujan

37 1 0
                                    

Seminggu berlalu dari pesta pernikahan Marco dan liburan Luan di Bali. Luan kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan begitu juga dengan Lintang. Kebetulan hari itu Lintang dan Luan dapat undangan dari menteri kesehatan di kantor Kementerian Kesehatan RI.
Mereka tiba di waktu bersamaan, Luan datang dengan mobil kantornya sedangkan Lintang diantar supir pribadinya yang dipekerjakan oleh Luan untuk mengantar jemput Lintang.

"Siang Pak Luan," sapa Yanto. Pria yang berumur sekitar 50an itu.
"Siang, betah gak Pak Yanto jadi supirnya?" tanya Luan ramah.
"Betah kok Pak Luan, Nona Lintang memperlakukan saya dengan baik," jawab Yanto tersenyum.
"Syukurlah, kalo wanita ini macam-macam bilang sama saya nanti saya adukan ke Pak Tristan," ucap Luan sembari mengelus punggung Pak Yanto.

Ya, sudah seminggu yang lalu Lintang dikirimkan supir pribadi oleh Luan karena setelah mereka pulang dari liburan di Bali itu Gala datang kembali ke stasiun televisi tempat Lintang bekerja sebagai MC acara, pria itu membuat keonaran kembali dan kembali melakukan kekerasan terhadap Lintang. Tidak hanya itu, Luan juga menyuruh produser acara itu untuk menyewa bodyguard di depan ruangan tunggu milik gadis itu agar kejadian itu tidak terulang kembali.

"Lo kira gua orang tidak tahu cara memperlakukan orang lain?" ujar Lintang judes.
"Jangan ngambek! Gua bercanda. Ayo masuk Pak menteri sudah nunggu kita," balas pria itu.

Luan menarik tangan Lintang untuk masuk ke gedung Kementerian Kesehatan RI itu, mereka menuju ruangan bapak menteri yang menjabat saat itu. Mereka disambut baik oleh sekretaris bapak menteri tersebut.

"Selamat siang! Pak Luan dan Bu Lintang silakan masuk sudah ditunggu sama bapak di dalam!" seru sekretaris itu.
"Siang juga, terimakasih." jawab Lintang sambil tersenyum.

Mereka pun langsung memasuki ruangan yang serba hitam putih tersebut, Bapak menteri langsung menyambut mereka dengan tersenyum.

"Mari duduk Pak Luan dan Dr. Lintang!" suruh Bapak Menteri.
"Terima kasih pak," ucap Lintang sopan.

Acara selanjutnya adalah mereka mengobrol membahas tentang banyak hal mengenai kesehatan. Rencananya Bapak Menteri ingin bekerjasama dengan pihak farmasi milik Luan untuk meningkatkan alat kesehatan bagi penderita kanker di Indonesia. Pemerintah akan membeli produk alat kesehatan dari perusahaan milik Luan sedangkan untuk Lintang ditunjuk sebagai ambassador dari program kementerian.

Rapat itu selesai saat sore hari, Luan dan Lintang pulang namun mereka sebelum pulang makan malam bersama di restoran mewah di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan.

"Mau pesan apa?" tanya pria tinggi itu.
"Terserah!" jawab Lintang.
"Oke," ucap Luan.

Luan pun langsung mengambil buku menu lalu ia memanggil pelayan restoran itu kemudian menyebutkan makanan yang ingin dipesannya. Lintang yang mendengar pesanan dari pria itu mengernyitkan keningnya. Setelah pelayan itu pergi untuk mempersiapkan pesanan Luan, wanita itu pun langsung berbicara dengan Luan.

"Lo yakin pesan makanan sebanyak itu?" tanya Lintang.
"Yakin, tunggu disini dulu!" seru Luan berdiri dari kursinya.
"Lo mau kemana?" tanya Lintang sambil menatap Luan.
"Tunggu disini! Gua sebentar kok," ucapnya.

Lintang hanya menuruti perintah dari Luan untuk menunggu di sana. Luan ternyata pergi ke parkiran mobil untuk mengajak supirnya dan supir Lintang makan bersamanya di restoran itu tidak lupa juga dia mengajak pengamen jalanan sedang berada dekat di restoran itu.

Lintang yang melihat itu hanya bisa ternganga. Seperti merasa kembali dibuat kagum oleh pria  yang memiliki senyumannya seperti bulan itu.

"Ayo makan!" Suruh Luan kepada orang-orang itu saat makanan sudah berada di meja.

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang