12. Peristiwa Tak Terduga

40 0 0
                                    

Sesampainya di tempat lokasi syuting iklan, Lintang bertemu dengan manager tim 3 yaitu Farid. Karyawan itu menyambut Lintang dengan bersalaman lalu karyawan itu langsung mengajak Lintang menuju tempat iklan itu diadakan.
Farid memperkenalkan fotografer yang bekerja di perusahaan Rainbow Company orang itu termaksud anggota timnya beserta sutradara iklan itu.

"Halo, selamat datang Dr. Lintang!" sambut wanita paruh baya dengan berkacamata itu.
"Terima kasih."
"Dr. Lintang kenalkan dia adalah sutradara untuk iklan kali ini, namanya Bu Manda," ucap Farid mengenalkan sutradara itu.
"Salam kenal, Bu Manda," ucap Lintang tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik karena bos kami ini sangat berharap dengan hasil yang baik," ucap Manda sambil menerima uluran tangan dari Lintang sambil tersenyum ramah.
"Kalo yang cowok di sebelah itu namanya Anton fotografer profesional milik perusahaan ini," ucap Farid memperkenalkan fotografer yang sedang berdiri di samping Manda.

Pria yang bernama Anton itu pun langsung mengulurkan tangannya ke arah Lintang sambil tersenyum manis.

"Saya harap ibu dokter bisa membantu saya dalam proses pengambilan gambar dan video iklan ini! Tolong kerja samanya," ucap Anton masih tetap tersenyum.
"Iya, senang bisa bekerja sama dengan kalian semua," ucap Lintang ramah.
"Nanti kalian jangan lupa fokus ya? Jangan buat Pak Luan kecewa dengan hasilnya bisa-bisa kita bakal kena marah!" ucap Manda sambil memandangi mereka semua.
"Kenapa?" Tanya Lintang bingung.
"Karena bos kami ini sangat tegas kalo menyangkut tentang pekerjaan."
"Benarkah?"sahut Lintang tidak percaya dengan perkataan dari karyawan itu. "Dia hanya marah kalau kinerja kalian kurang aku tidak percaya? Orang menyebalkan seperti itu?" celetuk Lintang dengan alis terangkat sambil menatap Manda.

Manda, Anton dan Farid yang mendengar penuturan dari Lintang serta raut wajah dari gadis itu terlihat aneh hanya tersenyum kecut tanpa mengatakan apapun karena meskipun bosnya itu tampak dari luar cool dan tegas namun Luan sangat berwibawa serta sebagai pengusaha beliau juga cerdas dan pekerja keras tidak hanya itu saja beliau juga sangat baik terhadap karyawannya.

"Maaf, aku banyak bicara," ujar Lintang saat tersadar bahwa dia sedang ditatap dengan intens.
"Tidak apa. Ayo Dr. Lintang kita ke ruangan make up!"seru Farid ramah.

Farid membawa Lintang ke ruang make up di ruangan yang sama yang berada di pojok kanan. Lintang di sambut dengan baik oleh penata rias itu, dia juga memberitahu tentang make up untuknya simple saja.

"Baik Dr. Lintang," ucap MUA itu.

***

Luan sedang berada di ruangannya, dia sedang membaca dokumen bisnisnya. Dia dengan cermat dan teliti membaca dokumen tersebut. Luan hari ini telah berhasil meraih peringkat laba penjualan vaksin dan obat-obatan yang begitu meningkat pesat dari tahun ke tahun. Rencana selanjutnya adalah dia ingin mengadakan tasyakuran atas keberhasilan perusahaannya dengan memberikan tiket hiburan untuk para karyawan yang sudah bekerja keras sebagai award untuk mereka. Niatnya dia akan memberikan voucher bonus liburan ke Bali dan Umroh plus bagi cleaning servicenya.

Saat sedang menghubungi HRD, Daffa datang sambil menatapnya dengan penuh arti. Daffa menunggu Luan selesai telepon. Dia ingin memberitahu Luan untuk mengawasi syuting iklan di lantai 14 karena biasanya atasannya itu mengawasi proses syuting iklan yang baru.

Beberapa menit kemudian, Luan selesai lalu ia langsung menatap asisten pribadinya itu dan bertanya kepada Daffa.

"Ada apa?" tanya Luan mendongak kepalanya itu.
"Proses syuting iklan sebentar lagi akan di mulai, mari kita ke lantai 14!" ucap Daffa memberi info.
"Lalu? Biarkan saja!" ucap Luan sambil tetap fokus membaca dokumen.
"Apa bapak tidak mengawasi proses syuting iklan?," tanya Daffa sambil menatap bosnya itu serius.
"Tidak perlu, kenapa saya harus melihat proses syuting iklan itu? Serahkan saja kepada tim 3 untuk melakukannya, Pak Farid pasti tidak akan mengecewakan saya, dia sudah berpengalaman dengan periklanan produk kita!" seru Luan tetap fokus pada dokumen.
"Apa? Tumben sekali anda seperti ini biasanya bapak selalu ingin melihat langsung proses syuting iklan produk kita," sahut Daffa dengan raut wajah kebingungan.
"Untuk sekarang saya tidak bisa mengawasi mereka!" sahutnya tegas.
"Kenapa?" tanya Daffa lagi dengan alis terangkat.

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang