19. Liburan Bersama?

35 1 0
                                    

Kini dua orang yang sudah duduk di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan lautan yang luas dan suara ombak yang saling berbenturan memenuhi kesunyian mereka. Setelah Luan menangis sepuasnya di pelukan hangat Lintang, keduanya memutuskan untuk duduk di pasir tidak jauh dari tempat tadi.
Luan merasa malu karena menangis di depan seorang wanita di umurnya yang sudah tidak muda lagi itu. Ini pertama kalinya ia menangis di depan orang selain ayahnya. Terakhir dia menangis di waktu usianya 15 tahun karena merindukan sang kakak dan juga ibunya.

"Bagaimana perasaan lo sudah lebih baik?" tanya Lintang sembari menatap Luan.
"Iya, makasih sudah mau menemani dan membiarkan bahu lo jadi sandaran," ucap Luan senyum kecil.
"Tidak masalah," ujar Lintang tersenyum. "Kalo boleh tahu lo kenapa?" tanya Lintang sambil menatap lekat Luan.
"Dulu lo bilang kita tidak sedekat itu untuk saling berbagi. Kenapa sekarang lo menanyakan tentang gua?" tanya Luan menatap gadis yang duduk disampingnya itu.
"Itu kan dulu, sekarang kita sudah saling mengenal dan berteman," jawab Lintang.
"Sejak kapan lo anggap gua teman lo?" tanya Luan menoleh ke arah Lintang.
"Saat lo bantuin gua dari Gala waktu di kantor lo," jawab gadis itu dengan lembut. "Sekali lagi gua tanya sama lo, kenapa lo nangis disini?" tanya gadis itu kembali dengan penuh penasaran.
"Bukan apa-apa, gua mungkin lagi stres mikirin pekerjaan," bohong Luan sambil menatap laut kembali.
"Lo gak mau cerita? Ini sungguh tidak adil bagi gua, Lo tahu tentang gua dan masalah hidup gua masa gua gak tahu tentang lo dan semua masalah lo. Please kasih tahu gua Luan!" ucapnya.
"Jangan maksa," sahut Luan seduh.

Lintang sungguh tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria bermata sipit itu. Stress karena pekerjaan? Alasannya tidak maksud akal, masa karena stress menangis begitu menyakitkan seperti tadi yang dia lihat. Dia penasaran dengan permasalahan yang dibahas Luan, sepertinya cowok itu menyembunyikan kenangan buruknya. Apa Luan sedang mengingat mantannya? Luan belum bisa melupakan mantannya. Kenapa perasaannya sedikit kesal dan ingin marah kepada Luan? Sedikit tidak terima dengan hal itu.

Saat Lintang sibuk dengan pemikirannya sendiri, pria yang duduk di sampingnya sudah menatapnya dengan tatapan intens dan Luan juga beberapa kali memanggil nama wanita itu.

"LINTANG!! WOY, DENGAR GUA GAK?" teriak Luan kembali sembari tangannya melambaikan tepat di depan muka Lintang.

Lintang kaget dan tersadar dari lamunannya.  Dia pun langsung melirik ke arah Luan.

"Ish, gak usah teriak-teriak begitu gua gak budek Luan," ujar Lintang dengan muka kesal.
"Salah sendiri lo ngelamun tadi!" sahut Luan juga dengan muka bete.
"Lo benaran gak mau cerita sama gua? Jangan bikin gua over thinking deh!" seru Lintang kembali.
"Kenapa lo over thinking? Gua emang salah apa njir?" tanya Luan sambil mengangkat alisnya.
"Lo bikin gua mikir, Lo nangis disini karena ke ingat sama mantan kan?" tanya gadis itu sambil menggoda pria itu.
"Sotoy lo jadi orang. Gua bukan lo!" jawabnya ketus.
"Lah kok jadi ke gua? Siapa juga yang ingat mantan?" sahut Lintang terlihat tidak suka.
Pada akhirnya Luan berkata, "Gua cuma mau melupakan mereka, mereka yang jahat sama gua Lin," ucap Luan nanar sambil menatap laut di hadapannya itu.
"Mereka siapa? Mereka jahat kenapa? Mereka punya salah apa sama lo?" Pertanyaan yang diajukan oleh Lintang dengan raut kebingungan.
"Mereka ninggalin gua sendirian di sini tanpa diberi penjelasan dan mereka menghilang tanpa jejak seakan-akan melupakan gua yang tinggal bersama ayah," jelas Luan mengenang masa lalunya. "Gua kira saat gua dapat kabar mereka telah kembali gua bakal baik-baik saja dan bersifat biasa saja namun nyatanya tidak seperti itu. Rasa luka, kecewa dan marah gua masih ada. Gua lemah banget ya?" ujarnya lagi dengan menundukkan kepalanya, kembali lagi air matanya mulai membasahi pipinya.
"Sudah, jangan nangis lagi. Maaf, gua janji gak maksa lo untuk cerita tapi lo jangan sedih lagi."

Lintang menghapus air mata milik Luan lalu ia juga memeluk tubuh pria itu dengan erat. Dia mengelus-elus kepala Luan dengan lembut.  Luan sungguh merasakan pelukan dari Lintang sama persis dengan pelukan hangat dari sang kakak. Dia baru menyadari bahwa Lintang ada kemiripan sifat dan karakter seperti Langit.

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang