17. Pesta Pernikahan Marco

49 1 2
                                    

Jangan lupa 30 vote dan 11 komentar kalo mau cerita ini dilanjutkan kembali

Jadilah pembaca yang baik dan menghargai karya orang lain dengan cara yang baik

_____"________"______"


Canggung.

Suasana berubah menjadi hening. Luan yang tadi posisinya menunduk kini mendongak ke atas, saat ia kembali menatap ia dikagetkan dengan Lintang yang masih menatapnya, kedua mata mereka mau tidak mau kembali saling bertemu itu membuatnya menjadi merasa gugup.

"Lo ngomong apaan sih?" tanya Luan sambil menggaruk dagunya yang tidak gatal untuk menyembunyikan kegugupannya. "Gak jelas," ucapnya lagi.
"Benar, Lo kalo senyum kaya tadi tambah tampan dan gua suka senyuman manis lo itu," jawab Lintang bernada pelan sembari tetap masih menatap wajah Luan.
"Ngaco lo, baca saja yang benar! Jangan ngomong yang ngada-ngada!," sahut Luan kembali dingin. "Tunggu apa lagi? Ayo, bacain lagi!" perintah Luan dengan menatap tajam ke arah Lintang.

Lintang mendengus kesal tapi dia tetap melakukan perintah dari Luan itu. Dia kembali membaca dokumen yang masih berada di tangannya.

Lagi-lagi dikomentari oleh Luan. Dia pun segera menarik nafasnya dengan perlahan. Berusaha untuk sabar menghadapi sifat dari pria yang berada di depannya tersebut.

Beberapa jam kemudian, cewek itu ketiduran di sofa kamar Luan setelah menyelesaikan 2 dokumen yang dibacakannya. Luan yang melihat itu langsung menatap wajah Lintang yang tertidur pulas di sofa dekat ranjangnya itu.

"Kenapa tadi gua deg-degan ya? Gak mungkin gua suka sama gadis yang dengkurannya kencang begitu," ujar Luan sembari menatap Lintang dengan ifeel di sofa tersebut. "Berisik!" seru Luan sembari melemparkan bantal ke arah Lintang.

Lintang yang merasa ada yang menepuknya pun langsung terbangun, dia kaget melihat bantal yang sudah berada di lantai dan menatap tajam ke arah Luan.

"Lo yang lempari gua pakai ini?" tanya Lintang sambil mengambil bantal di lantai.
"Iya, gua yang lempar! Emang kenapa?" tanya Luan menatap tidak kalah tajam.
"Kenapa lo lempari gua pakai bantal?" ucap Lintang kesal.
"Yah, pakai nanya lagi lo? Bangunin lo lah, tidur jangan disini!" sahut Luan lagi.

Lintang yang baru tersadar bahwa dia ketiduran di kamar milik pria itu pun langsung menatap wajah Luan dengan penuh penyesalan.

"Maaf, tadi gua ketiduran! Udah gak ada lagi kan dokumen yang harus gua bacain?" tanya Lintang.
"Gak ada udah cukup hanya itu saja dulu, terimakasih," ucap Luan lembut. "Ya udah sana ke kamar lo. Tidur lagi di kamar!" seru Luan lagi.
"Iya," ucap Lintang. "Gua pergi, kalo ada apa-apa lo bisa hubungi gua," ucap Lintang sambil tersenyum manis.

Luan hanya mengangguk kepalanya saja sebagai respon terhadap ucapan dari gadis itu.

***

Sudah 5 hari sejak Lintang menginap di rumah Satyanegara untuk merawat Luan. Luan kini sudah sembuh, setelah cowok itu kembali di periksa 3 hari yang lalu. Dokter Budi yang memeriksa kondisi mata Luan mengatakan bahwa mata cowok itu baik-baik saja tanpa ada kendala dan cidera serius membuat Lintang bernafas lega.
Sekarang gadis itu pamit untuk pulang ke rumah kakeknya di antarkan oleh Luan. Hubungan mereka semakin hari semakin dekat dengan adanya kejadian di rumah sakit tempo lalu itu.

"Lo nanti sore syuting Good Doctor kan?" tanya Luan sambil fokus menyetir mobil.
"Iya, kenapa?" tanya Lintang sembari melihat Luan yang duduk disampingnya.
"Nanti biar gua yang antar sebagai ucapan terima kasih gua ke lo karena sudah mau merawat gua kemarin," sahut Luan lembut.
"Oke, lo bisa jemput gua jam 2 siang nanti!" ucap Lintang.
"Oke, gua bakal cepat nyelesaiin pekerjaan gua di kantor nanti," balas Luan tersenyum.
"Iya, gua tunggu!" serunya lagi.

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang