PART 8

634 207 136
                                    

. . .

PART 8

Happy Reading

Play List :
Bolbbagan4 - Dream

. . .

Kedua orang tua Haura sudah bergegas pulang kala mengetahui bahwa kondisi putri mereka mulai membaik. Meskipun untuk saat ini Haura masih belum bisa berjalan bahkan mengingat tentang dirinya sendiri. Enver dengan perasaan gugupnya menghampiri seorang gadis yang tengah melamun di pinggiran ranjangnya. Pria itu menatap lekat gadis yang berada di hadapannya tersebut. Meski perasaanya sedikit lega karena kondisi Haura yang mulai membaik, namun tetap saja Enver masih merasa sangat bersalah pada gadis itu.

"Hai,"sapa pria itu yang kini sudah berada di sisi Haura.

Haura menolehkan pandangannya menatap pria bernama Enver itu sekilas. Tak ada jawaban dari gadis tersebut. Tanpa pergerakan gadis itu hanya menatap kosong kaca jendela.

Enver membuang kasar napasnya. Harus bagaimana agar dirinya bisa memulai pendekatan dengan gadis itu.

"What's your name?" tanya gadis itu tiba-tiba dan kembali menatap Enver namun dengan pandangan yang berbeda dari sebelumnya.

Senyum Enver merekah kala dirinya mendengar suara lembut dari gadis itu. Suara yang sangat ia rindukan. Suara yang masih sama dari sebelumnya.

"Enver Mehr Zhaiens,"

Gadis itu mengangguk kala Enver memperkenalkan dirinya. "And, my name's?" tanya gadis dengan hijab berwarna putih itu.

Enver berdehem, mengingat-ingat kembali nama gadis itu. "Ah, aku lupa. Siapa ya?" tanyanya dalam hati dengan lirikan mata yang kesana kemari. Membuat seorang gadis yang berada di hadapannya tersebut menatap Enver kebingungan.

"Halo?" ucap gadis dengan hijab berwarna putih itu membuat Enver gelagapan menatapnya.

Enver menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sebelum akhirnya pria itu menjentikkan kedua jarinya. "Haura, Haura Assyabiya Mecca. Itu namamu—bagus kan?" kini napas Enver sedikit lega. Bisa-bisanya ia tidak mengingat nama gadis itu.

Gadis bernama Haura itu tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Ya—karena orang tua saya yang memberikan nama itu." sahutnya yang berhasil membuat Enver tertawa hambar.

"Betul juga sih apa kata gadis itu. Namanya bagus karena orang tuanya yang memberikan nama itu," gumam pria tersebut.

"Ah—masa bodo aku hanya ingin makan saat ini." lanjutnya dengan perut yang keroncongan membuat Haura menoleh ke arahnya.

"Kau—lapar?" tanya Haura.

"A-apa? Ini tidak kok, saya hanya mulas," dustanya dengan wajah memerah karena salah memberi alasan kepada gadis itu. "Kok jadi mulas?" oceh pria itu dalam hati.

Haura kembali mengangguk terbesit rasa curiga di dalam pikirannya. "Apa iya kalau mulas perutnya berbunyi seperti orang yang tengah kelaparan?" pikir gadis itu.

Hening, suasana kembali canggung. Enver yang hanya berdiri dengan planga-plongo, sedangkan Haura? Gadis itu hanya diam pada tempatnya.

"Sial. kenapa aku terlihat seperti orang bodoh di hadapan gadis itu saat ini,"gerutunya dalam hati.

"Apa aku boleh minta tolong padamu?" ucap Haura yang berhasil membuat Enver tersenyum kikuk. lagi dan lagi gadis itu yang memulai pembicaraan diantara mereka berdua.

BILLIONAIRE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang