21+ || DARK LOVE THRILLER
• • •
Azhaan Jaafhaer Zhaiens, begitu kejam dan berkuasa. Billionaire from Amerika Serikat dari baris keturunan pertama. Dan memiliki sejuta rahasia di dalam kehidupannya.
"Wanita adalah neraka bagi jiwa."
Ya, dia sela...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PART 11
Happy Reading
Play List : Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji
. . .
Derasnya air hujan, membuat seorang pria berlari mencari tempat untuk berteduh. Namun, perlahan langkah pria tersebut melambat. Ia berjalan di bawah rintikan air hujan yang terus merejam dirinya. Bahkan, ia terlihat enggan untuk mencari tempat berteduh.
"Ada apa dengan hujan? Daddy, Bella, bahkan Haura,"
"Mengapa di saat hujan aku harus merasakan sakit?"
"Tidak bisakah Tuhan, kau memberiku kebahagiaan? Aku hanya ingin ketenangan."
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Enver berjalan. Tiba-tiba saja pria itu teringat bagaimana Haura tadi sangat membutuhkan Azhaan. Bagaimana gadis itu terus meracau menyebut namanya.
"Tidak bisakah kau melihatku meski dalam keadaan tak sadar?" gumamnya dengan wajah menunduk, menatap hamparan pasir pantai yang terjamah oleh rintikan air hujan.
"Bagaimana rasanya menjadi pria itu yang kau lihat di bawah alam sadarmu? Apakah kau merasa sangat nyaman di sana bersama dengannya, sehingga kau selalu menyebut namanya?"
Enver hanya tertawa hambar untuk merayakan hari patah hatinya saat ini. Ya, Enver benar-benar menikmati rasa sakitnya. Dengan kondisi yang sudah basah kuyup, tampak pria tersebut berjalan menghampiri sebuah toko bunga. Membeli tiga tangkai bunga tulip berwarna merah muda.
Setelahnya, pria tersebut kembali berjalan menuju pesisir pantai dengan langkah tergopoh. Pria itu hanya diam dikala deburan ombak yang terus mengenai dirinya.
"Sebuah perayaan yang aku nikmati sendiri, tanpa hadirmu dan tanpa senyuman saat kau menerima bunga dariku seperti kemarin," Enver menghanyutkan tiga tangkai bunga tulip yang ia beli sebelumnya.
"Apa aku harus berhenti dan mengalah untuk Azhaan?" diam sejenak pria itu menghela kasar napasnya. Menatap bunga tulip yang semakin larut mengikuti derasnya arus air.
"Mungkin jawabannya tidak," ucap seseorang yang terdengar seperti suara seorang wanita. Enver juga sedikit terkejut kala merasakan tubuhnya yang tidak lagi terkena air hujan.
"Apa kau sangat mencintainya?" lanjut seseorang itu yang kini sudah berada di sisi Enver dengan sebuah payung yang ia gunakan untuk dirinya dan juga Enver.