kedua puluh lima ; kenangan yang menjadi bukti kasih

4.7K 451 104
                                    

Dua orang sahabat yang sudah lama tak bersua di luar gedung kantor itu akhirnya merealisasikan rencana mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua orang sahabat yang sudah lama tak bersua di luar gedung kantor itu akhirnya merealisasikan rencana mereka. Walau dengan duduknya mereka di antara pengunjung kedai kopi tersebut masih juga berhubungan dengan kerjaan, setidaknya mereka bisa bertemu sedikit agak personal di luar kantor. Keduanya sibuk mengerjakan pekerjaan mereka, yang satu memangku laptopnya dengan iPad yang berdiri tegak di hadapannya, serta yang satunya mencondongkan tubuhnya ke meja demi melihat angka angka di laptopnya yang ada di meja dengan saksama.

Satu gelas hot cappucino tanpa additional topping untuk si Pria dan satu gelas strawberry yogurt smoothie untuk si Wanita. Keduanya sibuk bercengkrama mengenai pekerjaan, sesekali menimpali dengan topik topik ringan mengenai kehidupan mereka belakangan ini. Si Wanita dengan hubungannya yang kembali bersatu, sedangkan si Pria mengenai Gadis lugu yang mengintervensi hari hari yang ia miliki belakangan ini.

"Sore, Mas" suara itu muncul.

Umur panjang, baru banget diomongin.

"Mbak" lanjut Gadis itu ketika melihat Wanita yang duduk di depan sang tunangan.

Nadhif tersenyum membalas sapaan Shania, ia meraih tas Shania yang entah mengapa selalu terasa begitu berat. Kemudian meletakkanya di kursi yang ada disampingnya.

"Kamu pesan aja dulu yang kamu mau, ya" pinta Nadhif mengeluarkan selembar uang merah dari dalam dompetnya, kemudian memberikannya pada Shania.

Shania pun hanya mengangguk patuh, tapi baru saja ingin berbalik, ia menjeda tubuhnya. Menghadap kembali pada Nadhif. "Ini kalau aku jajanin cake sama donat juga gak papa?" tanyanya begitu polos.

Tentu Nadhif mengangguk, "kalau gitu bawa dompetnya Mas aja sekalian. Siapa tau uangnya gak cukup kan" sekarang Nadhif ikut mengulurkan dompet kulitnya itu pada Shania.

Sekali lagi Shania hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia pun melangkah girang menuju antrian sambil melihat lihat berbagai macam donat juga cake yang terpajang di etalase kedai kopi terkenal tersebut. Untung saja kali ini tak ada drama kebingungan mau memilih apa, jadi dia tak perlu berlama lama berdiri sambil menggigit bibirnya dengan bingung.

"Berapa semuanya, Mbak?"

"Totalnya 90.000 rupiah ya, Kak"

"Cuman 90.000 kok, ngapain ngasih dompet juga" gumam Shania setelah mengulurkan uang merah yang Nadhif berikan padanya.

Sementara kasir di depannya sibuk mencari uang kembalian untuk Shania, dengan iseng—dan sedikit rasa ingin tau, oke Shania tau ini agak kurang ajar—Shania membuka dompet Nadhif. Selain banyak kartu debit juga member yang terselip disetiap sakunya, ada beberapa lembar uang merah yang tertata rapih di dalam serta beberapa lembar struk yang mungkin lupa Nadhif buang.

"eh...." hingga ada sesuatu yang membuat gerakan tangan Shania melamba saat itu juga.

"kok... kok Mas Nadhif punya fotoku pas masih SMA?"

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang