ketiga puluh ; di puncak rencana

4.8K 483 243
                                    

Rasa haru meledak di hati Shania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa haru meledak di hati Shania. Sambutan dari pada Dekanat, Dosen Pembimbing, Pesan dan kesan dari satu diantara mereka, sampai pada pembacaan sumpah dokter hari ini berhasil membuat seluruh lelah dan keluh yang kerap Shania tahan selama ini menguap dengan sendirinya. Semua waktu yang ia habiskan, energi yang terkuras, rasa lelah yang tak pernah absen, dan keluhan sesekali terucap seketika terbayar kontan ketika acara Pembacaan Sumpah Dokter selesai dengan sempurna.

Gadis berponi yang hari ini berkali kali lebih cantik dengan rambut yang disanggul rendah serta kebaya biru muda yang melekat di tubuhnya yang ramping mengedarkan pandangannya ke seluruh pengunjung acara Pengambilan Sumpah Dokter hari ini. Hingga akhirnya matanya tertuju pada keluarga kecil yang ternyata menatapnya jauh disana.

Tumit beralaskan heels putih itu pun melangkah mendekati keluarga kecil itu. Semakin dekat langkahnya dengan mereka, semakin lebar senyumnya dan semakin mengenang pula air matanya. Hingga pertahanannya runtuh saat melihat Ibu Maya merentangkan tangannya, menerima Shania untuk masuk ke pelukannya. Tangisnya pecah di dalam dekapan Wanita yang membantunya untuk sampai di titik ini, wanita yang tak pernah lelah mendorongnya untuk terus maju, terbang lebih tinggi meraih mimpinya. Wanita yang selalu ada disampingnya, menggantikan sosok ibu yang pergi lebih dulu.

"Selamat ya, Shasa"

Isak Shania makin menguat mendengar bisikan lembut itu. Tangannya melingkar kian erat saat Ibu Maya mengusap usap punggungnya, membisikkan berbagai puja puji pada Shania atas kerja kerasnya.

"Ibu, Makasih, Ibu. Terima kasih, aku—aku benar benar bersyukur bisa mengenal Ibu di dunia ini. Terima kasih sudah mau membantuku selama ini, terima kasih sudah menyokongku selama ini. Terima kasih, aku sangat sangat berterima kasih atas semua yang Ibu berikan buat aku" bisik Shania.

Tak lagi peduli bagaimana kondisi wajahnya saat ini, terserah bagaimanapun hasil foto atau rekaman yang diambil fotografer yang Chelyn sewa. Shania hanya ingin menumpahkan rasa syukur dan harunya pada Wanita yang mengulurkan tangannya pada Shania 7 tahun lalu.

"Iya, Ibu juga terima kasih ke kamu karena kamu tidak pernah menyerah" balas Ibu Maya.

Pelukan mereka terurai, memperjelas wajah berpoles make up itu telah sembab karena isakannya. Chelyn yang melongok, tersenyum haru. "Jangan nangis, Mbak. Nanti fotonya yang ada jelek semua" ucap Chelyn bermaksud menghibur Shania.

Shania terbahak menerima uluran sapu tangan dari Ibu Maya, kemudian menekan nekan wajahnya dengan sudut sapu tangan biru tartan itu dengan lembut.

Pelukan Shania berpindah pada Chelyn, lalu pada Rangga yang hadir berbalut batik dan berhasil mencuri atensi beberapa teman seperjuangannya. Dengan tangan yang sudah penuh mendekap buket, Gadis berponi itu kembali mengedarkan pandangannya.

"Mas Nadhif?" tanyanya menoleh pada Chelyn lalu pada Rangga.

Baru saja Chelyn ingin menjawab, Rangga sudah menyela kesempatannya lebih dulu "Katanya kejebak macet" bohong Rangga membuat Chelyn mendelik kaget pada si Sulung,

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang