ketiga belas ; amukan dalam diam

6.3K 636 106
                                    

Nadhif kira sepulangnya mereka ke Indonesia, semua kembali ke rutinitas biasanya, begitu pula dengan sikap Shania padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadhif kira sepulangnya mereka ke Indonesia, semua kembali ke rutinitas biasanya, begitu pula dengan sikap Shania padanya. Namun, walau tahun sudah berganti seminggu lalu, Shania masih juga mendiaminya. Bahkan beberapa kali Shania tak keluar makan siang membiarkan Nadhif menunggu di parkiran rumah sakit seperti biasanya.

Awalnya Nadhif melakukan ajakan makan siang ini hanya sekadar memenuhi permintaan Mamanya-Ibu Maya-Namun, untuk kali ini ia lakukan sebagai tujuan agar Shania bisa berbicara lagi dengannya. Namun, ternyata Shania bisa lebih keras kepala daripada Nadhif sendiri.

"Dhif, ini udah mau selesai jam makan siang, mau sampai kapan sih nunggunya?" gerutu Natha bersedekap menatap Nadhif yang masih setia memandangi pintu belakang rumah sakit, tempat yang sering menjadi area keluar masuk Shania selama menjalani koas di rumah sakit Mamanya.

"gue lapar, Dhif" celetuk Natha, "memang lo gak lapar?"

"lapar"

"tuh, makanya ayo makan. Bank gak bisa telat lo, Dhif"

"tunggu dikit lagi ya, Nath"

Natha berdecak, "sejak kapan sih lo peduli kayak gini ke Shania, Dhif?"

"sejak dia gak ngomong ke gue lagi" gumaman Nadhif yang begitu kecil itu berhasil menarik kedua sudut bibir Natha keatas. Entah maksud senyum itu apa, hanya Natha yang tau.

"memangnya lo tau alasan dia gak ngomong lagi ke elo?"

"gak tau"

_________________

Perasaan senang Shania setiap siang saat melihat mobil Nadhif terparkir di parkiran untuk mengajaknya makan siang bisa langsung sirna tiap memori pertengkaran dan kata kata Nadhif selama ini berputar lagi di otaknya. Sehingga ia memutuskan untuk tidak mengindahkan kewajiban-memang kewajiban kan? Wong, Nadhifnya melakukan itu karena permintaan Ibu Maya, bukan karena keinginannya sendiri-Nadhif untuk mengajaknya makan siang.

Lagipula, sudah Shania tekankan kan kalau kali ini ia benar benar marah pada Nadhif.

Sepulangnya mereka dari Aussie seminggu lebih lalu, Shania tak lagi menghubungi Nadhif untuk sekadar berbasa basi menanyakan kabar Pria tersebut, juga tak lagi mengirim bergelembung-gelembung pesan panjang mengenai harinya pada Nadhif. Dia benar benar berhenti mengusik Nadhif. Mengirimi Nadhif pesan seperti biasa saja tidak, apalagi menelpon untuk sekadar menjaili Pria itu.

Sekarang bagi Shania, Ia sudah bertunangan dan nanti akan menikah dengan Nadhif saja sudah cukup untuk membayar utangnya pada Ibu Maya. Dalam sisi perasaan yang dibalas dan terbalas di dalam hubungan mereka tak lagi Shania pedulikan, perlahan tapi pasti akan Shania kesampingkan seperti yang beberapa hari lalu ia tekadkan.

"Siang Sha!" suara berat menyapa Shania.

Shania yang tadinya berdiri di samping jendela besar yang tertutup tirai di dekat klinik mata langsung berbalik, "eh? siang dokter Rudy"

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang