ketiga puluh lima ; dengan cara ini...

4.2K 460 119
                                    

hai semua, lama tak jumpa!ketemu lagi sama Mas Nadhif dan Shasa heheheuntuk dapat update-an bab selanjutnya lusa atau dua hari lagi, bisa naikkan komennya sampai 25 ya!Happy reading dan satday guys <3___________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai semua, lama tak jumpa!
ketemu lagi sama Mas Nadhif dan Shasa hehehe
untuk dapat update-an bab selanjutnya lusa atau dua hari lagi, bisa naikkan komennya sampai 25 ya!
Happy reading dan satday guys <3
___________________

Foto berukuran 15R berbingkai hitam itu sudah ditatapnya hampir setengah jam lamanya. Sebuah foto A Mah yang duduk di sebuah ottoman putih dengan dress putih cantik yang kemudian diapit oleh cucu-cucunya yang tersenyum lebar menatap sang almarhumah dengan penuh hangat dan puja. Semuanya berpakaian putih, dengan latar polos coklat tua, dan penerangan yang agak kekuningan menambah kesan lembut. 

Senyum Nadhif terukir tipis. Ia menghela nafas panjangnya. Sudah sebulan lamanya A Mah pergi. Dan ternyata Nadhif masih juga merasakan rindu tersebut. Nadhif memang bukan Papanya, bukan anak kandung  A Mah. Ia hanya seorang cucu diantara banyak cucu dan cicit yang A Mah miliki. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa diantara deretan cucu cicit A Mah dirinya lah yang paling dekat dengan wanita itu. 

Semua orang tau sebagaimana dekatnya seorang Nadhif Soerdjaja dengan sang A Mah, sehingga banyak dari mereka yang memaklumi rasa rindu Nadhif yang begitu besar. Bagaimana tidak rindu? Kalau Nadhif menghabiskan masa masa remajanya disamping sang A Mah, besar dan berkembang dipelukan A Mah yang selalu siap sedia selama ia di Ausralia.  Semua orang tahu itu. Yang mereka tidak tahu adalah, ada rindu yang lebih besar yang Nadhif pendam. Rindu pada seorang gadis yang sudah dua bulan, hampir tiga bulan ini berhasil pergi menghilang tanpa meninggalkan satu jejak pun. Bahkan Gadis itu sama sekali tak memberi tahu Rangga juga Chelyn mengenai tempat ia pergi. 

Sekali lagi Nadhif menghela nafas panjangnya. Bagaimanapun ia mencoba, rasa menyesa itu tidak akan pernah hilang. Alih alih menghilang, rasa itu makin menggerogotinya. Mengganggu dirinya untuk menjalani harinya. Maafnya malam itu sama sekali tak diterima oleh Shania. Hah… direspon saja tidak, bagaimana mau diterima? 

Andai ia tahu Shania kemana, Nadhif tentu akan menyusulnya tanpa pikir panjang. Memohon maaf dan kesempatan kedua. Andai… Andai dia tahu kemana Gadis itu pergi. 

Andai saja…

“Kangen, Dhif?” suara Rangga datang menyapa telinganya. 

Nadhif hanya berdehem pendek, tidak berniat membuka suaranya untuk meladeni Rangga lebih jauh. 

“Semua orang kangen A Mah, kangen sebetapa hangatnya A Mah memperlakukan anak anaknya, menantu menantunya, cucu-cucunya, dan cicit-cicitnya, and everyone, literally everyone” ucap Rangga, bersedekap, ikut menatap bingkai foto yang menjadi objek pandang netra Nadhif sejak tadi. “Tapi gue yakin rasa kangen lo ke A Mah lebih besar dibanding rasa kangen gue ke A Mah” 

Nadhif hanya diam, tak ingin merespon lebih jauh. 

“Kalau sama dia, gimana?” tanya Rangga, melirik sekilas guna mendapati bagaimana reaksi wajah Nadhif. 

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang