Tenggelam

50 2 3
                                    


Embun pagi mengusap lembut telapak kaki gadis bermata bening, di atas hamparan rumput hijau berdiri Kiyara atau yang kerap disapa Kiya itu menatap matahari ditemani suara burung yang kian riuh.
"Betapa indahnya dan sejuknya pagi ini, Sang Surya yang memancarkan sinar begitu indah dan damai, pohon pohon yang sibuk berfotosintesis untuk memperbarui udara, dan tetesan embun pagi," ucap Kiya dalam renungnya dan dia pun duduk. Dia merasakan suntuk yang begitu menyita pikiran dan hatinya dan dia pun kembali pada ingatan masa lalu.

"Kiya bangun sarapan sudah siap" tegur bunda sembari membelai lembut rambut putri nya. Kiya pun perlahan membuka mata dan sinar matahari menyinari mata nya. " Kiya bangun bunda tunggu di luar nak" Kiya pun bangun dan bersiap untuk sarapan. Di atas meja bunda menghidangkan berbagai macam hidangan yang sangat spesial karena ini hari spesial Kiya. Ada cumi cumi asam manis, ayam taliwang, udang crispy, puding strawberry, dan susu kedelai.

" Wah, bunda banyak sekali makanannya" sahut Kiya.
"Iya, bunda ingin Kiya makan banyak hari ini semoga dengan makanan ini Kiya memulai hari ini dengan sebuah senyuman," jawab bunda dengan penuh ketulusan. Kita pun tersenyum dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.
"Kak Kiya good morning," sapa Tasya adik Kiya.
"Tasya udah bangun sayang?" tanya bunda.
"Udah bundaa," jawab Tasya dengan semangat.
"Ayo sini cepet duduk disamping kak Kiya makannya," perintah bunda.

Dengan sigap Tasya segera duduk samping Kiya dan mereka pun makan bersama. Tak lama kemudian bunda pun ikut duduk dan bergabung dengan mereka berdua.
Rintik hujan membasahi tubuh Kiya perlahan dan dia pun tersadar dari renungan masa lalunya. Dan menghela napas panjang sembari berkata "Sudahlah marilah kita sudahi renungan ini dan kembali pada realita."

Kiya pun menyusuri jalan setapak diantara rerumputan yang lebat, sembari menikmati hujan yang turun tiba tiba di pagi hari yang damai nan cerah. "Entah kenapa aku bahagia di hari yang seperti ini, mungkin orang berpikir ini merusak pagi tapi tidak untukku. Hari ini aku lega setelah semua renungan panjang hujan ini sangat menenangkan hati ku mendekap diriku secara dalam agar tak terlalu mendalami sebuah renungan. Hari ini memang hari yang indah," gimana Kiya dalam hatinya.

Kiya memang gadis yang berbeda dengan yang lainnya, ia banyak memandang positif hal hal yang menurut orang lain itu buruk dan merusak bahkan menghancurkan. Seperti hari ini mungkin kebanyakan orang berpikir hujan di pagi yang cerah cukup mengganggu dan merusak suasana tapi opini itu tidak terbersit di benaknya ia merasa bahwa hujan ini menenangkan hatinya.

--

Kiya berjalan menyusuri jalan setapak itu dengan penuh senyuman dan bersenandung, dan secara sadar dia berjalan hanya mengikuti hati dan tak memiliki tujuan. Hanya berjalan tanpa henti hingga hujan pun terhenti. Dan Kiya menemukan sebuah karya terindah yaitu sebuah pelangi di hadapannya. "Pelangi...," sahut Kiya.

Pelangi yang sangat indah di pagi hari yang melelahkan setelah berjalan tanpa tujuan. Dan Kiya pun kembali duduk matahari pun kembali menyapa kembali. "Hari ini indah begitu juga hari itu," Dan Kiya pun kembali tenggelam pada renungan.

"Yah hujan, Bagaimana aku bisa pulang?" kata Kiya sembari menatap hujan dan berpakaian seragam sekolah lengkap. Tak tersadar tiba tiba seseorang datang dan menariknya kebawah rintikan hujan. Kiya yang tertarik pun hanya terkaget tak mengerti apa yang dimaksud orang itu. Sontak pun dia berkata "Raka, Kamu ngapain? Mau gak masuk sekolah besok?" "Hujan itu menenangkan Kiya coba rasain," jawab Raka dengan penuh semangat. "Udah lah aku mau neduh dulu mana mungkin aku pulang hujan sederas ini," jawab Kiya sambil kembali meneduhkan diri di halte bus.

Raka tau apa yang baru saja di alami Kiya dengan sigapnya ia kembali menarik tangan Kiya dan berkata "Aku tau apa yang kamu alami Kiya, Coba deh ikut aku!" Kiya pun mengikuti arahan dari sahabat kecilnya itu. Dan mereka berdua pun berjalan menyusuri jalan di bawah rintikan hujan sembari bersenandung dan kemudian hujan pun berhenti dan mereka pun menemukan pelangi.

"Nah kan apa aku bilang tadi coba deh ikut aku," kata Raka dengan bangga melihat senyuman sahabat kecilnya setelah sekian lama. Kiya pun hanya membalas dengan sebuah tawa kecil.

"Hari itu indah sekali," guman Kiya dan dia pun bergegas pulang setelah menatap pelangi yang indah. "Dan aku pun kembali menyusuri jalan ini..." senadung Kiya dalam hati.

"Kita mungkin membutuhkan payung untuk menyusuri hujan, tapi terkadang kita hanya butuh kelapangan hati untuk menyusuri nya"

Hujan itu bagaikan ujian dalam hidup ini terkadang kita butuh pelindung untuk menghadapi nya tapi tak jarang pula kita hanya butuh hati yang lapang sebagai pelindung dari segala hantaman ujian ujian kehidupan.

"Aku pulang," sapa Kiya sesampainya dirumah. "Dari mana aja sih Kiya kita kan mau Hang out pagi ini," jawab Sarah sahabat Kiya. "Oh iya, Sar maaf ya aku lupa," Kiya meminta maaf karena lupa akan janjinya. "Gpp kok Kiya, aku paham ikatanmu dengan hujan," jawab Sarah dengan tulus. Kiya pun memeluk Sarah dengan erat sembari berkata, "Makasih ya Sar dah mah ngertiin aku sejauh ini," "Kan kita bestie Kiya" "Uuu sayang Sarah deh banyak banyak."

--

Mereka memang tak hang out bareng, tapi kejadian ini semakin mempererat hubungan persahabatan mereka. Dan mereka pun duduk bersama di balkon sembari berbincang bincang ringan ditemani secangkir teh dan beberapa biskuit.

"Ini nih bukan hang out tapi lebih bermakna dari pada hang out. Ngeteh bareng Kiya." Kata Sarah bahagia.

"Aku tuh paling suka masa masa kek gini, dimana kita cuman berbincang random gak jelas tapi ini cukup damai dan menenangkan," jawab Kiya tulus

Memang tak perlu hal hal mewah dan besar untuk merasakan damai cukup membuka hati dan saling menerima satu sama lain saja sudah cukup damai dan menenangkan.

Kiya dan Sarah mereka adalah sahabat seperjuangan yang saling membantu dan mensupport satu sama lain. Mereka bersahabat semenjak orang tua mereka menjadi patner kerja di sebuah proyek. Dikala itu Kiya berumur 9 tahun dan Sarah lebih tua setahun daripada Kiya. Akan tetapi mereka terlihat seserver seumuran dan mereka memang sahabat yang dekat sekali. Dan sekarang mereka sama sama menjadi pekerja kantoran di perusahaan yang sama dan sekarang mereka berdua juga sama sama berkuliah di jurusan yang sama dan fakultas yang sama dan juga menyewa rumah yang sama.




Lintas KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang