Takdir

6 1 1
                                    

Kiya dan Sarah kembai ke rumah, dan Kiya masih menggenggam ganci dino itu, dalam hatinya “Alangkah baiknya jika dia benar benar Raka Aditya Mumtaz, aku pasti akan sangat senang, aku gak akan menanyakannya alasan, kenapa dan bagaimana bagiku kehadirannya kembali di hidupku adalah yang lebih istimewa.”

Sarah melihat Kiya melamun, “Kiya lagi lamunin apa? Lagi bicarain apa dalam hati kok sampe tatapannya begitu?” “Ah, enggak.” “Masa sih?? Sini cerita ama aku.”

Kiya memulai deep talk dengan Sarah, Kiya menjelaskan kejadiannya lagi, dan mengutarakan opininya “Jika itu memang benar benar Raka aku akan sangat senang.” “Gak cuman kamu doang Kiya yang seneng aku juga,,” tutur Sarah menghibur dengan senyuman kecil.

Kiya memasukkan ganci dino ke dalam kotak dan menyimpannya di dalam lemari yang paling dalam, “Jika memang takdir kita bertemu, pasti akan bertemu.”

Kita pergi menuju dapur, dan mulai membuat teh. “Sar, lagi hujan nih ngeteh yuk.” “Sok atuh, bikin aja, saya tunggu pesanannya bu, mohon segera.”

“Oke, Bu pesanan diterima. Mohon ditunggu sejenak.”

“Jangan panggil saya Bu, saya masih muda, panggil saya Kak saja.”

“Oke kalau begitu kakak juga panggil saya Kak bukan Bu.”

“Dasar emang cewe hobinya menolak tua,” kekeh Sarah.

“Itu adalah ke reletan yang hakiki Kak.”

“Bagaimana pesanan teh saya Kak?’

“In proses Kak.”

“Saya mencoba menambahkan mint ke dalam teh panasnya Kak.”

“Wah Kak tapi saya ingin jika ditambahkan bunga teh Kak.”

“Baik secangkir teh dengan tambahan bunga teh di atasnya.”

“Apakah Kakak butuh camilan?”

“Oh tentu Kak, tersedia camilan apa saja Kak?”

“Tersedia biskuit, kukis, brownies.”

“Saya mau biskuit Kak.”

“Siap Kak.”

“Et dah Kiya cocok banget dah jadi pramusaji.” Tawa Sarah dan Kiya memenuhi ruangan, seakan menambah hangat suasananya saat itu.

“Pesanannya sudah siap Kak.”

“Baik saya tunggu di kursi balkon.”

Hujan yang belum selesai, akan tetapi mulai mereda dari yang awalnya deras sekarang gerimis, rintik rintik ringan masih mengguyur bumi. Duduk Kiya dan Sarah di balkon ditemani seduhan teh dan biskuit. Suasana sore yang hangat, pelangi yang muncul, semakin mencairkan suasana. Mereka berbincang bincang hingga senja mulai terlihat di ufuk barat.

“Sar, senja itu benar benar indah, walau sekejab ia selalu menepati janjinya untuk kembali.” Sarah tersenyum, mendengar kata kata Kiya dan sedikit menyadari makna nya.

“Akan tetapi ini bukan tentang senja, bener bukan?” Kiya menyeringai, Sarah pun kembali bertutur, “Ki, inget kata kata ku, jika memang takdir angin yang berhembus pun akan kembali, daun yang jatuh pun dapat terbang kembali terbawa angin. Tapi ingat jika takdir! Semua ini perkara dirimu dan dan hatimu, jangan sampai kamu hilang kontrol. Apapun yang terjadi, kamu harus bisa berdamai dengan keadaan, dengan itu kamu bisa berdamai dengan masa lalu.”

Lintas KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang