"Kusudahi flashback panjang ini, bagaiamana kabarnya sekarang? Raka, jika memang benar semua itu hanya angin maka sapalah angin yang baru." Kiya menyudahi lamunannya dan kembali tersadar. Ia membuka lembaran usang yang tersimpan rapi di dalam kotak.
"Mana kertas itu ya,, keknya aku inget taruh sini."
Tangan Kiya yang tak berhenti mencari dan mata yang sibuk meneliti, dan akhirnya ia menemukan kertas yang ia cari. " Nah ini kettasnya."
Kertas pos it berwarna pudar karena melintasi waktu dan berbagai kenangan. Kertas yang sangat berharga, bertuliskan "Kiya jika kita dipisahkan oleh keadaan anggaplah aku sebagai angin yang hanya berhembus lalu pergi, akan tetapi angin itu akan kembali."
"Aelah Kiya tumben banget kamu buka kotak itu!" celoteh Sarah yang berdiri di pintu. Kiya yang terkejut segera membereskannya. Sarah menghampiri Kiya dan menggenggam tangannya.
"Kiya inget ini, kenapa si kamu masih harapin dia? Jalanmu masih panjang Kiya... " Kiya hanya tertunduk dan membendung linangam air mata dengan menarik nafas panjang.
"Kiya.. "
Mengetahui itu, Sarah pun memeluk Kiya dengan hangat sambil menepuk pundak Kiya menyemangati dan menghiburnya. "Kiya, kamu harus bisa berdamai dengan keadaan ini."
Suara sesenggukan semakin terdengar, Sarah semakin prihatin dengan sahabatnya. "Kiya aku tau kok, Raka itu baik tapi... " Sarah tak melanjutkan ucapannya dan memilih hanya menenangkan Kiya.
Keheningan menyelimuti, suara sesenggukan yang telah pergi. "Udah Kiya?" tanya Sarah dengan lembut. Kiya menjawab hanya dengan anggukan. "Syukurlah, Kiya memang hebat, Kiya kamu kuat!"
"Because You Sar."
"Uuuu, Kiya... "
"Sar, ku pengen tanya sesuatu deh."
"Apaan? "
"Tanggapan mi uat tulisan ini apa? Apa yamg kamu ahami?"
"Menurut Sarah si, Raka tuh berniat pergi, dan gak akan kembali mana ada angin yang sama berhembus kembali.."
"Kalau menurutku si, dia pen bilang Kiya aku harus pergi, tapi jangan sampai kepergian ini menyakiti mu, kemungkinan kecil aku akan kembali akan tetapi aku akan tetap kembali dan harus kembali."
"Yaudah si, kalo kamu mau nunggu dia its okay, tapi inget kalo kamu kecewa inget Ada Sarah.' ucap Sarah sembari mengelus kepala Kiya dan merapikan rambutnya.
"Inget ada aku Ki. Kalo misalnya lu terluka jatuh capek, jangan malu gengsi buat cerita. Mau nangis? Nangis aja aku siap jadi pendengar yang setia buat Kiya, Inget aku ada disini bareng kamu."
"Makasih ya Sar."
__
Kabut menyelimuti pagi, Sinar matahari yamg samar samar tertutupi kabut. Ayuman sepeda Kiya semakin kuat menaiki tanjakan, dan tiba tiba terlepas setelah tanjakan. "Uuuuu, the beautiful morning."
Kiya menepikan sepedanya, dan kembali berjalan menyusuri rerumputan. Tek tek suara gantungan kunci yang saling bergesekan, Kiya berjalan membawa buku kecil yang bergnatungan gantungan kunci kesayangannya. Kiya berjalan semakin jauh menyusuri rerumputan. Setelah berjalan lima menit ia pun duduk dibawah pohon ynag rindang, Kiya membuka buku kecilnya dan mulai menulis.
Kiya tenggelam dalam fokus dalam menulis, dari belakang seorang lelaki bertopi menepuk pundak nya. Fokus Kiya buyar dan ia menoleh.
"Maaf Kak, daritadi saya panggil Kakak tapi Kakak tidak respon. Maaf Kak lancang, tapi saya cuman mau kembaliin ini Kak. Tadi jatuh di antara rumput rumput Kak."
"Oh.. Makasih ya."
"Saya duluan ya Kak." Laki laki itu pun pergi, Kiya kembali larut dalam tulisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Kenangan
RandomKisah para Penyintas waktu yang tengah berusaha berdamai dengan masa lalu. Berbagai kenangan yang melintas tak jarang menjadi penyakit maupun obat Begitulah masa lalu... Indah menjadi obat, menyakitkan menjadi penyakit. Trauma yang mendalam dan keta...