Kehilangan 1

8 1 2
                                    

Flashback on

Kabut kabut masih menyelimuti pagi, hawa dingin yang sedikit menusuk tulang. Gadis kecil menangis sesenggukan sendirian dibawah sebuah pohon yang besar dan rindang. Gadis itu tak lain ialah sahabat Kiya, Sarah Erika. Sarah menangis tersedu tiada henti, air mata yang terus menerus berlinang, mata yang sangat sembab, dan hidung yang merah. Kesedihan sedang membersamai Sarah. Bagaiman tidak sedih, Sarah yang baru berusia 10 tahun, ia telah menyaksikan kejadian yang menghancurkan hatinya hingga terasa seperti dicabik cabik, ia menyaksikan bagaimana ibu dan saudara kembar Sarah Farah kedua tertabrak tepat di depan matanya, sudah seminggu berlalu akan tetapi kesedihan dan tangisan Sarah masih sama. Sarah sangat terpukul dengan kepergian orang yang sangat dicintainya hingga ia tak ingin masuk sekolah, ayah Sarah sangat prihatin melihat anaknya seperti ini, walau dalam hatinya juga terpukul, tak lama kemudian Ayah Sarah mendapatkan surat berisi putusan dari kantor, yang berisikan bahwa perintah untuknya dinas luar negri selama tiga bulan, sungguh benar benar kabar yang tidak dinantikan. Ayah Sarah berpikir berkali kali, ia khawatir jika dia pergi bagaimana dengan nasib putrinya yang kini sendiri. Ayah Sarah pun mendatangi sahabat nya Setyo, “Set, tadi gua dapet surat dinas selama tiga bulan, gimana gua pergi gak? Kalo gua gak pergi, bisa melayang pekerjaan gua.” “Udah lu pergi aja Bim, biar Sarah sama kita, gak akan kita biarkan Sarah merasa kesepian, kan ada Kiya,” jawab Setyo ayah Kiya. “Makasih Set, gua akan bicara dulu ke Sarah tentang masalah ini.”

Ayah Sarah segera pulang dan menenangkan putrinya, tiga hari lagi Bima harus pergi meninggalkan putrinya, karena pekerjaan, berat hati yang dirasa, akan tetapi Bima memikirkan masa depan Sarah jika tak memenuhi perintah kantor. Bima pun menjelaskan keadaan dan masalah secara perlahan pada Sarah hingga ia paham betul dan tak salah paham dengan tindakan ayahnya

Setelah mendengar penjelasan yang panjang dari ayahnya, Sarah berkata “Ayah pergi aja, jangan khawatirin Sarah, maafin Sarah selama ini yang masih sering nangis karena ibu sama Farah. Sarah tau ayah juga pasti lebih sedih. Sarah janji selama bareng Om Setyo Sarah jadi anak yang baik dan penurut.” Sarah sebenrnya sangat pengertian akan tetapi kepergian ibu dan saudara kembarnya sangat mengguncang hatinya sehingga membuatnya menangis tiap hari dan membebani ayahnya.

Tiga hari yang berlalu dengan singkat, tibalah hari dimana Ayah Sarah harus pergi dinas, Sarah ditemani Kiya dan keluarga nya di bandara melepas keberangkatan ayahnya.

“Ayah jangan pergi selamanya ya Yah, Kiya selalu nunggu Ayah disini. Hati hati di perjalanan Ayah.” Ayah Sarah memeluk putri satu satunya dengan penuh dekapan kasih sayang, “Ayah harus kembali buat liat senyum putri Ayah, Sarah baik baik ya sama keluarga Om Setyo, jangan pernah bertengkar sama Kiya,” tutur Bima lembut.

“Iya ayah.” Senyum Sarah melepas keberangkatan ayahnya.

Lintas KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang