haechan dan renjun kembali ke bus setelah menghabiskan satu cup mie. tubuh keduanya sudah lumayan hangat dan masih ada sekitar dua menit untuk kembali melanjutkan perjalanan.
kembali dengan agenda haechan yang langsung diam bak habis marathon lari.
memang benar marathon.
tapi di hatinya.
renjun sudah biasa dengan sikap haechan yang kembali diam seribu bahasa. renjun sebagai orang yang sudah sangat dekat dengan haechan hanya bisa diam menunggu haechan yang membuka suara lebih dulu, karena jika renjun tanyakan sekarang pasti jawaban haechan adalah gak ada apa-apa, emang muka gue keliatan ada apa?
renjun malas berdebat dengan haechan keukeuh, dirinya akan kalah telak lawan haechan yang bisa dibilang akan kembali menjadi anak kecil susah diatur kalau sedang dalam mood swing.
cuaca mulai mendung, tetesan air hujan pun mulai terlihat di jendela. ac yang semula tak terasa, kini mulai menusuk ke kulit bak dipasang pada suhu paling rendah.
semua mahasiswa kini sudah berada di dalam bus, memilih diam sejenak beristirahat dan menikmati perjalanan karena cuaca yang mendukung. ditambah sungchan yang izin pada dosen pembimbing dan pak supir untuk memasang lagu jazz andalannya.
nuansa dalam bus semakin hening, masing-masing jaket milik mahasiswa mulai merekat di tubuh seperti tak mau kehilangan hangat.
beruntung tadi haechan dan renjun sempat makan mie hangat.
kembali pada haechan yang kini sudah menutup kepalanya dengan tudung hoodie yang baru ia kenakan.
karena diam, penyesalannya kembali naik ke atas kepala karena lupa meminta renjun untuk menemaninya mengambil salah satu dari dua alat pendengar musik yang ia simpan dibagasi bus, rasa jengkelnya sedikit tertutup sebab sungchan pandai memilih lagu yang pas pada momen seperti ini.
di sisi otaknya yang lain, ia teringat pada kejadian tadi pada saat bus baru sampai pada pintu gerbang tol utama.
pandangannya lurus, ke arah yang sudah bisa dipastikan mengarah kepadanya. sepasang mata itu tak bisa dinilai apa artinya. ada sedikit kalimat yang di utarakan tapi entah apa itu.
di detik itu, haechan terdistraksi oleh tatapan lembut tanpa arti.
"mark lo yakin gak mau pake jaket?" tanya hendery pada mark yang hanya mengenakan kaos polo tipis, sedangkan suhu di dalam bus mulai mendingin.
"santai, gue tadi beli permen jahe."
hendery hanya memasang wajah datar ke arah mark yang sulit ditampar kenyataan, "sok kuat lo, metik gitar segitu aja tuh jari pake hansaplast."
mark tertegun dengan kalimat yang hendery lontarkan, "gue udah lama gak genjreng, mangkanya kaku gini, sotoy."
"terserah. jadi, lo masih bersikukuh nih gak mau pake jaket? gue ada dua kalau lo mau pake mark," kembali hendery tawarkan pada mark yang tetap mendapat penolakan.
Oke, untuk kejadian selanjutnya hendery hanya akan angkat tangan.
Tapi kayaknya hendery gak bisa angkat tangan gitu aja disaat dua puluh menit kemudia mark mulai mengeluarkan suara menggigil dengan tangan yang dilipat di depan dada. wajah panik hendery otomatis terbentuk dan tangannya mengulur pada dahi mark yang mulai demam, tangan mark terasa dingin meski wajahnya terasa panas.
"bu! mark menggigil!" teriak hendery pada dosen pembimbing dari kursinya yang membuat seluruh atensi tertuju pada kursi yang ditempati hendery dan mark.
si dosen pembimbing menghampiri keduanya dan langsung mengecek keadaan mark yang terlihat jelas kedinginan.
"kasih dia jaket dulu, saya coba cari obat penurun demam, kalau ada yang punya air hangat atau panas tolong kasih mark biar dia peluk dulu," titah dosen pembimbing sembari ia kembali ke barisan depan mencari obat sembari melakukan panggilan telepon untuk mencari bantuan.
haechan merasa gusar meskipun matanya sudah terpejam, masih mengingat bagaimana mata seniornya itu menatapnya lamat dan dalam.
pertanyaan dan beberapa kemungkinan terus bergulir di otaknya. mulai dari kemungkinan kalau seniornya itu punya perasaan pada dirinya, padahal mereka hanya sebatas tahu satu sama lain.
ah, bukan. nyatanya hanya haechan yang tahu soal mark.
"Hipotermia?! Kok bisa?!"
panggilan suara yang dilakukan oleh dosen pembimbing di dalam bus rombongan haechan membuat beberapa mahasiswa terlihat penasaran dengan apa yang terjadi.
"Ya sudah, rombongan saya berhenti dulu. Tapi, ini hujan lagi agak besar, rest area berikutnya masih lumayan jauh, mungkin kita cari yang agak teduh dulu."
sambungan telepon itu terputus, mengundang tanya dari beberapa mahasiswa di barisan depan sebelum akhirnya dosen pembimbing membuka suara.
"salah satu senior kalian terindikasi hipotermia, ada yang bisa bantu di bus sebelah untuk sedikit netralin kondisinya?" tanya dosen pembimbing dari barisan depan.
renjun yang tahu kalau haechan pernah jadi pendaki aktif dan beberapa kali menangani kasus sejenis hipotermia tanpa seizin haechan, ia langsung mengangkat tangan dan bersuara, "HAECHAN BISA, PAK!" dihadiahi sepasang mata melotot ke arahnya, renjun hanya memberi kode sedikit.
kalau lo mau cari jawabannya, datengin, bukan cuma bergelut sama pikiran lo sendiri.
berakhirlah haechan dengan langkah kaki mulai menginjak aspal jalan tol yang basah, dengan payung besar yang muat untuknya dan dosen pembimbing.
panas akan selalu jadi teman kemarau, sedangkan dingin akan selalu jadi teman hujan.
- the beautiful creatures -
![](https://img.wattpad.com/cover/350456403-288-k692651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
the beautiful creatures | markhyuck
Fanfictionsetiap kali mark lihat haechan, hanya satu yang selalu ia ucap dalam batinnya "cantik." saat haechan juga ikut tahu eksistensi mark, maka batinnya juga sebut "indah". cw // bxb, harshwords, lowercase, stranger to lover, campus life, love at first si...