haechan dan renjun sudah sepakat untuk mengunjungi rumah abu tempat mendiang adik renjun disemayamkan setelah keduanya memperoleh izin dari dua dosen yang seharusnya mereka hadiri pagi hari ini.
seharusnya mereka mengunjungi rumah abu setelah pulang dari kegiatan perjalanan wisata, tapi renjun sendiri yang membuat rencana itu di malam sebelum mereka kembali pulang, memilih langsung pulang dan beristirahat.
keduanya sampai di rumah abu pukul sembilan pagi sehingga kondisi masih cukup sepi, hanya ada beberapa petugas yang berjaga.
haechan dan renjun membawa bunga masing-masing yang mereka beli saat diperjalanan untuk nantinya mereka simpan di depan guci dan didepan foto adik renjun.
"adik lo, gak pernah luntur ya cantiknya," puji haechan sambil menaruh bucket bunga kecil di depan guci milik adik renjun, sementara renjun hanya bisa tersenyum, dan ikut menaruh bunga di depan foto keluarganya.
"it's been five years, rasanya kayak masih kemarin kita main bareng."
renjun rasanya ingin mengeluarkan guci abu yang tersimpan rapi dari dalam lemari kaca dan memeluk guci itu hingga ia tertidur dan kembali terbangun sambil berharap adiknya akan kembali lagi menjadi nyata dan bermain bersamanya. tapi itu semua tidak akan mungkin terjadi, renjun hanya bisa mendoakan yang terbaik.
haechan merangkul bahu trnjun yang mulai turun, berusaha untuk menenangkan sahabatnya yang mulai kehilangan keseimbangan.
"our little sister in a better place, gak usah khawatir jun. dia baik-baik aja disana, iya kan dek?" haechan mencoba berkomunikasi dengan adik renjun lewat satu figura foto dari adik renjun yang tengah duduk sendirian, memandang ke arah lensa kamera, dan tersenyum amat cantik.
foto itu diambil dua hari sebelum kepergian mendiang, dirinya lah yang meminta melakukan foto studio secara individu dan bersama-sama dengan renjun dan haechan. katanya supaya nanti tidak sulit mencari fotonya yang duduk sendiri dan tertawa.
mengulang kembali memori yang tertanam sejak lima tahun lalu, mengulang lagi cerita yang mereka kubur dalam-dalam hingga hari ini kembali lagi hadir.
rangkulan itu semakin erat kala renjun hanya bisa tertunduk dengan air mata yang terus mengalir, dalam pikirannya hanya ingin kembali lagi pada masa lima tahun yang lalu, saat dimana mereka sedang dalam puncak kebahagiaan.
"kalau aja ya chan hiks- waktu itu kita buru-buru dapet donor, sekarang pasti adek masih disini."
haechan meraih kaca penutup tempat penyimpanan guci, mengelus pelan seakan kaca itu akan pecah jika ia tekan lebih kencang, yang artinya ia juga ikut menghancurkan rumah indah yang telah dibangun khusus untuk mendiang adik renjun.
"jun, gak ada yang bisa memutar waktu. kita cuma bisa ikhlas dan terima semuanya, jangan buat diri lo sia-sia karena merasa kehilangan, karena bukan cuma lo, masih ada orang tua lo, dan gue tentunya yang terjebak lima tahun lalu."
kalimat haechan terhenti sejenak kala ia merasa semilir angin datang entah darimana. ia menoleh ke setiap sudut ruangan, namun tidak ada kipas atau benda lain yang ikut bergerak, lalu ia tersenyum.
"sekarang lagi ada yang seneng kita dateng, please welcome us our princess, let's we talk for a second."
---
dua sahabat itu kembali lagi ke universitas tepat setelah makan siang dan renjun mendapat pesan dari xiaojun perihal rapat koordinator cheer di gedung olahraga. ini juga termasuk perjanjian antara renjun serta dua sejoli itu untuk mempertemukan lagi mark dan haechan.
tapi mereka lupa akan kehadiran yeri yang juga merupakan tim inti dari cheer.
"chan, tunggu di tribun disini gak apa-apa kah?" tanya renjun yang mengintruksikan haechan untuk duduk di salah satu teempat duduk di tribun dan haechan tidak masalah yang penting ia bisa duduk sembari menunggu renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
the beautiful creatures | markhyuck
Fanfictionsetiap kali mark lihat haechan, hanya satu yang selalu ia ucap dalam batinnya "cantik." saat haechan juga ikut tahu eksistensi mark, maka batinnya juga sebut "indah". cw // bxb, harshwords, lowercase, stranger to lover, campus life, love at first si...