s. another lies and the truth

199 13 0
                                    

"...enggak, buat apa juga?"

renjun reflek membanting tas kecil miliknya yang berisi peralatan mandi ke dalam koper dan menimbulkan suara yang keras, membuat haechan jelas terkejut dengan tindakan renjun, "apaan sih lo banting-banting gitu?"

sahabatnya itu lalu menutup koper dengan tarikan kencang pada resleting, membuat haechan merasa ngilu. haechan bangkit dari kegiatan leha-lehanya bermain ponsel dan menatap ke arah renjun yang jelas menahan amarah, kenapa lagi coba anak ini?

haechan berusaha tetap tenang dan mencoba membuang segala emosi yang hadir, karena sejujurnya haechan bingung dengan perubahan sikap renjun yang tiba-tiba setelah ia menjawab pertanyaan renjun tentang apakah dirinya bertukar nomor telepon dengan mark.

haechan tentu menjawab tidak karena menurutnya memang untuk apa bertukar nomor telepon dengan orang yang baru dikenal? apalagi ia dan kakak tingkatnya itu tidak berada dalam suatu hubungan khusus atau kepentingan yang mengharuskan mereka saling bertukar nomor telepon.

oh, mungkin renjun naksir sama kak mark.

pemikiran itu muncul di benak haechan soal renjun yang kemungkinan memiliki rasa lebih terhadap kakak tingkatnya.

"jun, lo suka sama kak mark?" tanya haechan polos, tentu renjun langsung menoleh dengan tatapan mata yang tajam yang jika bisa saja berubah menjadi pisau tajam yang dapat melukai siapapun yang melihat.

renjun menghela napasnya kasar, mengusak rambut depannya frustasi, jengkel akan pertanyaan haechan yang tidak masuk akal dan menyebalkan, "lo pikir gue gila?" tanya renjun sebagai jawaban dari pertanyaan bodoh milik haechan.

"hm... bisa jadi sih lo gila. lagipula gak ada salahnya jadi gila karena suka sama orang kan?"

renjun tersenyum miring, "huh, well it's better than going crazy because of your only lover, I mean your ex, iya kan?"

haechan membelalakkan matanya, mencoba mencerma kalimat yang terlontar dari bibir tipis milik renjun yang saat ini ikut berubah menjadi pisau yang beracun. haechan terkejut dengan jawaban renjun yang menurutnya itu bisa saja menusuk ke dalam palung hatinya yang terdalam dan kembali membawa luka lama ke permukaan. tapi, renjun bukan tipe yang akan bersikap demikian.

"maksud lo apa?"

"chan, I'm not even thinking for a second to liking that guy-maksud gue kak mark. Yang gue tanya sekarang itu soal lo dan perasaan lo," renjun kembali membuka suara setelah menyadari perubahan raut wajah haechan menjadi semu.

renjun ikut duduk di samping haechan yang terduduk di pinggir kasur hotel, "than, explain to me where you get that couples of shirt on that totebag?" tanya renjun sambil menunjuk dengan dagunya ke arah totebag yang berada di dekat koper milik haechan.

haechan menoleh ke arah totebag yang belum ia buka isinya. ia tahu kalau itu pemberian dari mark, karena haechan sadar saat mark datang ke bus dengan segala kalimat manisnya.

renjun lebih tahu kalau haechan berbelanja sesuatu pasti ia akan membuka belanjaannya dengan cepat sesampainya dirumah untuk dilihat lagi dan memuji kehadiran barang yang baru.

"I bought it by myself."

mungkin berbohong adalah pilihan yang tepat bagi haechan dan renjun akan mengetahui dengan cepat segala kebohongan yang ia lontarkan dalam bentuk apapun.

renjun melipat kedua tangannya di depan dada, menerawang haechan dari atas hingga bawah, memastikan kalau ucapan sahabatnya itu benar. tapi, masih ada kejanggalan karena haechan masih terus saja gugup.

the beautiful creatures | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang