k. bukan soal kak mark

214 17 0
                                    

cw // traumatized, vomit, feeling unwell, hurt-comfort.


haechan yang bergelung dalam selimut tak ada niatan sedikitpun untuk membuka gulungan selimut yang melapisi dirinya meskipun sayup-sayup dalam kepura-puraan tidurnya ia dengar suara yang tidak asing ditelinga.

"maaf ya, gue cuma khawatir sama haechan liat status lo yang ada di hpnya hendery. gue takutnya efek dia ngurusin gue di bus tadi."

dih, modusnya bisaan banget.

renjun menimpali dialog orang itu dengan diselingi tawa, "hahaha iya kak gak apa-apa kok, repot segala lo kayak gini."

"boleh gue liat haechan gak?" tanyanya lagi dan kemudian yang haechan dengar adalah langkah sendal hotel yang mendekat dan terasa sebuah  tangan meraba dahinya, "oh iya agak demam ya."

"iya kak, dia begitu kalau perjalanan jauh," cerita renjun. padahal alasan haechan sebenarnya bukan karena itu. ya, okelah bisa dibilang memang salah satunya efek perjalanan jauh yang ia tempuh, tapi masalah utamanya adalah karena jeno dan haechan terlalu banyak menangis.

"eh kak lo mau minum gak?"

"gak usah jun, gak apa-apa, gue sebentar kok. udah jam sebelas juga."

lantas yang haechan dengar selanjutnya adalah hening. tak ada lagi kalimat basa-basi yang ia dengar dari renjun dan mark.

ya betul, mark benar-benar nekat datang ke kamarnya hanya karena renjun yang memperbaharui status sosial medianya yang menunjukkan kalau haechan sedang tidak baik.

"gue tinggal toilet dulu ya, kak. nitip bentar."

sepeninggal renjun ke dalam toilet, haechan rasakan elusan pelan pada dahi dan rambutnya. haechan lagi-lagi berdesir di hati. kak mark, ini maksudnya apa?

dari awal haechan memang merasa, kakak tingkatnya ini seperti ada maksud tertentu untuk dekat dengan dirinya sejak obrolan mereka tadi di lorong saat mark mengembalikan gelang miliknya. sorot mata mark tak bisa dibohongi, kalau ia punya ketertarikan lebih pada haechan. banyak sekali pertanyaan dibenak haechan, namun terhalang kala mark malah berbisik dengan usapan halus yang masih ia rasakan.

"haechan, tenang ya. makasih banyak hari ini udah tolongin gue. jangan sakit ya, haechan. besok kita masih harus ke museum. all the creatures at the museum must know, I've met another beautiful creatures."

usapan halus di pucuk kepalanya tergantikan dengan tangan mark yang agak kasar itu beralih ke pipi halusnya. apa ini? haechan malah merasa nyaman menerima afeksi dari mark?

tapi lagi-lagi hatinya terenyuh. sakit mulai menyeruak ke dalam dadanya hingga rasa sesak dan semua perlakuan kasih yang haechan terima dari mantan kekasihnya dulu teringat lagi, membuncah naik ke kepalanya, semakin ditahan peningnya semakin meningkat, perutnya makin terobrak-abrik, ingin mengeluarkan semua sesak.

tak tahan dengan rasa mual itu, tanpa peduli dengan mark di depannya, serta segala kepura-puraannya tertidur, haechan bangkit menuju toilet dengan mark yang terkejut melihat haechan terbangun dengan tangan menutup mulutnya. bertepatan dengan renjun yang keluar dari toilet pun terkejut saat ia lihat kondisi haechan jauh lebih parah.

"HUUUEEEEKKK..."

gema suara haechan yang memuntahkan seisi perutnya di dalam toilet terekam jelas di telinga mark yang membuatnya berlari menuju toilet yang masih terhalang oleh renjun, tapi mark harus berhati-hati, dan perlahan, "jun, tolong air hangat."

renjun yang masih membeku langsung tersadar dan segera mengambil air hangat yang sengaja ia buat di dalam termos kecil milik hotel dan menuangkannya pada gelas berukuran sedang.

mark di dalam toilet hanya menunggu di belakang haechan yang masih tertunduk pada wastafel dengan air yang mengalir.

"kak... renjun... tolong... mau minum..." rintih haechan masih menunduk dan menahan rasa perih pada perutnya.

haechan dan trauma-nya.

segera mark ambil gelas yang berisi air hangat dari tangan renjun dan membawanya ke arah haechan, membantu haechan meminum air hangat, "pelan-pelan."

usapan pelan dari tangan mark pada punggungnya membuat haechan berangsur nyaman, dengan minum yang hampir habis, haechan nampak semakin sayu, dan mark prihatin akan itu.

"haechan... maaf, karena gue, lo jadi..."

kalimat mark terhenti oleh haechan yang menggeleng kepalanya, "enggak, bukan. ini soal yang lain, soal kakak beda lagi. gak ada kaitannya."

mark berusaha paham dan mengerti, "oke, sekali lagi maaf."

haechan lalu keluar dari toilet dibantu mark, namun saat tatapan haechan menemukan netra renjun, rasa sedihnya kembali menyeruak, "njun, sakit banget," dilepasnya genggaman mark dan dipeluknya renjun, haechan kembali menangis.

mark yang menyaksikan itu hanya bisa terdiam.

semua perlakuan renjun yang lembut bak seorang ibu membuat mark takjub saat lihat haechan yang kini sudah tertidur pulas diatas ranjang.

"kak, maaf ya harus liat haechan yang begitu," kata renjun yang mengambil air minum, lelah mengurus haechan yang traumanya kambuh.

renjun duduk di pinggir kasur, dekat dengan kaki haechan, bersitatap dengan mark disebrangnya yang duduk disamping sofa sebelah meja televisi, dan renjun rasa ini tepat kalau mark tahu sedikit soal haechan.

"kak, maaf kalau gue lancang. tapi, gue tahu kalau lo sedari di bus selalu ngeliatin haechan setiap kita pas-pasan di gerbang tol. dan itu adalah alasan gue menyarankan haechan bantu ngatasin orang yang kena hipotermia di bus rombongan kelas lo, supaya dia bisa ketemu sama lo, dan gue kaget ternyata orang yang kena hipotermia itu adalah kak mark, hahaha kocak."

renjun tertawa diselingan ceritanya dengan mark yang masih terlihat antusias.

"hah gitu lah, kak. maaf, lo jadi malah lihat sisi haechan yang begini. tapi, harapan lo pasti gak mau kan ngeliat haechan begini lagi?" tanya renjun mencari yakinnya mark

mark, haechan punya masalah yang lain, dan coba ya untuk mengerti.

- the beautiful creatures -

the beautiful creatures | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang