m. the great creatures

189 15 0
                                    

museum disini dibuat fiksi, tidak ada nyatanya.


"nah, patung ini pernah dilelang dan laku terjual sekitar sepuluh milyar. lalu, pemiliknya kembalikan lagi karena setelah diteliti ini peninggalan sejarah yang seharusnya di lindungi oleh pemerintah," jelas tour guide museum saat menjelaskan tentang beberapa patung yang ada.

renjun mengangkat tangan, "kak, interupsi!"

"iya kenapa?"

"sepuluh milyar itu terus kemana?" tanya renjun.

"bangunan ini harganya sepuluh milyar."

tanpa penjelasan lebih lanjut, para mahasiswa pun mengerti kalau sepuluh milyar yang dibayar untuk membeli patung digunakan untuk membangun museum.

museum ini merupakan bangunan lima lantai. setiap lantai punya nilai arsitektur juga beragam peninggalan yang berbeda sehingga memberi kesan yang elegan, mistis, dan rasanya seperti dibawa kembali ke dunia lampau saat benda bersejarah itu masih berbentuk utuh dan berkilau.

sampailah rombongan mahasiswa di lantai kelima museum yang ditengahnya terdapat batu yang besar. batu itu bersih, jauh dari lumut, mengkilap, berkilau, berharga, dan tak boleh ada yang menyentuhnya. dikelilingi oleh kain merah sebagai penanda batas.

"ini patung," tour guide mulai menjelaskan lagi dan berhasil membuat seluruh mahasiswa terpana.

"ini batu, tapi ini patung. ini diukir seperti ada seseorang yang duduk ditengahnya. konon katanya, ini pahatan batu yang dipersembahkan untuk ratu pemilik seribu pulau. batu ini jauh dari lumut karena memang diciptakan agar tak tersentuh oleh apapun, maka kami disini juga berusaha agar batu ini tak tersentuh apapun. nilai estetika dan sejarahnya sangat tinggi, maka peninggalan ini disebut the great creatures."

para mahasiswa terpana tak terkecuali haechan yang menatap kagum ke arah batu pahatan di depannya.

semuanya mulai berjalan lagi perlahan ke bagian museum yang lain, meninggalkan haechan yang masih terdiam di depan batu, dan memotret dengan beberapa angle untuk nanti ia cetak untuk tugas dan simpan di album fotonya dirumah.

tak jauh dari haechan berdiri ada dua laki-laki, yang satu sibuk memotret seperti haechan, satu lagi juga sama, namun objeknya berbeda.

"lo udah fotonya?" tanya hendery pada mark yang kini sedang tersenyum simpul sambil menatap layar ponselnya dan mengangguk, "udah."

hendery mengintip ke arah ponsel mark, karena menurutnya hanya foto batu sejarah kenapa temannya ini bisa tersenyum seluwes itu?

"coba sini gue liat!" hendery merebut paksa ponsel mark dan terkejut kala foto yang mark ambil adalah dua objek, berbeda dengan dirinya yang hanya mengambil foto pahatan batu.

mark memotret the great creatures dan another great creatures dalam satu frame yang sama.

"judul fotonya the great great creatures."

hendery tersenyum getir akan kelakuan temannya dan mengembalikan ponsel milik mark, lalu beralih meninggalkan mark sendirian dengan fantasinya.

gerombolan mahasiswa itu selesai dari museum pukul dua belas tepat jam makan siang. berhentilah bus rombongan tour di salah satu restoran yang memang booked by campus. seperti saat di hotel, pandangan haechan mengedar ke segala arah mencari mie kuah favoritnya, tapi naas memang, bukan rejekinya siang ini. ingatkan haechan untuk masak pop mie di kamar hotel.

langkahnya menuju drink spot. ada es kopi, lemon tea, dan blackcurrent. haechan pilih es kopi. ia rasa sedikit mengantuk, walaupun masih penasaran dengan perjalanan tour berikutnya.

renjun dan kedua tangannya yang memegang piring penuh dengan makanan memanggil haechan yang masih sibuk memilih, "chan!"

haechan menoleh ke sumber suara dan mengangkat jempolnya, "tinggal milih makan!"

renjun meninggalkan haechan dan memilih mencari bangku untuk ditempati, sial semuanya penuh kecuali satu meja berisi dua orang yang bisa ditempati oleh empat orang.

"misi—eh, kak hendery, kak mark! kebetulan gue belum dapet duduk, boleh disini?" tanya renjun pada hendery yang serius memisahkan dua sumpit kayu yang menempel agar potongannya tetap pada presisi yang pas, "boleh."

itu mark yang jawab. pikir mark kalau ada renjun pasti haechan juga ikut duduk sama mereka kan?

haechan yang sudah mengambil makanan dan minuman lantas berjalan mencari renjun, hingga netra itu akhirnya menemukan renjun yang melambaikan tangan dan duduk dengan orang asing.

tapi perjalanannya menuju meja yang renjun tempati jadi terhenti kala seseorang memanggilnya, "kak chan! makan sini bareng kita!"

"lele?! masih ada bangkunya?" tanya haechan pada seseorang yang memanggilnya.

"masih lah! siniii makan bareng aku!"

haechan bergerak menuju meja yang ia panggil lele atau chenle. adik kelasnya semasa sma dan mereka dekat seperti adik-kakak, itu dimulai karena mereka berada dalam satu ekskul yang sama, dan berakhir menuntut ilmu di universitas yang sama.

"njun! gue sama lele, lo gak apa-apa kan?" seru haechan pada renjun, chenle ikut menoleh ke arah haechan berteriak, meja yang tak jauh dari mereka, "kak njun!" chenle ikut berteriak.

"lele, miss you! iya gak apa-apa yang penting lo duduk, nanti ke depannya bareng!" balas renjun yang juga agak berteriak dan direspon haechan juga chenle dengan anggukan antusias.

satu yang diam mendengarkan kini malah jadi lesu.

kalau terlalu diharap emang gak akan sesuai sama ekspektasi.

- the beautiful creatures -

the beautiful creatures | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang