#13 - Melepas Bincang

71 10 0
                                    

• • •

Biar ku tanyakan satu hal.
Bagaimana ketika ia lelah dengan rumah yang telah ia bangun, lalu pergi tanpa sepatah kata dan balik seenaknya ? Kurasa kau pun menjawab hal yang sama dengan ku.

"Kecewa, bingung, sedih." Pada akhirnya aku terperangkap oleh pikiran-pikiran buruk yang sedang menindas ku puas penuh tekanan.

Lalu bagaimana dengan yang telah ditinggalkan ? "Hei, harusnya kau pun pergi saja," Bukankah justru itu akan menghilangkan wujud rumah itu sendiri ? Berpikirlah !!
- ?

• • •

Saat terjadi perdebatan kecil antara kedua orang tua Maphine.
( #10 - Menjaga mu )

Ayah pergi meninggalkan rumah bersama amarahnya yang tertahan.

Ibu hanya terdiam dikamar, matanya masih menatap mobil yang kian menjauh.

"Gak biasanya se-sibuk ini ... pikiran aku jadi kemana-mana, apa sebaiknya aku tanya rekan kantor-nya aja ?,"

Ibu bergumam, berbicara sendiri dengan keadaan sangat tidak tenang, tangannya terlipat melindungi perut bersama mata yang berpindah-pindah cukup cepat seperti sedang memaksa untuk segera mendapatkan jawabannya.

"Tenang ... aku gak boleh gegabah ... tolong untuk jangan lepas kepercayaan ini, dia suami ku, aku paham bagaimana dia,"

Ibu memejamkan matanya seraya mengucapkan kalimat positif untuk bisa kembali tenang, sang ibu meyakinkan dirinya untuk berhenti curiga kepada suaminya. Karena jika tidak, justru akan memperkeruh keadaan.

• • •

"Papa ... " Lembut Maphine memanggil sang ayah agar tidak terkejut.

"Loh, kamu belum tidur, phine ?,"
Tercengang kecil sang ayah melihat putrinya tiba-tiba menghampiri.

"Tadi yang telponan itu ... papa ?,"

"Iya sayang, ada apa ?,"

"Enggak, papa kedengaran lagi happy gitu suaranya, hehe ...."

"Oh ya ? haha ... papa tadi habis telponan sama teman papa ...."

"Oh temen papa ...."
Jawab Maphine dengan sedikit ragu hingga terdengar samar oleh ayah.

"Iya ... sudah jam sepuluh, kenapa gak tidur, besok sekolah, kan ?,"

"Eh ... itu Maphine mau cuci muka dulu,"

"Oh yaudah ... papa ke kamar ya, sayang ...."

Tutur lembut ayah selalu mengusap hati Maphine, namun Maphine tetap merasa kurang yakin atas pengakuan ayah sebelumnya. Teman ? Bukankah terdengar sangat akrab hanya untuk dibilang 'teman', pikirannya mulai berdebat antara yakin dan tidak kepada ayahnya sendiri.

Ia letakkan satu tangan di dadanya seraya berucap pada dirinya sendiri,

"Perasaan apa ini ? rasanya gak enak banget ... papa ... semoga firasat buruk ini cuman firasat sementara ...."

• • •

Meski ku temukan resah didalam ini,
Akan selalu ku kubur agar tak terlihat.

Poetry In The Lens | ft. Sunghoon & WonyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang