• • •"Pagi, mama...."
"Pagi, papa...."
Sapaan pagi yang menenangkan menghangati tempat berpulang dari dinginnya Bandung di pagi hari.
Keduanya telah jauh dari cerita yang disayangkan karena paham semua bisa berubah seiring berjalannya waktu.
"Cerah banget senyumnya yang habis ngedate berdua,"
"Hahaha... papa kamu nih, Phine...."
"Kayaknya Maphine gak perlu khawatir lagi ya... ma, pa... Maphine berharap banget bisa terus kayak gini,"
"Maaf sudah bikin kamu kepikiran ya, sweetheart... i'll try my best...."
Taruh rasa percaya sepenuhnya Maphine kepada kedua orang tuanya, ia tersenyum dan merangkul keduanya.
• • •
Awalnya aku tidak akan pernah percaya pada segala hal yang aku lihat saat ini. Karena bagi aku, semua sudah terjadi dan sia-sia.
Rasanya begitu sesak, memiliki banyak sosok namun tidak ada satupun yang bisa kita anggap dekat dan nyaman selaiknya rumah.
Tetapi semua berubah saat perlahan masing-masing dari kita memimpikan harapan yang sama.
Aku memang masih mengingat jelas bagaimana tempat ini dipenuhi oleh emosi api. Seakan segalanya hampir lenyap oleh api itu sendiri, tapi. hanya sampai pada 'Hampir', dan itulah yang aku syukuri saat ini.
Biarkan seperti ini, aku berdo'a cerita ini terasa berjalan dengan perlahan. Agar segala halnya ku nikmati penuh rasa syukur.
- M
• • •
- Diruang Rapat OSIS -
"Terima kasih semuanya, evaluasi hari ini kita sudahi semuanya boleh pulang, saya ketua OSIS berterima kasih dan meminta maaf segala hal yang telah terjadi."
Acara besar SMA Sagytha telah terlaksana dengan baik, para panitia sepakat untuk melakukan evaluasi minggu berikutnya setelah acara selesai. Zakiel yang tidak pernah tertatik ikut kepanitiaan pun akhirnya telah berhasil hingga pada pertemuan terakhir di rapat evaluasi bersama OSIS lainnya termasuk Maphine.
Selama rapat berlangsung hingga selesai Zakiel tidak sekali mencuri pandang melihat Maphine pada fokusnya dengan rapat.
Usai rapat evaluasi Zakiel bergegas beranjak dan pergi lebih dulu untuk menghampiri Maphine yang tidak heran-heran akan adanya kehadiran Zakiel."Phine...."
Maphine berbalik dan tersenyum, bahasa tubuhnya memberi isyarat panggilan Zakiel membuatnya tidak merasa nyaman.
"Iya, kak?,"
"Eh... gak apa-apa, aku balik ke kelas ya...."
"Oh, begitu... iya kak."
Maphine hanya termenung setelah menyapa Zakiel, pikirannya berkecamuk membuat dirinya merasa kesal pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry In The Lens | ft. Sunghoon & Wonyoung
RomanceFinsant Maphine Alzach dengan nama panggilannya Maphine, Gadis remaja yang telah beranjak umur 17 tahun memiliki masalah gejolak cinta didalam hidupnya. Setelah merasakan patah hati karena ulah dia sendiri, Maphine pun menjadi sangat tegas dan sulit...