= Don't be Blue! =
Baby want you to stay with me
Don't leave me, Until the storm is over
Don't let go of my hands, stay with me
Because when the morning comes in silence
It'll be like a dream
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan.
Membayangkan Hera yang berdiri di altar dengan mengenakan gaun putih khas pernikahan saja sudah membuat ribuan kupu-kupu berterbangan mengisi seluruh rongga perutnya.
Diana terkikik dengan pandangannya yang mengarah ke langit-langit kamar apartemennya. Pikiran jauh melayang membayangkan hari yang sakral itu tiba, tak sabar menanti Hera yang akan menjadi milik nya seorang, menjadi milik Diana seutuhnya.
Sudah dipastikan jika kali ini Diana tidak akan membuat Hera merana lagi. Sudah cukup bertahun-tahun mereka menjalani hubungan jarak jauh, dengan Diana yang kerap kali tidak memberikan kabar kepada sang kekasih lantaran banyaknya pekerjaan yang harus Diana urus di perusahaan nya itu.
Astaga, Diana sangat merindukan Hera- calon istrinya itu.
Diana rindu bahu lebar milik Hera yang sudah menjadi tempat ternyaman nya untuk bersandar, Ia rindu usapan lembut yang Hera berikan di punggungnya, rindu akan pelukan hangat mereka, serta ia pun merindukan bagaimana lembutnya bibir Hera ketika tengah membalas ciumannya.
"Kangen banget..." Gumamnya, sembari memejamkan kedua matanya erat-erat.
Rasa rindu nya pada Hera itu bagaikan sebuah ember yang sudah terisi penuh oleh air, yang kemudian malah dipaksakan untuk menampung air lebih banyak lagi. Jelas ember itu tidak bisa menampung jumlah air yang lebih banyak, sehingga menyebabkan air itu tumpah dari wadahnya.
Begitu juga dengan Diana. Ia terlalu merindukan Hera, sampai-sampai rasanya ada sebuah batu besar yang tengah menghimpit dadanya, membuat Diana merasa keberatan dengan perasaan rindu yang berlebih itu.
Maka dari itu, Diana pun memutuskan untuk menghubungi Hera- yang saat ini tengah menghabiskan waktunya bersama sang mama di kota seberang, sebelum akhirnya Hera melepaskan status lajang itu.
Panggilan telepon itu berdering sejenak, membuat Diana menghela nafasnya dengan berat- tak sabar menanti suara lembut milik Hera menyapa indera pendengarannya.
"Hera..." Lirihnya.
Hingga akhirnya penantian Diana pun terbayar juga- Hera menerima panggilan telepon itu, menyapa sang kekasih yang tengah menahan rindu.
"Kak, kenapa nelpon?"
Kening Diana pun berkerut tatkala mendengar pertanyaan itu. "Salah emang kalau aku nelpon calon istri ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be Blue! | newjeans
Casuale[Newjeans lokal AU, bbangsaz & daerin area] . Cerita keseharian anak-anak penghuni kosan "Biru" yang terdiri dari Michelle si tertua yang selalu bisa diandalkan, Hanin si mungil yang ekspresif, Diana si pemilik senyum secerah matahari, Hera si gadis...