Kim Taeyeon berada di kamar Penthouse dengan tak percaya bahwa ia telah melangsungkan pernikahannya dengan Jessica siang tadi. Setelah tiba di Paris sehari kemudian Jessica tetap menginginkan pernikahan mereka. Tak seperti bayangannya, acara yang berlangsung sakral itu hanya dihadiri beberapa orang saja yakni assisten pribadi Jessica sebagai seorang politikus dan sekretaris pribadi Taeyeon dimana ia merupakan seorang pimpinanan sebuah perusahaan tambang emas.
Semakin tak percaya yakni Penthouse yang ia tempati sekarang telah terdaftar atas namanya, bahkan ia sendiri tidak merasa membeli Penthouse, di Paris pula, hanya saja ia sudah bisa menduga bahwa semua ini dilakukan oleh Jessica.
"Sayang, tehnya silahkan." Jessica dengan anggunnya berjalan ke dekat Taeyeon yang masih duduk di depan kaca rias.
Taeyeon hanya bisa menelan ludah melihat kekasihnya, ahh ralat, sudah sebagai istri. Kala melihat Jessica mengenakan piyama setipis tissue berwarna putih pula.
"Apa wanita hamil akan terlihat semakin cantik?" Taeyeon hanya membatin.
Jessica duduk di paha Taeyeon begitu saja setelah meletakan cangkir berisi teh di meja rias. "Gomawo untuk hari yang bahagia ini, Taengoo."
"Sama-sama ibu dewan perwakilan rakyat," Katanya sambil memeluk Jessica, "Aku tidak menyangka pernikahan yang aku bayangkan akan secepat ini."
"Karena kau terlalu banyak berpikir, tidak pernah mau segera beraksi, kita sudah 7 tahun bersama dan tidak mau hanya menjaga jodoh orang maka dari itu aku yang ingin berjodoh denganmu saja harus menikah."
Taeyeon menggeleng, "Keras kepala memang, tapi aku sayang."
Jessica tertawa dengan kepuasaannya malam ini karena akhirnya bisa menikah dengan Taeyeon.
"Bagaimana kau membeli Penthouse ini?" Taeyeon tentu saja bertanya karena rasa penasarannya makin menjadi.
"Setelah kau bilang akan menikah di Paris aku segera menghubungi assistenku untuk mencarikan hunian untuk kita dan aku langsung jatuh cinta pada Penthouse ini, terima kasih sayangku." Jessica menciup pipi Taeyeon penuh hangat dan sayang.
Taeyeon sendiri menaikan alis, "Mengapa kau berterima kasih?"
"Karena Penthouse ini merupakan hadiah darimu, aku membelinya dengan uang yang ada di rekeningmu, kartu yang kau berikan padaku sebagai persiapan pernikahan."
Wajah Taeyeon datar seketika, ia berpikir untuk mencari cara bagaimana bisa membangun cabang di Paris kedepannya supaya ia tidak kehabisan semua tabungannya. Apa itu Rolls Royce yang Hyoyeon katakan, apa itu Gucci dan kawan-kawannya, semua itu merupakan kehaluan Hyoyeon saja, nyatanya lebih dari itu. Pernikahan memang ala kadarnya tapi Penthouse merupakan mahar yang sangat luar biasa. Oh My Lord! Ingin sekali Taeyeon berguling di lantai sampai menggelinding agar hatinya kuat menghadapi fakta yang baru keluar dari mulut sang istri.
Taeyeon mencoba tersenyum agar Jessica tidak curiga bahwa dirinya telah dibuat kaget sekaget kagetnya manusia.
"Sudah malam, ayo tidur. Kepalaku mendadak pusing," pura-pura ia memijit pelipisnya, sebenarnya memang pusing karena suprise Jessica membeli Penthouse ini tanpa bicara lebih dulu.
"Aku urus pekerjaan lebih dulu, kau tidur saja nanti aku menyusul." Jessica mengusap punggung Taeyeon.
"Jaga kesehatan, ingat kau sedang hamil."
"Siap boss." Jessica tersenyum, mendampingi Taeyeon ke ranjang, diberinya selimut serta kecupan singkat dibibir.
"Selamat tidur, yang nyenyak karena besok yang lain akan datang kemari."