Lima

43 7 0
                                    

Niko menemukan ada rahasia yang sengaja disembunyikan Dewi Ular dalam jawaban-jawabannya tadi, dan hal itu membuatnya penasaran sekali. Namun tak mungkin Niko bisa mengorek rahasia yang disembunyikan Kumala itu dengan cara mendesak terang-terangan. Ia tahu sifat Kumala yang kurang suka didesak terus-menerus, apalagi dipaksa menjawab pertanyaan secara kasar, seperti dalam sebuah interogasi. Gadis itu pasti akan semakin rapat menyimpan rahasia tersebut.

Dengan nada kalem juga, Niko mulai memancing-mancing kejujuran pengertian Kumala, sambil sesekali ikut menyantap potongan buah segar di piringnya Kumala.

"Kalau saja orang lain yang memberi pertanyaan begitu, aku akan merasa sangsi. Nggak yakin. Tapi karena kamu yang memberi pernyataan aman tadi, maka hati kecilku pun merasa yakin bahwa pernyataanmu itu benar, Dewi."

"Kau menyanjungku? Uuh, terlambat!" Kumala mencibir canda.

Niko tersipu-sipu, namun nekat berlagak tidak merasa malu.

"Aku yakin, cuma kamu yang bisa menjelaskan bentuk keistimewaan gaib yang bakal terjadi pada akhir tahun ini."

"Aku nggak bisa menjelaskan. Kamu salah menilaiku, Nik."

"Setidaknya kamu tahu gambaran peristiwa gaib yang bakal terjadi nanti, Dewi. Kamu pasti bisa ceritakan sedikit padaku, meski nggak semuanya."

Kumala justru tertawa kecil. "Kamu memancingku, ya? Kamu berharap sekali dapat mengetahui peristiwa gaib yang kusembunyikan dalam benakku, bukan? Dan sehubungan dengan rasa ingin tahumu itulah, maka kamu dekati aku untuk mengorek banyak informasi dari otakku. Begitu, kan?"

Memang malu sekali Niko diketahui kelicikannya. Ia baru sadar bahwa gadis cantik yang kala itu rambutnya digulung asal-asalan itu sangat piawai dalam menebak isi hati orang. Kumala punya kekuatan supranatural yang bisa membaca jalan pikiran orang lain. Wajar kalau sekarang apa yang diharapkan hati Niko terbaca semuanya dan menggelikan bagi Kumala sendiri.

"Oke... begini saja," kata Kumala setelah saling tertawa geli. Suaranya pun terdengar lebih pelan dari yang tadi. "Kuberikan materi untuk karya Lorong Gaibmu nanti. Tapi informasi ini harus kamu kemas sedemikian rupa, supaya tidak semata-mata menakut-nakuti setiap orang yang mendengarnya."

"Thank's sebelumnya," kata Niko bernada girang, lalu kursinya sedikit ditarik maju supaya lebih dekat lagi dengan Kumala.

"Angka 999 adalah angka setan. Artinya, angka itu merupakan rangkaian nilai yang mempunyai kekuatan tersendiri bagi dunia gaib."

"Seperti dalam film Diamond Omen?"

"Kira-kira begitu."

Niko manggut-manggut penuh antusias menyimak penjelasan selanjutnya. Kumala tetap tampil dengan tenang, kalem, diwarnai senyum-senyum kecil yang secara magis meredam ketegangan hati Niko.

"Pada tanggal itu nanti, dinding pembatas alam gaib dengan alam manusia akan terbuka selebar-lebarnya. Bahkan nyaris tanpa pembatas setipis apapun. Saat itulah roh-roh halus, termasuk iblis, punya kebebasan memasuki alam nyata ini dalam waktu sepenggal hari."

"Sepenggal hari?"

"Tidak sampai setengah hari. Hanya sepenggal hari " kata Kumala menjelaskan maksudnya. "Bagi setan-setan yang punya kecenderungan ingin menguasai kehidupan manusia, mereka berbondong-bondong keluar dan alamnya, menyebar di kehidupan kita ini dengan berbagai bentuk, cara, gaya dan berbagai tanda sesuai dengan karakter masing-masing."

"Gawat!" gumam Niko lirih.

"Tapi jangan kau salah persepsi dulu," sergah Kumala.

"Kekuatan setan atau kekuatan iblis itu nanti bukan dalam bentuk dan rupa yang menyeramkan atau yang aneh-aneh. Nggak begitu. Mereka akan menyusup ke dalam kehidupan manusia, baik secara pribadi demi pribadi maupun secara kolektif. Artinya, mereka dapat menyebarkan pengaruh negatif pada otak manusia, sehingga temperamen manusia cenderung tinggi, emosional, stress, depresi, bahkan bisa membuat manusia gila. Benar-benar gila. Bukan gila-gilaan!"

"Maka timbullah kerusuhan dan kejahatan jenis lainnya, begitu?"

"Ya, tentu saja begitu, sebab kesadaran manusia dalam kendali setan atau iblis."

"Wah, benar-benar kacau dong, seperti ramalan para pakar metafisika, lainnya?"

"Memang. Tapi reaksi massa yang seperti itu dapat di antisipasi sejak sekarang, yaitu dengan menyebarkan gelombang energi penangkal gaib. Gelombang energi itu akan terhirup oleh setiap manusia dan sifat energi itu akan berubah menjadi hawa pelindung suara. Masing-masing orang akan mempunyai proteksi secara individu. Kalau sudah begitu tinggal tergantung pengendalian diri pribadi masing-masing, apakah tetap di balik proteksi atau sengaja menerobos keluar dari proteksi melalui pengumbaran nafsunya!"

Agak sedikit lama untuk mencerna keterangan-keterangan tersebut. Tapi toh pada akhirnya Niko memahami kata-kata Dewi Ular yang jika dijabarkan seluruhnya membutuhkan waktu setengah hari lebih. Niko hanya bisa menyimpulkan, bahwa penjelasan Dewi Ular itu sebenarnya merupakan 'warning' bagi setiap manusia agar pada akhir tahun ini masing-masing pribadi harus mampu mengendalikan diri ekstra ketat dalam menghadapi mewabahnya pengaruh jahat dari alam gaib.

Pesan moral itu segera dimasukkan dalam agenda penyajian acara Lorong Gaib minggu ini. Niko buru-buru memutar otak untuk mencari cara memasukkan pesan moral tersebut dalam acaranya, entah melalui penyisipan narasi atau talk-show dalam salah satu rangkaian, segment acara tersebut. Informasi ini sangat berharga bagi Niko, dan ia merasa sangat beruntung dapat mendengarnya langsung dari si paranorma cantik yang namanya cukup dikenal di kalangan atas maupun bawah itu.

Tapi rupanya Niko merasa masih belum lengkap mendapatkan informasi mengenai tanggal, bulan dan tahun keramat itu, sehingga ia masih nekat mengorek keterangan dari Kumala secara, halus.

"Gelombang energi penangkal gaib itu apakah akan disebarkan ke permukaan bumi bertepatan dengan lenyapnya tabir pemisah alam atau setelah tabir pemisah alam itu hilang dalam sepenggal hari?"

"Sebelumnya dong," jawab Kumala spontan, tanpa ditimbang-timbang lagi, walau akhirnya ia sedikit menyesal karena sadar bahwa dirinya mulai terperosok dalam jebakan pertanyaan Niko.

Jawabannya itu jelas akan membuat Niko tahu persis, bahwa dirinya itulah yang akan menyebarkan gelombang energi penangkal gaib nanti. Percuma saja Kumala menutup-nutupi hal itu, karena Niko pasti akan ngotot menyimpulkan, bahwa Kumala Dewilah si pemilik penangkal gaib tersebut.

"Dengan cara bagaimana gelombang energi gaib itu akan kau sebarkan hingga mencapai seluruh permukaan bumi?" tanya Niko berlagak polos, tapi sebenarnya ingin lebih meyakinkan kesmipulannya tadi.

"Caranya... sangat sepele sekali, tapi sebenarnya sangat rumit untuk dipahami secara logika. Kau bisa tahu kalau..."

"Sory...!" ucap Niko bernada kesal. Bukan ucapan itu yang memotong percakapan tersebut, tapi suara dering handphonenya yang memutuskan kata-kata Kumala dengan seketika.

Gadis cantik berlesung pipit mengagumkan semua orang itu, kini sengaja diam dan mengalihkan perhatian ke arah arlojinya. Ia memberi kesempatan Niko untuk bicara dengan si penelepon, dan berusaha untuk tidak mengganggu percakapan tersebut.

Namun baru saja matanya melirik jarum arloji, tiba-tiba harus menatap Niko kembali, karena pada suara Niko sedikit keras dan menyentak. Wajah pemuda berkulit putih bersih tanpa kumis itu menjadi sedikit pucat, matanya menegang.

"Apa...! Eggy kecelakaan! Astaga...!"

****

57. Asmara Mumi Tua✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang