Sebelas

44 8 0
                                    

Dalam menghadapi kasusnya Voya, pasti Dewi Ular akan mengeluarkan kesaktiannya yang mungkin tergolong baru bagi Sandhi dan Mak Bariah.
Buron memang segera keluar dari kamarnya setelah dipanggil Kumala.

Tapi bagi Buron, sudah tentu kesaktian Kumala bukan peristiwa yang sangat mengagumkan. Sebab sebagai jelmaan Jin Layon, Buron juga punya beberapa kesaktian yang sangat ajaib dan mengagumkan di mata manusia biasa. Hanya saja, kali ini Buron merasa terheran-heran melihat luka berlubang sebegitu besarnya di dada Voya.

Jin usil itu tak sempat menggunakan matanya secara usil walaupun tadi
sempat melihat dada Voya, karena perhatiannya terfokus pada jenis luka berlubang itu. Buron sempat menyangka Voya adalah robot buatan manusia genius yang saat itu sedang mengalami kerusakan, pada bagian elemennya.

Tapi dugaan hati Buron itu secara tak langsung dibantah oleh kata-kata Kumala yang ditujukan kepada Voya.

"Lukamu ini sudah ada satu bulan lamanya ya?"

"Ya, kurang lebih memang satu bulan. Aku sudah hampir putus asa, karena sudah pergi kemana-mana untuk berobat, dan hasilnya selalu nihil. Cukup banyak biaya yang sudah kukeluarkan untuk memulihkan tubuhku ini, tapi yang kudapatkan hanya kekecewaan dan penderitaan batin yang semakin menyiksa."

"Aku tahu," kata Kumala seraya manggut-manggut. "Aku dapat merasakan penderitaan batinmu. Luka ini sendiri memang tidak terasa sakit, bukan?"

"Nggak. Memang nggak sakit. Justru kalau disentuh terasa geli."

"Tapi luka di batinmu jauh lebih sakit dari menjalankan hukum cambuk seribu kali."

"Memang benar."

"Apa penyebab lukamu itu?" tanya Sandhi.

"Aku sendiri nggak tahu. Setiap tabib, dukun, paranormal dan orang-orang pintar yang kudatangi, rata-rata mereka tidak bisa menyebutkan jenis luka apakah yang kuderita ini. Para medis juga nggak bisa mendiagnosa luka aneh ini. Malahan team medis di Jepang sempat mempunyai niat untuk mengurungku dan menjadikan lukaku ini sebagai bahan penelitian dunia kedokteran. Aku menolak keras dan segera pergi tanpa permisi lagi. Sejak itu aku nggak berani datang ke rumah sakit mana pun. Aku hanya merasa yakin dengan kesimpulan para ahli Ilmu kebatinan, bahwa lukaku ini tergolong luka gaib. Ada yang menyebutnya: Borok Neraka, ada pula yang menyebut: Koreng Setan, atau entah apa lagi istilah yang mereka gunakan itu, yang jelas tak satu pun sanggup menyembuhkan luka aneh ini. Sepanjang hari hidupku disiksa oleh perasaan malu dan kebingungan. Baru beberapa waktu belakangan ini saja aku bisa menetralisir guncangan jiwaku dan belajar membiasakan diri dengan keadaan yang serba memalukan ini. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Hindi, lalu Hindi menyarankan agar aku datang padamu, Kumala."

Bukan hanya rasa jijik dan ngeri yang timbul di hati Sandhi serta Mak Bariah, melainkan rasa kasihan dan iba hati pun cukup besar mereka tujukan kepada perempuan cantik tersebut.

Sebagai jin yang sudah menyatu dengan kehidupan manusia, Buron pun punya rasa kasihan kepada Voya, sehingga tak satu pun canda dan kekonyolannya terlontar pada saat itu.

Setelah tertegun tanpa suara selama hampir satu menit, Dewi Ular pun berkata kepada klien cantiknya yang bernasib malang itu.

"Lukamu itu adalah penyakit yang sangat langka, juga termasuk penyakit yang amat kuno. Pada zaman dulu orang-orang menyebut penyakit ini dengan istilah; Mata Bangkai."

"Mata Bangkai...?" gumam Voya lirih, demikian juga gumam Sandhi dan Mak Bariah yang sejak tadi memperhatikan percakapan tersebut dari bangku di ruang tengah dekat wastafel.

Suara mereka yang pelan itu bernada heran, merasa asing dengan istilah Mata Bangkai. Tapi jelmaan Jin Layon tidak ikut menggumam, melainkan justru segera mengomentari keterangan Dewi Ular tadi.

57. Asmara Mumi Tua✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang