Enam

39 6 0
                                    

Pandangan mata Dewi Ular sedikit mengecil. Indera gaib penembus alam digunakan untuk menyadap suara si penelepon. Kesaktian itu membuat Kumala dapat mendengar jelas suara, si penelepon, seolah-olah suara tersebut menempel di telinganya. Rupanya berita mengejutkan itu datang dari seorang lelaki sebaya Niko yang bernama Horris, dan agaknya Horris bukan saja teman dekatnya Niko, tapi juga teman istimewanya seorang gadis yang bernama Eggy. Pada saat bicara dengan Niko, nada suara Horris terdengar sangat sedih dan terputus-putus karena menahan emosi duka yang amat dalam.

"Nik, to...long... jemput aku di... di studio, aak... aku nggak bisa... berdiri Le... lemas sekali setelah... dapat kabar tentang... Eg... Eggy.... Oh, to... tolong aku, Nik."

"Oke, oke... aku akan segera menjemputmu. Kuhubungi dulu Pak Bahtiar, biar beliau juga segera pergi dari sini."

Napas Niko seperti orang habis marathon. Wajahnya semakin pucat dan tegang sewaktu beradu pandang dengan Kumala sambil melihat handphone Nokia-nya. "Sekretaris direktur programku tewas dalam kecelakaan, Dewi!"

"Kau memang harus segera menenangkan temanmu itu. Dia shock berat."

"Hmm, eeh... apakah kau bisa ikut denganku?"

"Kenapa harus ikut kamu?"

"Karena... karena kematian Eggy memiliki misteri yang perlu diungkap, dan kaulah yang mampui mengungkapnya, Dewi."

"Misteri apa?"

"Kemarin malam... Eggy bilang padaku, dia menerima surat dari Horris. Tapi tulisan pada surat itu menggunakan darah, sedangkan Horris bersumpah-sumpah di depanku, bahwa dia nggak kirim surat apa pun kepada Eggy. Lalu..."

"Tunggu, aku bicara sebentar dengan Pramuda!" potong Kumala dengan tampak bersemangat setelah Niko menyinggung-nyinggung adanya surat berdarah dalam kasus kematian Eggy itu.

Menurut keterangan Niko, ia sudah mewanti-wanti Eggy agar hari itu Eggy ekstra hati-hati, kalau perlu jangan keluar dari rumah. Saran tersebut diberikan oleh Niko karena ia ingat tentang kasus kematian Milla dan dua korban yang lain, yang berkaitan dengan munculnya surat berdarah. Tapi agaknya Horris tak percaya dengan dunia mistik, dan menyarankan Eggy agar melupakan peringatan dari Niko.

Horris justru menganjurkan pacarnya supaya jangan terpengaruh oleh cerita-cerita takhayul yang belakangan ini memang sedang menjadi buah bibir di sebagian masyarakat Jakarta. Kini penyesalan Horris nyaris melumpuhkan kedua kakinya.

Kabar kematian Eggy diterimanya lima menit yang lalu dari seorang sopir kantornya yang melihat jelas peristiwa kematian tragis itu. Kumala sengaja ikut Niko meluncur ke studio menjemput Horris, lalu mereka segera menuju ke tempat kejadian. Keadaan mayat Eggy sangat dibutuhkan oleh Dewi Ular untuk mengenali ciri-ciri kematian yang ada kaitannya dengan surat setan tersebut, susahnya melacak jenis dari yang dipakai untuk menulis surat setan itu membuat Dewi Ular ingin mencoba mengenali tanda-tanda gaib yang diharapkan masih terlihat di sekitar jenazah korban.

Menurut kesaksian Apong, sopir kantor yang mengantarkan Eggy untuk makan siang bersama tiga teman sebidangnya, Junna, Evi dan Mohan, bahwa peristiwa naas itu terjadi sangat tidak diduga-duga oleh siapa pun. Bahkan, sebenarnya yang ingin makan siang hanya mereka bertiga, tanpa Eggy. Sebab mereka bertiga memang selalu makan siang bersama, sementara Eggy selalu makan siang bersama Horris. Tapi tanpa disangka-sangka waktu itu Eggy mendesak ingin ikut makan siang dengan mereka, tanpa mempedulikan Horris yang sedang sibuk menemui dua orang tamu pentingnya di ruang kerjanya sendiri.

"Ntar laki luh ngamuk luh kalau elu ikut makan sama, kita-kita orang, Gy," kata Junna sekedar basa-basi.

"Nggak mungkin Horris akan marah gara-gara aku ikut makan ke restoran langganan kalian. Percaya deh, mulai saat ini Horris nggak akan bisa marah lagi padaku selamalamanya."

"Memangnya kamu apakah cowokmu itu kok nggak akan marah selamanya? Diberikan pakai kecupan ganasmu, ya!" goda Mohan seraya mereka sama-sama masuk ke Kijang berlogo INTV mobil operasional mereka.

Apong ikut senyum-senyum geli mendengar canda mereka berempat. Mobil itu pun segera meluncur ke restoran langganan mereka, termasuk tempat makan Apong juga jika diminta mengantar mereka untuk makan siang. Restoran itu letaknya tidak begitu jauh dari kantor, hanya membutuhkan 10 menit jika tanpa macet di jalanan.

Ketika mereka turun di depan restoran tersebut, Eggy sempat bertanya kepada Evi. "Vi... di mana ada ATM terdekat di sini, ya?"

"Tuh, di seberang jalan!" tunjuk Evi.

"Oh, iya...! Aduh, hari ini aku kok jadi kayak orang bego sih? ATM dan tulisannya sebesar itu sampai enggak terlihat!" Eggy menepuk keningnya sendiri sambil tertawa geli.

"Mau traktir kami, ya Gy?" sela Mohan.

"Iya deh. Hari ini aku memang kepingin mentraktir kalian. Buat kenang-kenangan "

"Duunh! sok sentimentil luh!" celetuk Junna.

"Udah, nggak usah ambil duit di ATM. Pakai uangku dulu deh!" seru Evi yang agak keberatan jika Eggy menyeberang ke ATM, karena mereka akan kehilangan obyek bercandaan untuk sesaat.

Sejak tadi memang Eggy sedang dijadikan bahan kelakar mereka hingga menimbulkan kelucuan-kelucuan yang sangat menggelikan. Tapi gadis langsing berkulit kuning itu tak menghiraukan seruan Evi, ia menyeberang dengan
setengah berlari.

"Uuh... dasar bego toh anak!" gerutu Junna.

"Biarin ajalah... mumpung ATM-nya lagi sepi, nggak ada yang menggunakan. Kita tinggal masuk dulu, yuk!" ajak Mohan.

Mereka bergegas masuk ke restoran tersebut, tapi Apong masih menunggu di pintu, memperhatikan Eggy yang masuk ke ruang ATM. Untuk memberi kesan hormat, Apong tak mau masuk ke restoran sebelum Eggy kembali dan masuk ke restoran lebih dulu menyusul ketiga temannya itu.

Bleeeegaaaarr...!!

"Hahh...! Apa itu?!!" pekik Junna secara serentak bersama seruan Evi yang berpaling ke arah luar.

"Ya, Tuhaaaannn...!!" jerit Evi seraya berlari keluar. Ia menemukan Apong terpaku di tempat dengan mata terbelalak dan mulut terbuka kaku.

Tubuh sopir muda itu tersandar di dinding kaca, bagaikan patung bernyawa. Junna, Mohan, dan semua orang yang ada di trotoar terperangah tegang, karena suara ledakan cukup dahsyat tadi. Ledakan tersebut berasal dari depan sebuah bank di seberang jalan dengan restoran berdinding kaca.

Bukan bank itu yang meledak, melainkan ATM di depannya yang kini dalam keadaan hancur berantakan merobohkan separoh atap serambi dan meretakkan pintu masuk bank, menghancurkan sebagian dinding depan bank tersebut.

Rupanya pada saat itu ada kawanan perampok yang ingin beraksi di dalam bank tersebut. Mereka meletakkan sebuah bom rakitan yang cukup besar daya ledaknya di dalam ATM. Tujuannya untuk menghancurkan sebagian atap pintu utama, sehingga jika mereka nanti kabur, pihak keamanan yang ada di dalam bank akan terhalang reruntuhan atap dan tak sempat mengejar mereka.

Namun di luar dugaan telah terjadi kecerobohan orang yang mendapat tugas memasang bom di dalam ATM. Bom itu meledak sebelum waktunya, sebelum mereka mulai beraksi di dalam bank. Bom tersebut meledak tepat ketika Eggy masuk ke dalam ruang ATM. Ajal tak dapat ditolak lagi bagi Eggy. Gadis itu pun ikut hancur menjadi korban ledakan salah waktu.

Akibatnya, bukan hanya kematian saja yang diterima Eggy, tapi juga keadaan jenazahnya yang ikut menyebar ke mana-mana, pecah tanpa bentuk lagi.

****

57. Asmara Mumi Tua✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang