Lima Belas

44 8 0
                                    

PRAMUDA sampai sekarang belum kawin juga. Padahal usinya sudah hampir 35 tahun, sudah cukup matang, bahkan sudah hampir busuk. Kumala sendiri sempat merasa heran dengan selera hidup kakak angkatnya itu. Pramuda bukan dingin terhadap perempuan. Justru ia getol coba-coba kehangatan wanita di sana-sini. Anehnya, tidak satu pun dari sekian banyak wanita yang terpilih menjadi istrinya.

"Kalau memang nggak cocok, nggak sesuai dengan seleraku, masa mau dipaksa-paksain! Memangnya istri itu sama dengan kaos kaki, kalau nggak pas bisa dipas-pasin!" gerutunya sambil bersungut-sungut ketika Kumala mendesak untuk yang kesekian kalinya.

Saran dan pandangan yang berkaitan dengan masalah single fighter-nya tetap akan dianggap suatu desakan menuju jenjang perkawinan. Sebab kalau Kumala sudah bicara soal itu, pasti ujung-ujungnya mengecam gaya hidup membujang yang dianut Pramuda dari dulu. Pria tampan dan sekarang menjadi pengusaha sukses sejak bisnisnya didampingi Dewi Ular itu adalah orang pertama yang menemukan Kumala, ketika gadis itu turun ke bumi, dibuang dari Kahyangan.

Pramuda itulah yang menampung Kumala, membawanya dari jalan tol di tengah malam sewaktu hujan turun deras. Karena itulah Kumala tidak bisa melupakan Pramuda begitu saja, juga tidak bisa membiarkan Pramuda hidup sendirian di alam kehidupan manusia ini.

Hubungan mereka memang sering mengalami cekcok, tapi tidak sampai membekas di hati masing-masing. Mereka sudah seperti kakak beradik, sehingga tak ada kecanggungan lagi dalam kebersamaan mereka di mana pun berada. Kumala dari dulu salut kepada jiwa Pramuda. Sekali pria itu menganggap Kumala sebagai adiknya, maka pantang baginya untuk mengusik nakal pribadi gadis itu.

Sering juga Kumala tidur seranjang dengan Pramuda, baik di rumah pria itu maupun di rumahnya sendiri, tapi tidak sedikit pun ada kenakalan yang
dilakukan oleh pria tampan yang sering dijuluki playboy primitif itu.

"Sejak aku menjadi adikmu, kuhitung-hitung sudah 23 perempuan yang jadi pacarmu, tapi nggak pernah ada yang kamu nikahi. Lolly, dulu kamu anggap satu-satunya perempuan yang sesuai dengan seleramu, malah kamu sempat hidup serumah dengannya selama 3 bulan. Tapi endingnya toh tetap saja... putus!"

"Aku nggak cocok sama keluarganya Lolly. Pemeras semua, dari papanya sampai adik-adiknya mata duitan semua!"

''Tapi Lolly-nya nggak mata duitan kan?"

"Kalau udah jadi istriku baru akan kelihatan sifat mata duitannya itu. Pasti deh!"

"Terlalu naif kamu menilai hati seorang wanita, Pram."

"Udah deh, kamu nggak usah pusing-pusing mikirin hidupku. Aku masih suka dengan gaya hidupku begini, biarin ajalah."

Memang sulit menyikapi seorang saudara angkat yang punya prinsip hidup itu. Kumala hanya sering merasa cemas akan kesehatan Pramuda. Hampir tiap malam jarang ada di rumah. Kalau belum ada janji lebih dulu, siapa pun sulit menemui Pramuda di rumahnya yang megah dan keren itu.

Apalagi belakangan ini Pramuda lebih sering tidur di hotel berbintang, hal itu membuat Kumala sangat mengkhawatirkan kondisi fisik Pramuda. Sebab jika pria itu bermalan di hotel sudah pasti begadang dengan para eksekutif muda sebaya dengannya, atau memeras tenaga memburu kepuasan bercinta dengan wanita bookingnya. Pengaruhnya dalam jiwa pun sangat kurang baik.

"Bukan perusahaan saja yang perlu dimenej, tapi rutinitasnya hidup pun perlu dimenej. Kalau nggak gitu. keropos luh sebelum usia lima puluh tahun."

"Biarin saja!" Begitu jawaban Pramuda kalau mendengar saran Kumala dalam hal pribadinya.

Kumala pun tidak merasa sakit hati, dan tidak jemu-jemu menyisipkan saran-saran berikutnya dalam setiap pertemuan, sebab ia tahu betul watak
Pramuda memang sedikit egois kalau sudah menyangkut masalah-masalah yang bersifat sangat pribadi baginya.

Karena itu, secara diam-diam dan halus sekali Kumala punya rencana menjodohkan kakak angkatnya itu dengan janda cantik dan kaya, dinamis dalam berkarir. Siapa lagi kalau bukan Voya Lashinta yang menurut Kumala punya daya tarik sendiri sesuai selera Pramuda selama ini.

Kumala yakin, Pramuda akan tertarik kepada Voya, karena Pramuda juga menyukai wanita bertubuh sekal, berpinggul lebar, berdada tidak terlalu montok sekali, tapi juga tidak berkesan murahan dalam gaya dan penampilannya. Point-point itu ada pada Voya, sehingga Kumala berani mencoba menjadi comblang bagi hubungan mereka berdua nantinya.

Pramuda mengaku memang pernah dengar nama wanita karir Voya Lashinta, tapi ia belum pernah bertemu muka dengan wanita itu. Pramuda merasa tidak keberatan menunggu kehadiran Kumala dan Voya di rumahnya, karena Kumala menggunakan alasan bisnis dan rencana kerjanya dengan perusahaannya Voya dalam proyek mereka mendatang.

"Apa statusnya?" bisik Pramuda sewaktu mereka sudah berada di rumah pria lajang tersebut.

Kumala tersenyum geli, sengaja tak mau menjawab untuk membuat Pramuda menjadi penasaran.

"Brengsek luh! Ditanya apa statusnya malah cengar-cengir!" gerutu Pramuda.

"Tadi waktu kenalan kamu nggak mau menanyakan statusnya sekalian? Coba tadi ditanyakan langsung padanya."

"Memangnya gue lurah!" hardiknya berbisik.

Kumala semakin geli, tapi merasa senang karena Pramuda tampaknya cukup tertarik dengan kecantikan dan penampilan Voya yang eksklusif itu.

"Statusnya... janda."

"Ooo..."

"Sudah tiga tahun ini dia hidup menjanda."

"Ooo..."

"Kamu berminat?"

"Nggak!" Pramuda menjawab cepat sambil menggeleng, dan berlalu meninggalkan Kumala di ruang makan. Ia menuju ke depan, menemui Voya lagi yang sedang ditemani Sandhi.

Kumala pun bersungut-sungut manja sambil menyusul kakak angkatnya. Belum lama mereka bicara, Pramuda kedatangan seorang tamu lagi. Pria muda yang turun dari Pajero merah itu disambut oleh seman akrab Pramuda dari ruang tamu.

"Yang punya rumah lagi ke pasar, Dik. Cari ayam bergincu!" Tawa lepas Pramuda mengiringi langkah pemuda macho berkulit putih dan berambut cepak rapi itu. Pramuda segera mengenalkannya kepada Kumala dan Voya.

Sandhi sedang ke dapur, ngobrol dengan Mardi, pelayannya Pramuda. Kumala dan Pramuda sama sekali, tak menduga mulut Voya akan melontarkan sapaan pelan saat bersalaman dengan pemuda tampan yang mirip Tom Cruise itu.

"Apa kabar, Ken?"

"Baik. Masih pakai handpbone yang kemarin, kan?"

"Masih. Ada yang baru?"

"Ada Nanti deh, kita bicara khusus soal daganganku itu," sambil senyumnya disunggingkan, cukup mempesona dan mengagumkan hati Kumala Dewi.

Pramuda baru tahu bahwa Voya ternyata sudah kenal dengan Kennu, marketing sebuah perusahaan distributor handphone yang merangkap makelar mobil-mobil mewah bebas pajak.

Voya sendiri mengaku sudah hampir dua bulan mengenal Kennu melalui bisnis handphonenya. Pramuda mengaku, Kennu punya banyak relasi, karena sepertinya pemuda berusia 27 tahun itu punya talenta khusus untuk urusan jual-beli barang mewah apa saja jenisnya.

Kumala mengakui, Kennu memang charming, sangat menarik bagi lawan jenisnya, mampu menggugah gairah sensual para wanita yang memandanginya lebih dari satu menit. Selain berpenampilan trendy, eksklusif, Kennu juga mempunyai senyum dan tatapan mata yang mampu menggetarkan hati wanita mana pun, termasuk hati Kumala sendiri.

"Kemana pun dia pergi, nggak pernah ketinggalan brosur aneka jenis handphone dan mobil mewahnya," kata Pramuda kepada Kumala. "Pokoknya setiap ketemu siapa saja, pasti dia sodori brosur. Kadang-kadang aku sendiri suka bingung, yang dia dagangkan itu barang mewah atau brosur!"

Tawa ceria mereka meledak bersama. Sesekali Kennu melirik ke arah Kumala, mencuri pandang tak kentara. Namun gadis cantik jelita itu tetap mampu menangkap gerakan cepat tatapan mata bernada nakal tapi romantis itu.

Kumala tetap berlagak tidak mengetahui curian pandang Kennu, sehingga pemuda itu semakin sering melakukannya. Sorot pandangan mata nakalnya itu ditampung Kumala dalam genangan hati yang sudah penuh energi gaib.

Dengan energi itu ia akan mudah mendeteksi getaran hasrat lawan jenisnya, dan mudah mentransfer bahasa batin orang tersebut.

****

57. Asmara Mumi Tua✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang