9. The Man Who Can't Be Moved

286 63 19
                                    

•9•


The Man Who Can't Be Moved


2020

Kerongkongan Myungsoo tercekat tepat setelah menerima rentet suara perempuan yang sudah ia nikahi selama 4 tahun ini. Jika ingin lebih hiperbola, rasanya jiwa Myungsoo melayang dicabut paksa oleh fakta yang baru saja Suzy lempar untuknya dengan cara paling tidak manusiawi.

Bagaimana bisa seorang manusia waras seenteng itu mengatakan, 'aku sudah menghilangkannya. Bayi kita'

Seolah dia bukan ibu dari jabang bayi yang tengah dikandungnya. Seolah calon anak mereka tidak berarti apa-apa. Seolah anak itu tidak memiliki nyawa.

Belakangan ini Suzy memang sering bicara melantur tentang seberapa besar dia muak dengan kehamilan yang sedang dijalani selama 3 bulan itu. Suzy berkata, sudah tidak menginginkan benih Myungsoo lagi, dia berubah pikiran, tiba-tiba saja.

Seandainya Suzy tidak pernah melempar kata-kata di atas, Myungsoo tidak mungkin mempercayai ucapan Suzy tentang menghilangkan bayi mereka. Tapi sepertinya, perempuan itu serius.

Dengan tangan gemetar memegang ponsel yang masih menempel di cuping telinga, Myungsoo mendesis geram. "jangan kemana-mana. Aku kesana, sekarang kirimkan lokasimu."

Suzy sungguh mengirimkan posisinya. Dia berada di sebuah klinik kandungan yang terkenal menerima pasien yang ingin aborsi. Isi kepala Myungsoo semakin hening dibuatnya, tak menunggu lama Myungsoo menyusul perempuan itu.

Sesampainya di sana, Myungsoo masih tak berani memasuki ruangan yang berisikan Suzy di dalamnya. Hati Myungsoo serasa sesak, layaknya udara panas menyeruak ingin keluar dari paru-parunya. Apalagi ketika ia menggeser pintu, Suzy sudah rapi dengan pakaian kantornya, terlihat bersiap pulang.

Suzy sedang duduk termenung ketika mendapati Myungsoo datang. perempuan itu menatap lurus dengan tatapan kebencian yang besar pada suaminya. Ia lalu mendelik. "untuk apa repot-repot kemari? Dia sudah ku buang."

Dia.

Anak mereka.

Betapa jahaman perempuan di hadapannya, batin Myungsoo mencela. Perempuan paling tidak punya hati yang pernah Myungsoo kenal, perempuan yang merasa tidak bersalah sudah membunuh anaknya sendiri.

"ka-kau.." Myungsoo bahkan tak kuasa mengeluarkan suara. Pria itu berjalan terseok-seok menghampiri Suzy dengan nafas tersendat.

Matanya merah menyala, melotot tajam penuh emosi. Tepat di hadapan Suzy, Myungsoo mencengkram dua sisi bahu sang istri, menekannya sekencang mungkin. Pria itu berteriak tepat di depan wajah Suzy, "APA KAU SUDAH GILA?!"

Hebat sekali, mendapat bentakan sebesar itu Suzy masih memasang wajah acuh tak acuhnya. Memang berhati dingin. Perempuan itu sempat memalingkan muka sebelum berani menghadap Myungsoo lagi.

"aku tidak sudi mengandung benih darimu," umpatnya.

"kenapa.. kenapa... KENAPA KAU MELAKUKANNYA, BAE SUZY?!"

Myungsoo berhasil meneteskan air mata. Tangis yang paling menyakitkan bagi pria itu. Ini lebih dari perasaan kecewa, lebih dari kecaman marah, lebih dari kesedihan yang pernah ia rasakan seumur hidupnya. Myungsoo sampai tidak bisa berpikir jernih.

Suzy melepaskan cengkraman tangan Myungsoo, "jangan menyentuhku dengan tangan kotormu! Bagiku anak ini hanya penghambat, sesuatu yang hanya bisa menghambat karirku. Aku tidak ingin itu terjadi. Apalagi jika dia keturunanmu--"

Let's Go Back To Where We StartedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang