04. Seperti Magnet

144 22 2
                                    

"Hah? Siapa?"

Rossa hampir tersedak pepsi saat mendengarkan cerita Cinta.

"Cowok bening itu?" lanjut Rossa setelah mengusap ujung bibirnya menggunakan tisu.

Saat ini Cinta, Elang dan Rossa sedang berada di KFC daerah Kemang. Setelah sore tadi berbelanja kebutuhan untuk kegiatan MOS besok, mereka berakhir berada di sini karena memang ini adalah tempat nongkrong favorit mereka.

Cinta baru saja bercerita tentang kejadian memalukanmya tadi siang saat di kelas. Hari pertama duduk menjadi anak SMA tapi sudah mendapat pengalaman paling memalukan.

"Iya, itu yang kata lo bening." jawab Cinta sambil menyerutup sup hangatnya.

Elang ikut nimbrung, "Gue juga bening 'kan?"

Rossa segera menimpali sambil mengaduk supnya, "Elo mah sup KFC ini Lang. Di mata gue butek ketutup wortel."

"Sialan lo!"

Cinta tertawa lebar mendengar celetukan lucu Rossa. Sudah biasa sejak mereka bertiga dekat dari kelas 7 SMP. Kemana-mana selalu bersama seperti anak kembar tiga. Bercanda seperti itu sudah hal lumrah bagi mereka. Sebenarnya Cinta dan Rossa sangat mengakui jika Elang mempunyai paras tampan. Akan tetapi karena mereka sudah berteman dari lama, alhasil mereka lebih nyaman mengejek dari pada memuji. 

"Terus terus nama cowok bening itu siapa, Ta?" tanya Rossa penasaran.

"Jiwa." jawab Cinta cepat. "Lucu namanya. Denting Mata Jiwa."

Rossa melongo, "Serius?"

"Iya lah, ngapain bohong."

"Duh gue jadi penasaran sama papanya."

Cinta dan Elang yang sekarang melongo mendengar perkataan Rossa.

"Ih! Maksud gue kok bisa kasih nama anak seunik itu." jelas Rossa terlihat panik. Ia tahu betul apa yang dipikirkan kedua sahabatnya itu. 

"Oh kirain lo mau sama om-om." celetuk Elang yang langsung mendapat tinjuan Rossa pada lengannya.

Cinta kembali tertawa lebar. Rossa dan Elang bagaikan Tom and Jerry yang jarang sekali akur. Lumayan, tingkah mereka dapat mengembalikan mood Cinta yang tadinya jelek.

"Eh, kata lo berdua mending gue kasih hadiah buat tanda terima kasih nggak waktu balikin jaketnya?" tanya Cinta.

"Beliin aja cokelat." jawab Rossa tanpa pikir panjang.

Elang buru-buru menimpali juga, "Jangan deh, kayak lagi valentine aja. Nggak usah dikasih apa-apa. Lagian jaketnya udah lo cuciin."

"Dih jangan gitu dong! Kasih aja jajanan ringan. Lumayan deh Ta caper dikit, siapa tahu ntar dia naksir lo."

"Nggak, Ta. Kata gue jangan, ntar ngelunjak."

Cinta menggelengkan kepalanya pelan. Sia-sia bertanya pada mereka. Ujung-ujungnya Cinta hanya akan melihat perdebatan untuk kesekian kalinya. Sambil menghabiskan es krim sundae, Cinta terdiam sambil memikirkan hadiah kecil apa yang harus ia berikan sebagai rasa terima kasihnya pada Jiwa. Tetapi karena ia belum mengenal cowok itu, ia tidak mempunyai ide apapun. Akhirnya ia menyerah dan akan membelikannya cokelat seperti kata Rossa.

Dan di sini lah Cinta sekarang. Berdiri di depan rak salah satu minimarket sebelum berangkat sekolah. Masih ada waktu untuk memilih cokelat apa yang biasa dan terkesan tidak berlebihan untuk ungkapan terima kasih. Akhirnya ia memilih cokelat Silverqueen berukuran sedang. Sepertinya ini sudah pantas dan tidak berlebihan. Setelah ia membayar, Cinta berlari menuju mobil untuk segera berangkat sekolah. Dimasukkannya cokelat itu di paperbag yang sudah berisi jaket Jiwa yang sudah tercuci bersih.

Cinta & JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang