Selama hampir separuh hidup Jiwa, ia hanya menyukai satu orang wanita bernama Cinta. Bahkan setelah hubungannya berakhir lima tahun yang lalu, perasaannya sama sekali tidak berubah. Ternyata, Jiwa masih diam berdiri di tempat yang sama dan tak ada niat untuk berjalan melupakan semua kenangan masa lalunya.
Ketika pertama kali Jiwa kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya, perasaan takut seketika menyergapnya. Apakah Jiwa siap jika nanti suatu hari bertemu dengan Cinta yang sudah mempunyai pengganti dirinya? Apakah ia akan baik-baik saja? Tapi seketika itu ia langsung tertampar kenyataan pahit, ingatannya saat ia memutuskan hubungannya dengan Cinta secara sepihak muncul begitu saja. Jiwa rasa, ia pantas mendapatkan rasa sakit sepuluh kali lipat dari rasa sakit yang ia berikan kepada Cinta.
Jahat? Iya, Jiwa mengakui dirinya sangat jahat. Tapi ia mempunyai alasan tersendiri memutuskan hubungannya dengan Cinta kala itu. Dalam hati Jiwa hanya berharap Cinta bahagia meskipun tanpa dirinya.
Selama di Paris, tak sedetik pun ia lewatkan untuk merindukan sosok Cinta. Namun apalah daya, ia hanya mampu menghukum dirinya sendiri dengan tak menghubungi atau mencari informasi kabar tentang Cinta. Bahkan ia pun tidak ingin satu orang pun membahas tentang Cinta kepadanya, termasuk Miko dan Jarrel. Pernah beberapa kali mereka memaksanya untuk menghubungi Cinta, tapi Jiwa menolaknya.
Lalu sekarang ketika malam reunian itu tiba, untuk pertama kalinya ia melihat sosok yang dirindukannya selama ini. Cinta masih sama, terlihat sangat cantik di matanya. Tapi karena ia terlalu sibuk menyembunyikan perasaan gugupnya, Jiwa sampai tidak punya kesempatan untuk sekadar menanyakan kabar atau menyapa Cinta.
Kabar bahagia juga untuk dirinya, ia mendapat informasi mendadak dari Miko jika Cinta masih belum mempunyai pasangan. Jadi, apakah Cinta masih diam di tempat yang sama seperti Jiwa? Apakah Jiwa masih berhak mendapatkan kesempatan kedua? Atau kah Cinta sudah menutup rapat-rapat pintu hati untuknya?
Dan di sini lah Jiwa sekarang, dengan pertimbangan yang begitu banyak ia akhirnya memberanikan diri untuk mencoba menghubungi Cinta melalui akun Instagram-nya yang sudah berdebu. Pertama yang ia lakukan adalah mengikuti akun Cinta, kemudian ia mulai berganti ke tombol direct message. Sempat beberapa kali menghapus ketikannya, akhirnya jarinya menyentuh tombol 'kirim' juga.
dentingmjiwa: Malam, Ta.
Jiwa hanya mampu mengirimkan sapaan klasik itu. Sial, ia buntu. Otaknya seperti berhenti bekerja tak mampu berpikir untuk hal sepele. Sempat ingin menambahkan beberapa kalimat tambahan, tapi akhirnya ia urungkan dan memilih menunggu balasan.
Satu menit, dua menit, limat menit, sepuluh menit, lima belas menit, lalu entah sudah menit keberapa masih belum ada balasan. Hingga akhirnya tepat jam dindingnya menunjukkan pukul satu dini hari ponselnya berdenting. Ada pemberitahuan dari aplikasi Instagram.
cintanindya membalas pesan.
Namun sayangnya, Jiwa sudah terlelap tidur. Malam ini sepertinya semesta sedang tak mendukung mereka berdua.
Hingga akhirnya pagi pun tiba. Jiwa membuka kedua matanya setengah sadar. Matanya menyipit saat melihat jendela apartemennya sudah terang. Awalnya, Jiwa menarik selimutnya lagi karena merasa masih mengantuk. Akan tetapi kemudian tiba-tiba ia terbesit sesuatu, Instagramnya!
Buru-buru Jiwa bangun mencari ponsel yang ternyata berada di bawah bantal. Kedua matanya terbelalak ketika melihat sebuah notifikasi Instagram. Cinta membalas pesannya semalam.
Tak menunggu lama Jiwa membuka pesannya, lalu bersiap mengetik balasan pesan Cinta.
cintaanindya: Malam juga, Ji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Jiwa
FanfictionCinta dan Jiwa, masih berdiri di tempat yang sama. Mereka berdua terjebak dalam kerinduan yang tak terobati. Terbenam dalam kenangan manis yang pernah mereka lalui. Namun, apakah luka yang pernah menggores hati akan kalah dengan rasa cinta yang ma...