05. Jatuh Hati

125 25 1
                                    

"Jiwa!"

Sang pemilik nama menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Jarrel dan Miko sudah melambaikan tangan ke arahnya. Jiwa segera berjalan ke arah kedua temannya itu setelah memarkirkan motor dan melepas helm berwarna hitam yang dipakainya.

"Tumben lo udah berangkat?" tanya Jiwa pada Miko, ㅡsi paling langganan berangkat sekolah mepet jam masuk.

"Tadi pagi ada alarm hidup yang bisa seret gue bangun." jawab Miko setelah menguap lebar.

Jarrel terkekeh, "Gue semalem tidur di rumah Miko, Ji."

"Oh pantesan." 

Ketiganya kini berjalan keluar parkiran menuju dalam sekolah. Terlihat akrab sambil saling bergurau dan bercerita tentang kejadian pagi ini yang mana Miko diseret ke kamar mandi secara paksa oleh Jarrel. Jiwa, Miko dan Jarrel sudah dekat dari mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Rumah mereka berdekatan, hanya Jiwa yang lumayan jauh. Meskipun saat SMP si Miko berbeda sekolah, namun mereka bertiga masih sering bermain bersama. Maka dari itu, jangan heran jika mereka masih seakrab itu sekarang.

Padahal jika mengenal lebih dalam, ketiganya memiliki sifat yang sangat berbeda. Jiwa si paling pendiam, cuek, lebih tenang dan hanya mementingkan buku gambarnya. Jarrel si paling ceria dan pintar dalam akademis. Sedangkan Miko tergolong berisik, jahil, tidak terlalu bagus dalam belajar, namun ia mempunyai banyak piagam penghargaan untuk olahraga sepak bola.

"Eh Mik, gue lupa nanya." Jarrel merangkul Miko, suaranya kini berubah pelan. "Dulu Rossa gimana anaknya?"

Miko yang mendengarnya langsung melirik temannya itu dan tersenyum menggoda. "Jadi nih sama Rossa?"

"Baru deket aja. Tapi anaknya bawel gitu, asyik."

"Emang bawel dia, makanya sering nggak akur sama gue." jawab Miko, "Tapi dia dulu banyak mantan."

Sementara kedua temannya sedang mengobrol membicarakan cewek, Jiwa lebih memilih diam sambil mendengarkan mereka.

"Si Elang itu temen Rossa aja 'kan? Kok deket banget."

Oke, akhirnya Jiwa semakin tertarik untuk mendengarkan obrolan ini. Jujur saja, sejak awal MOS entah kenapa ia sering memperhatikan seseorang. Ya siapa lagi kalau bukan Cinta. Jiwa juga diam-diam penasaran siapa Elang yang selalu dekat dengan Cinta.

"Temen doang. Mereka kayak trio kwek kwek dari dulu."

Jarrel mengangguk paham. Lalu entah kenapa kini giliran Miko menoleh ke Jiwa.

"Lo nggak mau nanya tentang Cinta, Ji?" tanyanya.

Jiwa meliriknya sambil berpura-pura bingung, "Buat apa?"

Miko cekikikan sekarang. "Alah lo! Gak usah bohong deh."

"Apaan?"

"Lo suka ya sama Cinta?"

"Kenapa lo bisa ngomong gitu?"

Miko dengan percaya dirinya menjawab, layaknya seorang pembawa acara gosip. "Jiwa yang biasanya cuek bebek, tiba-tiba perhatian pinjemin jaketnya ke cewek. Mana balasannya dikasih cokelat lagi! Baahh, langka banget ini!"

Jarrel ikut tertawa mengejek bersama Miko, tapi Jiwa tetap acuh berjalan dengan santai ke arah kelas. Namun meskipun dari luar seperti biasa saja, siapa yang tahu dalam hati Jiwa kini sedang gusar. Apa dia terlalu kelihatan tertarik dengan cewek bernama Cinta itu?

Mungkin ini terdengar klise, tapi benar Jiwa tertarik pada Cinta dari pertama kali melihat cewek itu memperkenalkan diri di depan kelas. Cantik? Iya cantik. Senyumnya cerah, sampai bisa membuat Jiwa tanpa sadar ikut tersenyum. Tapi, apa yang dibilang Miko tidak benar. Ia merasa belum menyukai Cinta, sementara ini hanya merasa tertarik dengannya. Tolong digaris bawahi, Jiwa hanya tertarik belum menyukainya.

Cinta & JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang