06. Tentang Jiwa

129 26 0
                                    

Entah kenapa hari ini Jiwa terlihat sangat berbeda, bukan seperti dirinya yang biasa. Jarrel sampai cekikikan melihat Jiwa kini sedang mengekorinya di belakang. Biasanya Jiwa tak pernah mau untuk diajak pergi berjalan-jalan ke mall. Tapi hari ini mungkin pengecualian, karena yang sedang berjalan di samping Jiwa adalah Cinta.

"Jiwa." panggil Cinta, membuat sang pemilik nama menoleh. "Kok lo bisa tahu?"

"Tahu apa, Ta?"

"Itu, emm pas kemarin.. lo pinjemin gue jaket." Cinta tampak malu-malu membahasnya. "Emang lo liat ya?"

Jiwa tersenyum melihat Cinta yang kini langsung menunduk malu. Wajahnya mulai memerah, lucu dan menggemaskan bagi Jiwa.

"Enggak lihat kok."

"Kok tahu?"

"Tahu aja."

Cinta kini mendongak lagi, "Serius, Ji. Kenapa bisa tahu?"

"Karena gue tahu lo lagi sakit perut. Terus lo duduk kayak nggak nyaman."

Cinta mengernyit, "Terus lo langsung bisa nyimpulin kalau gue lagi ada tamu bulanan?"

Jiwa mengangguk, "Kakak gue juga gitu soalnya. Tiap bulanan pasti sakit perut."

"Oh, lo punya kakak cewek?"

"Punya."

Cinta akhirnya mengangguk paham. Setelahnya mereka kembali diam, berjalan mengikuti Jarrel dan Rossa yang sedang asyik ngobrol. Entah mau kemana tujuan mereka. Sudah dua kali ini mereka berputar di lantai yang sama.

Lalu tiba-tiba Jiwa kembali bersuara, "Kakak gue dulu punya pengalaman nggak enak kayak lo juga di sekolahnya."

Cinta memilih diam untuk mendengarkan kelanjutan cerita Jiwa.

"Sampai dia nangis, malu karena nggak sadar roknya kotor dan diketawain temen-temen sekelasnya."

"Kok temennya jahat nggak kasih tahu?" 

"Ada yang kasih tahu, tapi 'kan sekelas udah pada lihat. Akhirnya dia sampai nggak masuk sekolah dua hari." lanjut Jiwa sambil ia memperhatikan sekitarnya.

"Kasihan banget kakak lo." Cinta ikut prihatin mendengarnya. Cinta yakin itu pasti sangat memalukan. "Anyway kakak lo masih sekolah juga?"

Sebelum Jiwa menjawab pertanyaan Cinta, tiba-tiba cowok itu menarik Cinta ke arahnya.

"Awas, Ta."

Cinta kaget karena tubuh mereka sekarang hampir tak berjarak, sampai dahinya menyentuh dada Jiwa. Cinta menoleh pelan, ternyata ada gerombolan cowok yang sedang bercanda hampir menubruk dirinya.

Jiwa kemudian menukar posisi, ia sekarang menjadi di sebelah kanan Cinta. Ya Tuhan, perasaan apalagi ini? Sudah kedua kalinya Cinta merasakan jantungnya berdegup lebih cepat hari ini karena Jiwa.

"Tadi tanya apa, Ta? Kakak gue ya?" Jiwa kembali melanjutkan obrolan setelah merasa aman. "Baru aja lulus sekolah, tahun ini mau lanjut kuliah di Jogja."

"Oh.." Sepertinya Cinta masih belum bisa mengatur degup jantungnya, sampai ia menjadi tak bisa memberikan tanggapan yang bagus.

Tiba-tiba saja Jarrel dan Rossa mengajak mereka ke timezone, tapi Cinta menolaknya karena sedang tidak ingin bermain. Lalu berakhirlah Cinta duduk di bangku dekat timezone ditemani Jiwa. Jujur saja Cinta masih agak canggung dengan keberadaan Jiwa, apalagi sampai sedekat ini. Karena ini pertama kalinya mereka bisa mengobrol banyak.

Awalnya mereka sama-sama diam, lalu sepertinya otak Cinta sudah kembali normal lagi. Cewek itu kembali mengajak bicara Jiwa agar memecah kecanggungan di antara mereka.

Cinta & JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang