"Ta!"
"Apa?"
"Tolong bukain pintu! Pizza-nya dateng!"
Cinta yang baru sempat mengecek ponselnya langsung bergegas menuju pintu sesuai perintah Rossa yang masih sibuk di dapur. Sekotak besar pizza limo sudah berada di tangan Cinta, lalu segera ia taruh di atas meja depan televisi dengan kesusahan.
"Lo pesen apa aja sih, Sa? Banyak banget ini. French fries, pizza limo, cola lima botol?? Dan ini apa nih? Tahu cabe garam??"
"Tahu cabe garam kesukaan cowok gue." jawab Rossa yang baru berjalan ke arah Cinta sambil membawa dua piring nugget yang masih panas. "Tambah lagi nugget goreng dan nugget rebus."
"Banyak banget??"
Cinta masih heran. Ini terlalu banyak untuk mereka yang nanti hanya akan ada tujuh orang. Seperhitungan Cinta memang tujuh orang yang mengisi list absen daftar hadir di grup semalam.
"Lo kayak nggak tau Miko sama Benjamin aja. Habis deh pasti!"
Ah iya, Cinta baru ingat dengan dua manusia perut karet itu. Perkataan Rossa benar juga, si Miko dan Benjamin napsu makannya banyak seperti anak SMP yang masih dalam masa pertumbuhan.
"Oke Sa, lo seribu persen bener. Jadi, gue udah 'kan ini? Gue mau mandi dulu."
"Gih sana, lo udah mirip sayur asem basi. Kecut banget."
"Sialan lo! Siapa yang udah bikin gue begini?? Dasar, lagak lo udah kayak nggak bersalah aja."
Rossa hanya cekikikan mendengar omelan Cinta sambil memasukkan sebuah nugget rebus ke dalam mulutnya.
Perlu kalian tahu, sedari pagi Cinta sudah diculik Rossa untuk menemani berbelanja ke supermarket. Bayangkan saja, Cinta masih memakai kaos oversize dan celana pendek tapi sudah diseret paksa keluar rumah. Bahkan Cinta tak diijinkan mandi, kata Rossa "Gak usah mandi, lo udah cantik". Padahal maksud di balik perkataan itu semua adalah "Buruan udah siang keburu panas gue gak tahan, dan gue males nunggu lo mandi". Untungnya Cinta masih bisa memakai sneakers mahalnya, jadi lumayan tak terlihat seperti gembel masuk supermarket.
Selesai berbelanja sekitar satu setengah jam, Rossa masih meminta bantuannya untuk bersih-bersih apartemen yang lumayan berantakan ini. Cinta sampai geleng-geleng kepala tiap masuk ke apartemen Rossa yang selalu berantakan. Apalagi kamarnya, banyak baju, tas, sepatu, ㅡtentunya semua barangnya masih baru, berserakan di lantai. Sungguh mencengangkan. Selebgram satu ini terlalu sibuk mengiklankan banyak produk sampai menumpuk di apartemennya. Tapi tenang, ada untungnya karena Cinta sering diberi produk endorse gratis oleh Rossa. Seperti sekarang ini, Cinta memakai baju endorse yang sudah diiklankan Rossa. Lumayan, cardigan hitam dan celana jeans sudah didapat Cinta.
"Lo kenapa sih dari tadi panik nyariin hp mulu?" tanya Rossa begitu Cinta sudah selesai mandi dan langsung buru-buru mencari ponsel yang masih tertancap colokan akibat kehabisan baterai sedari padi tadi.
"Hp gue mati dari pagi. Siapa tau ada yang penting."
"Dih, pacar aja nggak punya. Penting apaan?!"
"Ya 'kan siapa tahu ada dari temen kerja, atau mama gue..." jawab Cinta.
"Atau Jiwa juga.." Yang satu ini masih lanjutan jawaban Cinta, tapi hanya dalam hati.
Sayangnya belum ada balasan dari Jiwa, dan parahnya lagi pesannya hanya dibaca saja. Cinta memandangi layar ponselnya, berharap akan ada lagi balasan. Tapi setelah beberapa lama ia menunggu, masih tidak ada balasan. Apakah balasan Cinta terlalu singkat? Apakah ia terlalu lama membalasnya? Kesempatan mengobrol dengan Jiwa tidak boleh ia sia-siakan begitu saja. Sebagian besar dalam hatinya mendorong untuk kembali mengirimi Jiwa pesan, akan tetapi otaknya selalu saja mencegah. Hati dan otaknya kembali berperang hebat sekarang. Namun akhirnya Cinta membuang semua gengsinya, jarinya mengetik sebuah pesan lagi, mengabaikan otaknya yang terus saja berkata 'jangan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Jiwa
FanfictionCinta dan Jiwa, masih berdiri di tempat yang sama. Mereka berdua terjebak dalam kerinduan yang tak terobati. Terbenam dalam kenangan manis yang pernah mereka lalui. Namun, apakah luka yang pernah menggores hati akan kalah dengan rasa cinta yang ma...