1. Laras

1.8K 169 3
                                    

[Warning]
- Banyak memuat kata kata kasar dan umpatan

***

Membuka mata perlahan. Hamparan luas langit biru dan pepohonan adalah pemandangan yang dia lihat pertama kali. Kicauan burung, angin berhembus, bahkan suara air mengalir pun terdengar jelas di telinganya.

“Sakit sekali …” dia bangun dari posisinya, memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Mendongak, kemudian melirik sekitar. “Ini dimana?”

Banyak sekali pepohonan tinggi tumbuh di sekitar, tumbuhan liar yang lebat, suasananya juga tenang. Saking tenangnya membuat dia merinding sendiri. Dia tidak terbiasa dengan situasi seperti ini.

“Apa-apaan ini, kenapa tiba-tiba aku berada—” rasa sakit di kepalanya kembali.

Seperti sebuah film yang ingin dimulai, semuanya berputar dalam kepalanya.

***

“Aku tidak sabar untuk mendaki, begitu sampai di atas aku akan langsung selfie disana!”

Pagi hari, pukul 09.35, sinar matahari telah bersinar terang dan itu terasa terik bagi sebagian orang. Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi seorang wanita berumur 26 tahun yang sekarang tengah berlibur untuk mendaki.

Gadis itu mendongak, menatap langit dengan tatapan sendu.

“Akhirnya aku berhenti menjadi pengangguran …” Sudut bibirnya tertarik, “Hahaha! Aku tahu hal ini akan terjadi! Tidak mungkin orang seperti aku—Laras Purnama, berakhir menyedihkan!”

Laras Purnama, seorang wanita rantau dari Kalimantan ke Jakarta, yang cantik (menurutnya sendiri) juga pintar. Sayang sekali dia berakhir menjadi pengangguran karena syarat pekerjaan yang tidak masuk akal. Kini dia masih tinggal di kos. Hidup dengan pekerjaan yang berganti-ganti dengan penghasilan tidak pasti. Tetapi, sekarang berubah.

Setelah mendaki sekitar sepuluh menit Laras sampai di sebuah tebing. Di sinilah ia sekarang. Berdiri dekat pagar pembatas—membelakangi tebing sambil mengangkat ponselnya. Membentuk pose tangan peace sambil tersenyum mengejek. Cekrek!

Membuka galeri. Tidak buruk, batinnya. Dalam foto itu Laras terlihat seperti antagonis. Lihat saja senyumnya, penuh kebaikan.

Laras terkekeh. “Heh, akan ku kirim foto ini nanti kepada para anak burung yang ada di sekitar kos ku agar mereka berhenti mencicit setiap hari.”

Anak burung yang dimaksud Laras tidak lain dan tidak bukan adalah tetangga terkasih. Setiap jam, menit hingga detik mereka selalu bertanya situasi Laras—saking perhatiannya membuat telinga gadis itu panas setiap hari. “Kapan nikah?” “Nggak laku ya?” “Kenapa sekarang masih jadi pengangguran?” “Sudah lulus kuliah kok masih di rumah aja?” Sialan.

Tidak terbayangkan betapa palsu senyum yang Laras miliki setiap menghadapi tetangga. Selalu membalas dengan tertawa karir meski dalam hati sudah nyatir. Namun, saat ini dia dapat membalas dendam.

Kemarin, Laras mendapatkan notifikasi yang membuat posisinya langsung duduk. Dia diterima di sebuah perusahaan—lewat email, dengan gaji lima juta perbulan. Laras berteriak kegirangan setelah membaca pesan itu. Siapa yang tidak senang? Heh, setidaknya gaji Laras lebih tinggi dan juga lebih banyak dari anak tetangga!

“Rasanya tidak sabar melihat ekspresi mereka ketika aku kembali nanti.” Laras tertawa membayangkan ekspresi terkejut tetangganya setelah ia mengirim fotonya nanti, “Baiklah, aku harus ganti gaya. Sekarang harus terlihat sesombong mungkin.”

Ketika ingin menekan tombol potret, tiba-tiba saja Laras kehilangan keseimbangan karena ponselnya lepas dari genggaman. Dia terkejut, saat ingin menangkap bukannya dapat ia malah tergelincir bantu. Otaknya berhenti bekerja saat itu juga. Tubuhnya terasa melayang, tetapi, jantungnya berdegup kencang. Apakah ini yang orang namakan dengan cinta?

Imbalance | Senku x F!/Oc Female!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang