Langit gelap yang penuh bintang dan sinar rembulan, kini berganti menjadi langit biru cerah, bersama sinar matahari yang memberikan cahaya sebagai penerang. Setelah musim dingin yang sangat sulit baginya, datanglah musim semi dimana bunga-bunga bermekaran, wanita pada umumnya mungkin akan ketakutan karena harus hidup sendiri.
Berbeda dengan Laras, dia dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, sebelumnya juga dia adalah seorang mahasiswi fakultas teknik jurusan arsitektur.
Dia juga dari kecil tumbuh bersama hutan, bisa dibilang skill bertahan hidupnya sangat baik. Alih-alih merasa ketakutan, Laras lebih merasa seperti kembali ke kampung halamannya dimana saat itu teknologi belum tersentuh. Hanya ada kesederhanaan yang menghangatkan.
Hari ini, Laras berencana untuk mencari tanaman obat sekaligus mencari bahan makanan. Di pundaknya ada tas berukuran sedang yang dia buat dari tanaman eceng gondok untuk membawa bahan yang dia temukan, di tangannya juga ada tongkat yang dia buat kemarin untuk jaga-jaga. Serba bisa sekali bukan?
Bagaimana dengan Senku? Jujur saja Laras sangat ingin bertemu dengan pria itu, tidak-hanya melihat wajah Senku saja. Setidaknya Laras ingin memastikan Senku adalah orang yang nyata dan membuktikan bahwa dirinya benar-benar masuk ke dalam anime Dr.Stone, namun, karena dia tidak tahu dimana lokasi pasti Senku berada dia mengurungkan niat itu. Tidak mungkin Laras menghabiskan waktu beberapa jam di hutan yang luas ini hanya demi melihat wajah Senku, dia juga masih punya otak untuk berpikir.
"Stroberi, apel, ikan kecil, Acalypha australis linn, ilalang, semanggi..." Laras menghitung bahan makanan yang ia temukan, "Sepertinya ini cukup untuk hari ini," katanya mengangguk.
"Aku juga sudah berjalan agak terlalu jauh dari pondok, sebaiknya aku pulang sekarang."
Dia pun berjalan pulang menuju pondok kecilnya, melewati aliran sungai yang surut dan tenang, suara berisik serangga dan daun-daun yang menari-nari di dahan pohon sungguh membuat hati terasa damai. Laras tidak bisa untuk menahan senyum, jika dia punya kamera sekarang pasti akan ia abadikan momen ini.
"Oi pria besar, kuingatkan sekali lagi, jangan mengambil tanaman yang terlihat mencurigakan."
"Oke Senku!"
Seketika Laras membeku, jantungnya berpacu dengan cepat, tas yang ada di pundaknya hampir terjatuh jika tidak ia tahan. Suara itu sama dengan suara yang ia ingat saat menonton animenya.
"Taiju bodoh! Aku baru saja memperingatkan mu untuk tidak mengambil tanaman mencurigakan, lalu kenapa sekarang di tanganmu ada jamur yang terlihat mencurigakan itu?!"
"Eh?"
Pupil mata Laras bergetar, suara itu benar-benar sama persis dengan Senku. Dia pun berjalan mendekat ke sumber suara dengan tenang. Apa suara itu benar-benar Senku? Senku nyata? Sungguh? Berbagai pertanyaan mulai memenuhi pikirannya. Semakin Laras mendekat, semakin keras juga suara asing itu.
Bersembunyi dalam semak-semak yang cukup tebal, di sela-sela daun Laras melihat dua sosok remaja yang penampilan mereka sangat ia kenali.
''Mereka... Taiju dan Senku, 'kan?''
Matanya melotot, Laras menutup mulutnya yang terbuka membentuk huruf O, Senku dan Taiju, mereka benar-benar nyata. Air matanya tanpa sadar mengalir ke bawah dan membasahi kedua pipinya.
Dia berusaha dengan keras menutup mulutnya serapat mungkin agar suara isakan nya tidak terdengar oleh kedua pemuda di hadapannya, Senku... Taiju... Mereka benar-benar nyata dan hidup...
"Dasar bodoh! Apa kau ingin membuat kita berdua mati?! Ini jelas-jelas tanaman beracun! Warnanya saja ungu dan ada garis-garis hitam!"
"Maaf!"
Melihat sikap kedua pemuda itu masih sama seperti yang ia ketahui membuatnya tersenyum, Laras dapat merasakan kehangatan di antara mereka, Senku yang kesal karena Taiju tidak mendengarkan ucapannya, dan Taiju yang sedang tersenyum dan tertawa seperti orang bodoh. Persahabatan yang indah.
Laras menggeleng mendengar percakapan kedua pemuda itu, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan dan lega. Mengetahui karakter favoritnya sekarang benar-benar nyata dan bernafas saja sudah membuatnya senang. Dengan pelan Laras bergerak mundur dari semak-semak, tanpa membuat suara dia pergi. Meninggalkan Taiju dan Senku.
"Hmm..."
"Ada apa, Senku?" Tanya Taiju, alisnya terangkat melihat teman cerdasnya itu melirik sekitar dengan serius.
Dia menggeleng, "Tidak, Aku merasa ada yang mengawasi kita tadi, mungkin hanya perasaanku saja." Balas Senku menggaruk kepalanya.
Taiju beroh-ria, dia mengangguk lalu berjalan ke depan dengan senyum lebar, "Ohh, oke! Mari kita lanjutkan mencari buah sekarang!"
Senku mengangkat kedua bahunya, mengikuti Taiju dari belakang, sebelum pergi sesaat Senku menoleh ke belakang. Aku sungguh merasa ada yang menatapku sebelumnya.
Pandangannya jatuh pada sebuah semak-semak, bagaimana jika... Dia menggeleng cepat, tidak mungkin ada manusia yang terbangun. Kalau pun benar, seharusnya Senku telah menemukan petunjuk ada manusia selain dirinya di hutan ini sejak lama.
Karena manusia pada umumnya akan mencari manusia lain saat merasa hidupnya dalam bahaya atau sendirian, sebab itu manusia dinamakan makhluk sosial. Tapi, bahkan setelah sekian lama, Senku tidak pernah menemukan jejak manusia selain dari dirinya.
''Sudahlah, memikirkan hal ini membuat kepalaku sakit.''
Senku pun memutuskan untuk berhenti memikirkan masalah ini dan menyusul Taiju yang telah berjalan jauh di depan.
***
Sampai di pondok, Laras langsung meletakkan tas ke dalam pondok dan keluar lagi. Ia nampak khawatir, terutama saat mau pergi ke hutan, bisa saja nanti dijalan tanpa sengaja berselisih dengan Senku, bukan? Itulah yang Laras takutkan, dia tidak mau Senku tahu tentang dirinya. Tapi, disisi lain dia juga mau membantu pria itu. Rumit sekali bukan perasaan wanita ini? Dia tidak ingin bertemu dengannya, tetapi dia malah ingin membantunya.
Sekarang Laras sedang jalan mondar-mandir di depan pondoknya dengan ekspresi cemas, pikirannya berkecamuk.
"Aku harus bagaimana? Adegan Senku akan dibunuh oleh Tsukasa sebentar lagi terjadi! Kehadiranku di dunia ini mungkin saja membuat perubahan!" Kata Laras berjongkok sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
Tiba-tiba dia berdiri dengan senyum, mendapatkan ide cemerlang.
"Aku tahu!"
"Aku akan membantu Senku diam-diam tanpa ketahuan olehnya!" Ujarnya dengan semangat.
Sementara itu, orang yang sedang dibicarakan bersin.
"Kau pilek?!" Taiju melotot, mengguncang tubuh Senku dengan panik.
"Tidak, sepertinya seseorang sedang mengutukku diam-diam." Senku menggosok hidungnya dengan ekspresi kesal.
Pemuda tinggi itu menghela nafas lega, "Ohh, begitu, syukurlah! Tanpamu aku akan kesulitan nantinya!" Seketika senyum lebarnya kembali.
Dia lanjut berjalan seolah kejadian barusan tidak ada, Senku mendengus dan mengikutinya dari belakang.
Tidak berselang lama dalam keheningan, Taiju bersuara.
"Senku."
"Apa?"
"Jika kita menemukan manusia lain selain kita berdua, apa yang akan kau lakukan?"
Tbc
Jangan lupa vote dan komen yaa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Imbalance | Senku x F!/Oc Female!
FanfictionWarning ⚠️ ; - Spoiler, cringe, typo, tata bahasa/ejaan yang kurang rapi, baku, alur lambat. [ TAHAP REVISI ] END SEASON 1√ *** Laras Purnama, seorang wanita berusia 26 tahun yang baru saja lepas dari label "Pengangguran" dan sedang berlibur di sebu...