10. Semangat?

712 129 6
                                    

Mata Kiyomi terbelalak, jantungnya berdegup kencang mendengar suara yang sangat familiar baginya. Ketika dia menoleh, ia melihat sosok yang merupakan sumber dari segala permasalahan hatinya, muncul dari balik semak-semak dengan senyumnya yang khas.

"Kenapa reaksimu sangat terkejut? Apa kau tidak menyangka ada orang lain selain Suika kesini?" Ucap Senku sambil menaikkan sebelah alisnya.

Tidak hanya Kiyomi saja yang terkejut, gadis kecil di pangkuannya-Suika-tercengang. Dia yakin sudah memastikan semua orang telah tidur, bagaimana Senku bisa disini?! Pikir Suika. Pupil matanya bergetar, tidak menyadari ada yang mengikutinya sebelumnya. Ah! Kak Kiyo...!

Ketika Suika mengangkat kepala, dia melihat wanita yang telah dia anggap sebagai kakak, berekspresi hati-hati dan ketakutan. Tangannya pun bergetar mengenggam tangan miliknya.

''Oh tidak... Kak Kiyo terlihat ketakutan... Ini salahku...'' batin Suika, dia menundukkan kepala, cairan panas perlahan muncul dari sudut matanya.

Suika semakin diliputi rasa bersalah, dia melirik Senku yang tengah bersandar pada batang pohon.

Dia, dengan suara bergetar bertanya. "S-Senku...! A-Apa yang kau lakukan disini...?"

"Bukankah itu seharusnya pertanyaanku?" Jawab Senku seraya mendengus, Suika tersentak. "Di tengah malam begini kau malah menyelinap diam-diam dan berjalan ke hutan, bagaimana aku tidak khawatir?" Sudut bibirnya semakin naik.

"Yah, berkatmu waktu tidurku yang berharga tidak sepenuhnya sia-sia. Setidaknya aku menemukan orang yang mirip denganku." Ujar Senku menyeringai, kemudian dia melirik sekelilingnya. Matanya sedikit terbuka dengan apa yang ia lihat.

Pondok kecil yang sederhana disertai beberapa perabotan seperti kendi, kursi, dan cangkir yang baru dibuat?

''Lumayan,'' pikir Senku. Dia menatap penuh selidik pada semua barang yang ada di luar.

''Hm... Dengan semua barang yang ada disini, gadis itu seharusnya sudah bangun sejak lama.'' Dia mengerutkan kening kala melihat tongkat kayu yang berujung runcing di depan pondok kecil itu. Dia bergidik ngeri, jangan bilang gadis ini kekuatannya sama dengan Kohaku?

Kini perhatiannya jatuh pada sosok gadis yang tengah memeluk Suika dan merupakan pemilik dari semua yang ada disini. Dia melirik penampilan Kiyomi dari atas sampai bawah, memperkirakan bahwa mereka mungkin seumuran.

"Hei kau, siapa namamu?" Yang ditanya tersentak kaget.

"N-Namaku... Kiyomi...," jawabnya dengan gugup seraya memalingkan wajah. Kiyomi sangat berharap agar dia bisa bersembunyi atau lari sejauh-jauhnya dari Senku sekarang. Kemanapun asal tidak ada Senku.

Namun, sayang seribu sayang.

Ada apa dengannya? Apa dia pemalu? Reaksi Kiyomi justru malah mengundang kebingungan dalam benak pemuda tersebut. Kerutan pada dahinya kembali, dia mengambil langkah untuk berbicara lebih dekat. Tetapi, setiap kali ia melangkah maju, Kiyomi akan bergerak mundur.

Perempatan imajiner muncul, "Apa kau punya dendam kepadaku?" Ucap Senku menyilang kedua tangannya.

''B-Bagaimana ini!? Aku mungkin akan salah berbicara dan malah terlihat seperti idiot!''

Kiyomi terdiam dengan pikiran yang kacau dengan semua kata-kata negatif saking gugup dan gelisahnya. Mata merah Senku yang terus menatapnya tidak membuat dia membaik, sebaliknya dia semakin cemas.

Sementara itu, Suika, dia mengigit bibir bawahnya. Perasaan bersalah tumbuh semakin besar dalam dadanya, dia berdiri di depan Kiyomi dan merentangkan kedua tangan, seakan sedang melindunginya.

"S-Senku! Kak Kiyo itu orang baik!" Suika menginterupsi setelah sekian lama menyimak.

Baik Senku atau Kiyomi, mereka berdua sama-sama tertegun. Mata Suika yang berkaca-kaca dan berusaha terlihat tegar cukup untuk membuat Senku tertawa. Senku menutup mulut, memalingkan wajahnya, badannya bergetar, dia sedang menahan mulutnya agar tidak tertawa.

Sedetik kemudian Senku membeku, alisnya turun membentuk kerutan, dia menjadi jengkel mengingat reaksi yang ia dapatkan dari Kiyomi dan Suika.

''Kenapa seakan aku terlihat seperti penjahat disini?''

Di sisi lain, Kiyomi, tersentuh dengan keberanian gadis kecil yang mencoba melindunginya. Tetapi di saat yang sama Kiyomi juga ingin tertawa, kegelisahannya secara perlahan menghilang kala ia menangkap kaki Suika gemetar.

''Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa... Tapi, ini agak lucu..." Batin Kiyomi, dia diam-diam tersenyum tipis.

Suika yang tepat di tengah antara mereka berdua, menoleh kepada Senku dan Kiyomi, dia memiringkan kepala, tidak mengerti dengan apa yang terjadi kepada dua orang yang lebih tua darinya. Suasana berubah menjadi lebih tenang.

Senku berdehem, logikanya mengatakan kalau terus seperti ini dia tidak akan mendapatkan jawaban apapun dari Kiyomi sampai matahari terbit. Matanya menatap lurus netra sang gadis didepannya yang berekspresi terkejut.

"Kembali ke topik awal, langsung ke intinya, apa kau orang yang sama dengan orang yang mengawasiku serta temanku saat sedang memilih makanan di hutan dan membukakan jalan menuju patung budha?"

Seakan ada anak panah yang menusuk jantungnya, Kiyomi tertohok, hampir saja dia ingin batuk saking terkejutnya.

"B-Bagaimana kau...?"

"Oh, ternyata benar ya? Padahal aku hanya menebak saja~" Jawab Senku dengan senyum sumringah.

Satu anak panah lagi menusuk jantungnya, Kiyomi memberikan tatapan tidak percaya. Dia sangat percaya diri kalau perbuatannya tidak akan ketahuan, tapi sekarang apa ini?!

"Jadi, bisa kau ceritakan tentang dirimu? Dari awal pembangkitan sampai sekarang." Senku berekspresi serius.

Kiyomi menelan ludahnya, menarik nafas panjang, dengan berat hati dia menceritakan semua yang ia lakukan sampai saat ini dengan rinci. Dari awal ia bangkit, bagaimana ia melewati musim dingin sendirian, momen ketika bertemu dengan Senku serta Suika. Semua ia ceritakan.

Kecuali tentang Kiyomi yang menyukainya, dia tidak mungkin dan tidak akan pernah memberitahu Senku masalah itu.

Senku dan Suika mendengar dan menyimak ucapan Kiyomi dengan fokus. Kerja keras Kiyomi untuk bertahan hidup sendirian di tengah hutan dan kemampuan untuk berpikir tenang di dunia batu ini.

''Sangat jarang ada orang sepertinya di dunia ini,'' batin Senku dengan mata yang sedikit terbuka. Dia lumayan terkejut dan kagum kepada Kiyomi di saat yang bersamaan.

''Seperti yang diharapkan dari kak Kiyo! Dia sangat mengagumkan!'' Pikir Suika mengangguk mantap, kemudian dia melirik Senku dan Kiyomi bergiliran.

''Senku juga mengagumkan, baik, dan juga pintar, sama seperti kak Kiyo...'' Seakan ada sebuah ide yang mengalir dalam kepalanya, kini terdapat kilauan bintang di sekitar Suika. Suika terkekeh geli, entah apa yang ia pikirkan sampai tertawa sendiri.

Di sisi lain Kiyomi menundukkan kepala, dia jadi agak lelah, setelah bercerita apa yang ia lakukan selama ini, energi yang ada di dalam tubuhnya seolah disedot sampai kering. Benar-benar tidak ada keinginan atau semangat untuk berbicara.

Kiyomi mengumpat dalam benaknya, ''Ketahuan sudah... Bagaimana aku harus menjalani hidupku sekarang...?'' Pikir Kiyomi, mendesah, dia sudah pasrah dengan keadaannya sekarang.

"Kiyomi 'kan? Lain kali aku akan datang kesini, mari kita lanjutkan pembicaraan ini besok."

.

.

To be continued

Imbalance | Senku x F!/Oc Female!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang