07

5.7K 328 2
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Pandu berjalan cepat masuk ke rumah, Sion adiknya turut mengikuti langkah kaki sang abang. Keduanya menghiraukan kehadiran Widya dan juga Salma nenek mereka, yang kini tengah menikmati acara televisi.

"Bang lo kenapa sih?" Tanya Sion begitu mereka sampai di kamar, kamar ini biasanya menjadi kamar mereka berdua ketika berlibur ke rumah kakek dan nenek.

Pandu enggan menjawab, remaja itu memilih duduk di sofa balkon kamar dan menghirup nafas dalam-dalam.

"Gue gak papa" Jawab Pandu setelah cukup memakan jeda.

Sion mendengus mendengarnya. Anak seusia Gema itu memilih bersandar di kusen pintu balkon.

"Kalau gak papa kenapa harus bersikap kaya gitu tadi?" Tanya Sion sedikit tak suka saat melihat kelakuan Pandu di depan Gema, kalau memang tidak mengenal Gema kan bisa baik-baik, tidak perlu menarik dirinya pulang dan meninggalkan Gema begitu saja.

"Mood gue lagi mendadak gk enak aja tadi" Jawab Pandu asal.

"Ck..lo kalau lagi gak mood emang ngeselin" Decak Sion kesal, Pandu itu tipe manusia yang kalau kesal di lampiasin ke orang-orang.

"Gitu aja marah" Ucap Pandu membuat Sion mendelik.

"Gimana gak marah, lo narik gue gk pakai hati njirr. Mana ninggalin Gema gitu aja gak sopan tau Bang, baju dia juga masih kotor belum gue bersihin" Omel Sion kembali, kesal dengan abangnya.

Pandu melirik pergelangan tangan Sion, lantas bangkit untuk memegangnya.

"Aelah merah dikit" Ujar Pandu sambil melihat-lihat pergelangan tangan Sion.

Sion menarik nafas dalam-dalam, menguatkan hati menghadapi Pandu yang mode ngeselin.

Pandu terkekeh melihat wajah kesal adiknya, lantas menepuk pundak Sion dan meninggalkan adiknya itu di dalam kamar. Ia ingin pergi ke suatu tempat, mungkin disana ia bisa lebih merasa tenang.

•••

Gema berjalan pelan menuju panti, mata anak itu masih memerah seusai menangis. Sudah tak minat lagi untuk mengelilingi pameran.

Langkah kaki kurus itu berhenti didekat taman. Gema berbelok masuk ke dalam taman dan memutuskan untuk duduk disana sejenak, ia juga tak mau pulang dengan mata memerah dan wajah sembab yang begitu kentara. Tak mau ibu panti nantinya cemas dan bertanya-tanya.

Taman ini tidak begitu luas, tapi cukup teduh dan bersih.

Gema duduk di bangku taman, tepat di bawah pohon trembesi yang bertajuk lebar. Bahkan saking lebarnya tajuk pohon itu hampir setengah taman terlindungi dari sinar matahari, taman mini ini benar-benar terlihat sejuk akibatnya.

GEMA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang