34

11.5K 340 26
                                    

¤¤¤⚠️JANGAN LUPA BACA PENGUMUMAN DI AKHIR⚠️¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
⚠️JANGAN LUPA BACA PENGUMUMAN DI AKHIR⚠️
¤¤¤

Jovan baru saja kembali dari tempat Pandu, keduanya memutuskan ngobrol lebih lanjut besok, karena isi kepala mereka terlalu banyak malam ini.

Namun begitu sampai di halaman rumah, Jovan langsung mengentikan motornya mendadak. Emosi Jovan rasanya naik lagi saat melihat mobil Alex disana.

Jovan meninggalkan begitu saja motornya tanpa di masukan ke garasi. Menjatuhkan begitu saja helmnya, yang ada di kepalanya saat hanya Gema. Adiknya itu masih sakit, jangan sampai jarum kembali menusuk lengan Gema.

Pintu kamar Petra terbuka kasar, jantung Jovan langsung mencelos melihat Gema disana. Tatapan adiknya itu begitu sayu dan lemah, tak berbeda jauh dengan Petra yang juga terbaring lemah.

"Om pliss..." Lirih Jovan pada Alex.

Paman Jovan itu tampak acuh, namun ia beranjak mengambil masker oksigen yang lain, lalu memakaikannya pada Gema.

Seharusnya sebelum pergi ke tempat Pandu tadi, Jovan harus memastikan Petra baik-baik saja, karena rasanya percuma meninggalkan Gema dengan baik jika Petra-nya tidak.

Jovan mendekat pada Gema, lantas menggenggam tangan lemah milik adik angkatnya itu. Kulit itu pucat sedikit membiru, kulitnya dingin. Kadar oksigen di jaringan tubuh Gema pasti berkurang hingga membuat tubuhnya dingin, belum lagi sel darah yang berkurang banyak membuat kulitnya kehilangan rona.

"Maaf..." Lirih Jovan, tak tega melihat Gema.

Gema menggeleng pelan sekali, karena kepalanya bergerak sedikit, pusing turut menyerang. Ini saja Gema kesulitan mendapatkan fokusnya, karena pandangannya berkunang-kunang.

"Petra, lo harus baik-baik aja biar Gema juga, katanya lo mau bikin Gema gak kenapa-kenapa" Batin Jovan berucap, remaja itu beralih menatap kearah Petra yang terpejam lemah.

•••

Pandu memilih melihat-lihat album foto setelah Jovan pulang. Melihat wajah lucu Gema saat kecil cukup membuat Pandu tenang, begitupun foto ibunya.

Namun tak bisa Pandu elak, jika hatinya sedikit berdenyut nyeri saat mengingat cerita Jovan tadi. Rasanya tak ada bahagia yang sesungguhnya di hidup adiknya.

Kenapa takdir Gema begitu kejam pikir Pandu, padahal Gema anak yang baik, bahkan terlampau baik sebagai manusia biasa. Apakah begini Tuhan mengatur takdir untuk hambanya yang baik, membuat mereka mendapat luka terus-terusan?

Pandu menadah saat merasa air matanya turun, padahal ia sedang tak ingin menangis. Tapi air matanya malah turun begitu saja tanpa perintah.

GEMA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang