13

5.3K 313 11
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Kini Gema terduduk di depan ruang rawat Petra, anak itu terlihat lemas dan pucat. Bagaimana tidak pucat dirinya baru saja menjadi pendonor darah untuk Petra. Dan Gema juga baru saja menyadari kenapa Petra memiliki kulit pucat, ia kira kulit Petra emang begitu sejak lahir. Ternyata Petra memang sakit sejak kecil, abang keduanya itu penderita Thalasemia.

Suara pintu ruang rawat yang terbuka membuat Gema menegakan tubuhnya, anak itu sedikit meringis karena pusing.

Juanda berjongkok di depan Gema.

"Naik biar Papa gendong sampai ke mobil" Ujarnya membuat Gema paham.

Gema lantas menaiki punggung tegap itu, melingkarkan tangannya pada leher ayah angkatnya.

Tadi Gema juga ikutan panik saat Juanda mengatakan maksudnya membawa Gema kemari. Ternyata Petra kambuh tadi malam, Juanda juga menjelaskan kondisi Petra, jadi Gema tidak masalah jika ia harus mendonorkan darahnya, lagian Petra itu kan kakaknya sekarang, sudah sepatutnya Gema sebagai adik menolong, bukan kah begitu?

Juanda mendudukkan Gema perlahan di kursi sebelah supir, sejenak ia pandangi wajah pucat Gema. Anak itu baru sekali melakukan donor, tapi sudah sepucat ini, bagaimana seterusnya nanti?

Mobil melaju membelah jalanan kota yang sunyi, ini sudah pukul 2 dini hari tak ada kendaraan yang berkeliaran. Jika pun ada sangat bisa di hitung jari.

"Tidur saja, nanti kalau sudah sampai rumah Papa bangunkan" Tutur Juanda saat melihat mata sayu putra angkatnya.

Gema yang pada dasarnya mengantuk, lemas dan pusing langsung terlelap begitu memejamkan matanya. Wajah polos itu begitu tenang saat terlelap.

•••

Juanda sedikit terkesiap saat mendapati tubuh menjulang putra sulungnya, yang berdiri di anak tangga terakhir, pencahayaan yang tidak begitu terang karena beberapa lampu di matikan, membuat Jovan sedikit terlihat horor.

Juanda melewati putra sulungnya itu dengan Gema di gendongannya, tadi ia ingin membangunkan Gema tapi anak itu terlihat begitu lelah, jadinya Juanda memutuskan untuk menggendong lagi saja. Lagian tubuh Gema itu kurus, jadi tidak terasa berat bagi Juanda yang bertubuh kekar menjulang.

Jovan mengekor di belakang tubuh ayahnya, namun remaja itu berhenti di ambang pintu kamar Gema. Menunggu ayahnya meletakan adik angkatnya yang terlelap.

"Mau sampai kapan Papa kaya gini?" Tanya Jovan begitu Juanda keluar dari kamar Gema, tak lupa dengan pintu yang sudah di tutup.

GEMA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang