¤¤¤
Hari ini Petra sudah pulang, tapi tetap harus dalam pantauan. Untung Juanda memiliki adik seorang dokter, kalian ingatkan dengan dokter Alex, yang waktu itu dibawa Juanda dan Mala ke panti.
Sekarang waktunya makan malam, Gema dan Jovan tiba di ruang makan lebih dulu. Lalu di susul dengan Petra, lagi-lagi tanpa Juanda dan Mala, keduanya pergi begitu Petra sudah pulang. Mereka bedua harus kembali terbang keluar kota untuk bekerja, karena banyak kerjaan yang tertunda karena menemani Petra di rumah sakit.
Gema cemberut ketika Jovan menusuk pipinya. Orang tengah makan malah di tusuk-tusuk dengan jari, Gema kan risih di perlakukan begitu. Padahal Jovan begitu karena gemas. Meski tubuh Gema itu tergolong kurus, tapi pipinya tetap terlihat tembam dan lembut.
Petra hanya menatap keduanya dalam diam, anak itu pun tengah mengunyah makan malamnya. Mengacuhkan keduanya, jika biasanya Petra gencar mendekati Gema, kali ini anak itu diam. Bukan karena cemburu, tapi lebih seperti sedang tidak mood saja.
Jovan dan Gema juga semakin dekat satu sama lain, tak jarang Jovan datang ke kamar Gema hanya untuk mengganggu anak itu, atau melihat Gema yang fokus belajar.
"Abang jangan" Gema yang sudah tak kuat di ganggu akhirnya mengatakan hal itu dengan bahasa isyarat, Gema tak peduli jika Jovan mengerti atau tidak, bahkan Gema membuat ekspresi segalak mungkin.
"Galak" Balas Jovan dengan bahasa isyarat. Mata Gema terbelalak kaget, bagaimana bisa Jovan berbahasa isyarat.
Bukan hanya Gema tapi Petra juga cukup terkejut dengan kelakuan Jovan barusan.
- Abang bisa bahasa isyarat? - Tulis Gema dengan mulut yang masih mengunyah.
"Dikit-dikit ngerti" Jawab Jovan.
"Baru belajar gue" Lanjutnya lalu kembali fokus dengan makan malamnya, sedikit malu saat Gema menatapnya dengan mata berbinar.
Gema tersenyum menatap Jovan, lantas memberikan ancungan jempolnya pada Jovan, hal itu sukses membuat Jovan yang dingin sedikit salting.
Petra menggeleng kepala melihat wajah Jovan yang sedikit memerah.
•••
Gema duduk di meja belajarnya, anak itu tengah menyatat beberapa materi yang belum sempat guru selesaikan tadi. Jadi di minta untuk mencatat di rumah sisanya.
Sedangkan di sofa sudut sana, ada sosok Jovan yang duduk sambil bermain game di ponselnya. Remaja itu terlihat santai sekali.
Terkadang Gema bingung dengan tingkah si sulung itu, jika hanya untuk bermain game bisa saja di kamarnya sendiri, tidak perlu mengungsi ke kamar Gema yang tepat di sebelah kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA [END]✔
General FictionGema punya keluarga tapi rasanya seperti tak punya. Gema masih punya orang tua tapi rasanya seperti yatim piatu. Gema punya rumah tapi ia malah di kirim ke panti asuhan. Bahkan suara pun ia tak punya. Gema memang hanya terlahir untuk semua lukanya...