28

4.5K 310 1
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Pandu duduk di kursi taman samping rumah, memandang langit malam yang bertabur bintang. Cukup lama ia duduk disana, menikmati angin malam yang terasa sejuk menenangkan.

"Bang masuk mau hujan" Seru Sion sedikit keras di ambang pintu.

Pandu menoleh sejenak lalu mengangguk samar.

Pandu bangkit dan berjalan menuju pintu samping, tak lupa menutup pintu geser itu saat dirinya benar-benar sudah berada di dalam rumah.

Langkah kaki Pandu tertahan sejenak saat ingin melewati ruang keluarga. Ada Tama dan Widya disana, duduk disofa dengan santai. Tertawa saat melihat tayangan comedy di televisi.

Pandu tak pernah membenci Widya, karena wanita dengan status ibu tirinya itu baik padanya, yang Pandu sayangkan sekarang adalah karena wanita itu ayahnya tega membuang adiknya. Dan satu lagi, sosok Widya yang sepertinya sudah benar-benar menggeser posisi ibunya dihati sang ayah.

Pandu ikut bahagia saat Tama bisa kembali tersenyum dan bahagia. Anak mana yang tidak bahagia saat melihat ayahnya bahagia, begitu pun Pandu. Namun terkadang ada luka gores di hatinya saat melihat pria itu terlihat begitu bahagia, sampai-sampai Pandu merasa sang ayah tak ingat ibunya.

Bahkan sejak mereka pindah ke sini, tak sekalipun Pandu melihat atau mendengar Tama mengajaknya ke makam sang ibu. Hal itulah yang membuat Pandu benar-benar merasa ayahnya sepenuhnya tak lagi mengingat ibunya.

"Pah" Panggil Pandu membuat Tama dan Widya menoleh, menatap si sulung.

"Bisa bicara berdua" Pintanya.

Tama menoleh sebentar pada Widya, wanita itu mengangguk pelan.

"Pandu tunggu di ruang kerja Papa" Ucap Pandu lalu berlalu lebih dulu ke ruangan sang ayah.

Setidaknya Pandu harus memberanikan diri untuk mengatakan apa yang hatinya inginkan.

Sejak ia berbaikan dengan Gema, tak jarang saat ia dan adiknya menghabiskan waktu bersama, anak itu selalu bertanya tentang kabar Tama. Apa ayahnya sehat? Bagaimana hari-hari Tama dan sebagaiannya. Adiknya tak pernah absen menanyakan itu. Hingga Pandu sadar, adik manisnya pasti begitu merindukan sosok sang ayah. Ikut merasa sakit saat anak itu hanya bisa menanyakan Tama lewat dirinya, seolah adiknya itu takut bertanya langsung karena takut ditolak kehadirannya.

Tama masuk kedalam ruang kerjanya, menyusul sang anak sulung.

"Mau ngomong apa Bang?" Tanya Tama, sambil ikut mendudukan diri di sofa yang bersebrangan dengan Pandu.

GEMA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang