14

4.8K 275 1
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Gema terbangun dengan keadaan yang lebih baik, sudah tidak begitu pucat dan lemas. Pagi-pagi juga Gema di buat kaget dengan sosok Jovan yang tertidur di sofa kamarnya, remaja yang sekarang merangkap sebagai abangnya itu tidur meringkuk disana, sofa di kamar Gema tak lah begitu besar dan panjang, sehingga tak bisa menampung sepenuhnya tubuh Jovan yang tinggi dan bongsor.

Pagi ini juga hanya ada Gema dan Jovan di meja makan, Juanda dan Mala masih berada di rumah sakit menemani Petra yang di rawat.

"Masih pusing?" Tanya Jovan pada Gema.

Anak manis itu menggeleng dan tersenyum, cukup senang saat Jovan sejak pagi menanyainya ini dan itu.

Bibi art datang dengan segelas jus jeruk di tangannya, lalu meletakannya di dekat gelas air putih milik Gema.

Gema menatap bingung jus itu, lalu melihat ke arah Jovan. Kenapa hanya ia yang di siap kan? Dan ia juga tidak meminta jus ini.

"Di minum, abis donor darah tuh bagus banyak minum, apalagi Jus jeruk" Jelas Jovan saat tau wajah polos yang terlihat bingung itu.

Gema mengangguk mengerti, pantas saja hanya ia yang di beri.

"Gue berangkat duluan, jangan lupa habisin" Ucap Jovan pamit, lalu meninggalkan Gema sendiri di ruang makan.

Gema pun lantas bergegas menghabiskan nasi gorengnya, meski pun tetap saja terlihat lambat. Anak itu memang tak akan bisa buru-buru saat makan.

•••

Sesampai di depan gerbang, Gema tak lupa mengucapkan terima kasih pada pak supir yang selalu siap mengantar jemputnya. Anak manis itu turun dengan riang, ini hari keduanya bersekolah. Gema berharap akan baik seperti kemarin, cukup dengan tidak di rundung dan di ganggu, maka Gema sudah merasa aman.

Gema berjalan di lorong kelas yang pagi ini masih cukup sepi, hanya beberapa yang melintas dan rata-rata juga baru saja tiba.

Namun saat melewati lorong menuju toilet laki-laki, tangan Gema di tarik cukup kencang dan kuat. Bahkan anak manis itu hampir jatuh menghantam lantai jika saja tak bisa menyeimbangkan langkahnya.

"Abang!" - Batin Gema sedikit kaget. Pandu lah yang menariknya barusan.

"Kenapa lo bisa ada disini hah?" Tanya Pandu penuh penekanan.

Gema buru-buru menulis di note miliknya, tak mau Pandu memikirkan hal yang tidak-tidak. Apalagi sampai menuduhnya mengikuti Pandu.

GEMA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang